Kontraindikasi dan Peringatan Vaksin Mumps
Kontraindikasi vaksin mumps dalam bentuk vaksin kombinasi adalah riwayat reaksi alergi berat terhadap vaksin atau komponen vaksin, pasien hamil, dan pasien dengan imunodefisiensi. Pemberian vaksin mumps perlu diperhatikan pada pasien dengan infeksi HIV dan tuberkulosis aktif.[5]
Kontraindikasi
Vaksin mumps yang tersedia saat ini merupakan vaksin kombinasi dengan vaksin campak dan vaksin rubella (MMR), sehingga kontraindikasi vaksin mumps merupakan kontraindikasi untuk vaksin kombinasi, yaitu:
- Pasien dengan riwayat reaksi alergi yang berat, seperti anafilaksis, terhadap vaksin atau komponen vaksin (gelatin)
- Pasien yang sedang hamil
- Pasien dengan imunodefisiensi berat, contohnya pasien dengan tumor padat atau hematologi, resipien kemoterapi, imunodefisiensi kongenital, resipien terapi imunosupresi jangka panjang, dan pasien HIV dengan imunodefisiensi berat
- Vaksin dapat diberikan setelah 3 bulan remisi keganasan atau penghentian kemoterapi
- Pasien dengan riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) gangguan imun
- Pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis terhadap neomycin[5,24]
Reaksi alergi yang tidak berat atau tidak mengancam jiwa, atau adanya reaksi alergi terhadap telur, bukan merupakan kontraindikasi pemberian vaksin mumps. Walaupun virus dibiakan di dalam kultur jaringan fibroblast embrio ayam, vaksin campak dan gondongan mengandung protein embrio tersebut dalam jumlah yang sangat kecil.[5]
Vaksin mumps juga dapat diberikan kepada wanita dalam usia reproduksi, namun pasien disarankan untuk tidak hamil 4 minggu setelah diberikan vaksin. Pasien yang tinggal satu rumah dengan ibu hamil atau pasien imunodefisiensi tetap dapat diberikan vaksin mumps karena virus yang telah dilemahkan di dalam vaksin tidak ditransmisikan.[5]
Vaksin mumps juga dapat diberikan kepada pasien dengan sakit ringan, pasien yang mengonsumsi antibiotik, pasien dengan riwayat alergi penisilin, dan pasien yang berada dalam fase penyembuhan pasca sakit.[5]
Peringatan
Ada beberapa peringatan dalam memberikan vaksin mumps. Kelompok yang memerlukan perhatian khusus adalah pasien dengan HIV, tuberkulosis aktif, riwayat kejang, dan trombositopenia.
Pasien dengan Infeksi HIV
Pasien dengan infeksi HIV usia 12 bulan atau lebih yang bersifat asimtomatik atau tidak mengalami imunosupresi dapat diberikan vaksin mumps. Pasien dikatakan imunokompeten jika kadar persentase CD4 >15% untuk anak berusia di bawah 5 tahun, atau kadar persentase CD4 >15% dan kadar CD4 absolut di atas 200 sel/mm3 untuk anak berusia di atas 5 tahun selama 6 bulan atau lebih.
Untuk pasien HIV dengan kondisi imunosupresi, pemberian vaksin dapat ditunda sampai kondisi imun membaik.[5]
Pasien dengan Tuberkulosis Aktif
Vaksin mumps yang dikombinasikan dengan vaksin campak perlu diperhatikan penggunaannya pada pasien yang akan dicurigai mengalami tuberkulosis. Pemberian vaksin yang mengandung campak akan menurunkan aktivitas tuberkulin sehingga dapat memberikan hasil negatif palsu. Jika pasien dicurigai mengalami tuberkulosis aktif, pemberian vaksin MMR dapat ditunda.[5]
Riwayat Kejang pada Pasien atau Keluarga
Pemberian vaksin MMR dapat menghasilkan efek samping berupa demam. Peningkatan suhu ini biasanya terjadi 6–12 hari pasca pemberian vaksin dan bertahan selama 1–2 hari.
Pada pasien dengan riwayat jejas pada serebri, riwayat kejang, atau kondisi lain yang dapat dipicu oleh demam, pemberian vaksin MMR perlu diawasi. Pemberian antipiretik saat demam dapat dilakukan untuk menurunkan risiko gangguan pada otak. Pasien yang dalam terapi antikonvulsan tetap dapat melanjutkan pengobatan setelah pemberian vaksin.[5,8,25]
Riwayat Trombositopenia
Pasien dengan riwayat trombositopenia memiliki risiko untuk mengalami perburukan kondisi karena pemberian vaksin MMR memiliki efek samping trombositopenia dan purpura trombositopenik. Jika pada pemberian pertama pasien menunjukkan gejala perburukan, pemeriksaan serologi dapat dilakukan untuk menentukan apakah pasien perlu diberikan dosis vaksin yang kedua.[8]
Kelompok Lain
Selain kondisi diatas, berikut adalah beberapa kondisi yang perlu diperhatikan ketika memberikan vaksin MMR:
- Pasien dengan sakit derajat sedang atau berat (pemberian vaksin dapat ditunda sampai pasien sembuh)
- Pasien yang menerima produk darah yang mengandung antibodi dalam kurun waktu 11 bulan
Pasien dengan kondisi di atas tetap dapat diberikan vaksin MMR, namun risiko efek samping dapat meningkat.[24]
Risiko Transmisi Penyakit Lain
Vaksin mumps dalam sediaan MMRV (mumps, measles, rubella, varicella) mengandung albumin dari manusia. Albumin merupakan salah satu komponen yang terdapat di plasma darah sehingga dapat menjadi metode transmisi untuk beberapa virus lain seperti virus hepatitis, HIV, dan agen penyebab penyakit Creutzfeldt-Jakob. Hal ini tetap perlu diawasi walaupun belum pernah ada laporan mengenai transmisi tersebut.[8,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini