Etiologi Cutaneous Larva Migrans
Etiologi utama cutaneous larva migrans adalah infeksi larva cacing tambang yang hidup di usus anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Selain kedua spesies tersebut, beberapa larva nematoda lain yang diketahui dapat menyebabkan cutaneous larva migrans berasal dari genus Gnathostoma, hookworm, Paragonimus westermani, Spirometra, serta Strongyloides stercoralis.[3]
Ancylostoma
Inang definitif dari Ancylostoma adalah anjing dan kucing. Pada umumnya, anjing dan kucing pada rentang usia berapapun rentan terinfeksi cacing tambang. Namun, kemungkinan infeksi paling tinggi terdapat pada anak anjing berusia 2-3 minggu.[4]
Telur Ancylostoma
Infeksi cacing Ancylostoma biasanya ditransmisikan ketika induk anjing terinfeksi melahirkan anak anjing atau melalui pemberian air susu induk anjing kepada anaknya.[4]
Selanjutnya, Ancylostoma dewasa hidup pada usus inang dan mengeluarkan telur. Pada akhirnya telur tersebut keluar melalui feses hewan peliharaan. Pada lingkungan yang sesuai, telur dapat bertahan dalam hitungan minggu hingga tahun pada tanah atau pasir yang terkontaminasi.[1]
Larva Ancylostoma
Selanjutnya, telur dapat menetas dalam hitungan 2 hari dan menjadi larva rhabditiformis yang hidup dengan cara memakan bakteri pada tanah dan feses. Larva rhabditiformis akan tumbuh dewasa dalam waktu 5-10 hari dan menjadi larva filariformis aktif.[2]
Pada kondisi lingkungan yang optimal, larva filariformis aktif memiliki panjang 6,5 mm dan diameter 0,5 mm. Larva ini dapat bertahan hidup dalam waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan.[2,4]
Infeksi pada Manusia
Manusia dapat terinfeksi apabila berkontak dengan pasir atau tanah yang terkontaminasi larva filariform aktif. Selanjutnya, larva cacing tersebut dapat mengeluarkan enzim degradatif, sehingga cacing dapat melakukan penetrasi pada lapisan stratum korneum epidermis kulit.[1,2]
Faktor Risiko
Wilayah yang hangat, ladang berpasir yang lembap dan teduh, serta pasir pada area pantai adalah kondisi yang sangat sesuai untuk telur cacing tambang dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, beberapa pekerjaan dan aktivitas yang rentan terkena cutaneous larva migrans adalah petani, tukang kebun, pemburu, serta orang yang memiliki riwayat berkunjung ke pantai.
Faktor perilaku yang berperan penting adalah kebiasaan berjalan tanpa alas kaki, bekerja memegang tanah tanpa sarung tangan, serta kurangnya sanitasi. Selain itu, faktor risiko seperti melakukan perjalanan ke daerah endemik, hobi berkebun, serta pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk berkontak dengan tanah juga menjadi faktor risiko.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda