Patofisiologi Ruptur Esofagus
Patofisiologi ruptur esofagus dapat dipahami dengan mengetahui anatomi esofagus dan organ-organ sekitar esofagus. Esofagus merupakan organ yang berbentuk tabung, panjang 25 cm, dan menghubungkan faring dengan lambung. Esofagus terdiri dari 3 bagian, yaitu:
- Esofagus servikal: mulai dari otot krikofaringeus ke suprasternal notch
- Esofagus torakal: bagian terpanjang, mulai dari suprasternal notch hingga diafragma
- Esofagus abdominal: bagian terpendek, mulai dari diafragma ke bagian kardia lambung[2,3]
Lapisan dinding esofagus tidak memiliki lapisan serosa sehingga rentan mengalami perforasi dan ruptur. Apabila terjadi ruptur, maka cairan lambung, saliva, cairan empedu, dan cairan lainnya dapat masuk ke mediastinum. Sehingga terjadi mediastinitis, disertai emfisema, inflamasi, dan nekrosis bertahap. Dalam waktu beberapa jam, ruptur dapat berubah menjadi robekan yang besar dan menyebabkan translokasi dan invasi bakteri sehingga menimbulkan sepsis.[2,3]
Lokasi ruptur esophagus tergantung pada penyebab. Ruptur esofagus spontan umumnya terjadi di atas diafragma pada dinding posterolateral esofagus, lebih sering di area sinistra, dan longitudinal. Hal ini terjadi karena otot pada daerah esofagus torakal tipis dan lemah, disebabkan pada lokasi tersebut terdapat pembuluh darah dan serabut saraf sehingga struktur yang menopang kurang.[1,2]
Sedangkan ruptur esofagus akibat benda asing 80% terjadi pada area servikal. Benda asing misalnya akibat tindakan kedokteran gigi, atau makanan seperti duri ikan dan daging, dapat menyumbat di bagian penyempitan esofagus sehingga terjadi perforasi pada lapisan esofagus.[2,5]