Epidemiologi Ruptur Esofagus
Epidemiologi ruptur esofagus jarang terjadi, hanya sekitar 3,1 dari 1.000.000 orang per tahun secara global. Namun, ruptur esophagus memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Walaupun ada peningkatan dari teknik diagnostik dan terapi, ruptur esofagus masih menjadi kondisi yang dapat mengancam jiwa.[2,3,7]
Global
Ruptur esofagus terjadi pada 3 dari 100.000 orang di Amerika, dari data tersebut 25% kasus terjadi di esophagus daerah servikal, 55% intratorakal, dan 20% abdominal. Secara global angka kejadian ruptur esofagus mencapai 3,1 dari 1.000.000 jiwa per tahun.[3,7]
Indonesia
Belum ditemukan data yang menerangkan prevalensi ruptur esofagus di Indonesia.
Mortalitas
Mortalitas pasien ruptur esofagus spontan mencapai 20−40% saat dilakukan tindakan, dan meningkat hingga 50−100% jika terlambat ditangani lebih dari 48 jam. Apabila diagnosis dan tata laksana tidak dilakukan dengan baik, maka mortalitas semakin naik mencapai 75-89% akibat kondisi sepsis. Ruptur pascaemetik memiliki mortalitas lebih tinggi, sementara ruptur yang bersifat iatrogenik memiliki mortalitas paling rendah (25−26%). Ruptur esofagus servikal memiliki angka mortalitas yang lebih rendah, dibanding ruptur esofagus torakal dan intraabdomen.[1-3,8]