Pendahuluan Vaksin Polio
Vaksin polio memberi perlindungan untuk pencegahan infeksi virus polio atau poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan ekstremitas dan diafragma. Poliovirus sangat menular, dengan penyebaran dari orang ke orang utamanya melalui jalur fekal-oral. Tidak ada terapi definitif untuk polio, sehingga vaksinasi merupakan langkah penting.[1,2]
Terdapat dua jenis vaksin polio, yakni oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV). OPV mengandung virus polio hidup yang dilemahkan, sementara IPV menggunakan virus yang sudah tidak aktif.
Jenis OPV yang digunakan di Indonesia adalah bOPV yaitu vaksin polio oral bivalen yang mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan. Bivalen OPV dinilai menghasilkan respons imun lebih baik terhadap jenis virus polio tipe 1 dan 3 dibandingkan OPV trivalen, namun tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2. Di sisi lain, IPV mengandung strain wild-type poliovirus tipe 1-3 yang diinaktivasi menggunakan formalin.[3-5]
Vaksin polio merangsang kekebalan tubuh terhadap infeksi polio melalui produksi antibodi. Telah terdapat laporan reaksi hipersensitivitas, termasuk reaksi anafilaksis dan syok anafilaksis, setelah pemberian vaksin polio. Selain itu, IPV mengandung sejumlah kecil neomycin, streptomycin, dan polymyxin B, sehingga kontraindikasi pada individu yang pernah mengalami reaksi anafilaksis terhadap obat tersebut.[1-5]
Di Indonesia, vaksin polio tersedia dalam merek dagang Shan IPV®, Imovax Polio®, dan sediaan generik OPV dan IPV. Selain itu, vaksin polio juga tersedia dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lain, seperti vaksin pertusis, vaksin difteri, vaksin Haemophillus influenzae, dan tetanus toksoid. Merek dagang sediaan kombinasi antara lain Hexaxim®, Pediacel®, Infanrix®, Tetraxim®, dan Pentaxim®.[14]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin Polio
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Obat yang mempengaruhi sistem imun.[6] |
Subkelas | Vaksin.[6] |
Akses | Resep, masuk dalam program nasional.[6] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C.[7,8] Kategori TGA: A (oral) dan B2 (injeksi).[28] |
Wanita menyusui | Tidak diketahui apakah dikeluarkan ke ASI.[22] |
Anak | Boleh diberikan.[9] |
FDA | Approved.[5] |
Penulisan pertama oleh: dr. Graciella N. T. Wahjoepramono