Etiologi Luka Bakar
Etiologi luka bakar mencakup suhu dingin, panas, radiasi, kimiawi, gesekan, atau tegangan listrik. Namun demikian, mayoritas luka bakar disebabkan oleh panas dari cairan, padatan, atau api panas.[2]
Etiologi
Suhu dan lama paparan akan mempengaruhi keparahan dari luka bakar. Nekrosis transepidermal dapat terjadi pada suhu 700°C dalam sedetik, sedangkan paparan suhu 47°C dapat menyebabkan nekrosis transepidermal adalah 45 menit.
Lebih lanjut, luka bakar dapat dikelompokkan sebagai termal, kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar termal dapat terjadi akibat paparan langsung dari nyala api dengan tingkat panas yang tinggi, kontak dengan benda panas, cairan panas, atau uap panas. Luka bakar kimia terjadi karena paparan asam atau garam alkali yang menimbulkan efek korosif pada kulit. Selain itu, luka bakar juga dapat berkembang karena arus listrik, radiasi, ultraviolet, dan sinar laser.[4]
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa penyebab terbanyak luka bakar pada dewasa adalah api (53,1%). Penyebab selanjutnya adalah air panas (19,1%), listrik (14%), dan kimia (3%). Pada anak, luka bakar disebabkan oleh air panas (52%), api (26%), listrik (6%), dan kimia (1%).[1]
Faktor Risiko
Faktor yang mempengaruhi risiko luka bakar mencakup usia, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Usia
Kelompok usia anak dan lanjut usia dilaporkan lebih berisiko mengalami luka bakar. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa hampir separuh kasus luka bakar terjadi pada anak, dimana sekitar 19% terjadi pada usia di bawah 5 tahun.[4]
Jenis Kelamin
Wanita memiliki tingkat kematian akibat luka bakar yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Risiko yang lebih tinggi untuk wanita dikaitkan dengan kegiatan memasak menggunakan api terbuka, serta penggunaan api terbuka untuk pemanasan atau penerangan.[8]
Faktor Sosioekonomik
Luka bakar dilaporkan lebih berisiko terjadi pada orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah hingga menengah.[8]
Pekerjaan
Pekerjaan yang memaparkan pasien terhadap sumber luka bakar, misalnya api atau zat kimia, juga akan meningkatkan risiko. Contoh pekerjaan ini adalah chef dan pemadam kebakaran.[8]
Faktor Risiko Lain
Faktor risiko lain mencakup penyalahgunaan zat, seperti alkohol. Luka bakar juga lebih berisiko terjadi pada pasien epilepsi, neuropati perifer, dan cacat fisik dan kognitif.[8]
Faktor Risiko Terbentuknya Jaringan Parut
Sementara itu, faktor risiko terbentuknya jaringan parut pada luka bakar mencakup lokasi luka bakar pada dinding dada anterior, lengan, dan bahu; usia remaja; ibu hamil; dan pasien dengan hipertensi.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Maria Rossyani