Pendahuluan Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik (DA), yang juga dikenal dengan sebutan eksim, adalah inflamasi kronis kulit yang ditandai dengan pruritus, eritema, dan kulit yang bersisik. Onset DA biasanya pada awal masa kanak-kanak atau sebelum usia 2 tahun, hanya sekitar 10% kasus ditemukan di atas 5 tahun. DA mengenai sekitar 5‒20% anak-anak serta 1‒3% dewasa.[1-3]
Dermatitis atopik dikaitkan dengan penyakit asma dan rhinitis alergi, sehingga disebut trias alergi. Ketiga penyakit atopik tersebut memiliki dasar patofisiologi yang sama, yaitu peningkatan kadar immunoglobulin E (IgE) dengan pelepasan banyak mediator yang menyebabkan inflamasi alergi.[4,5]
Dermatitis atopik timbul dari interaksi yang rumit antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Termasuk di antaranya adalah kerusakan barrier kulit sehingga membuat kulit lebih mudah teriritasi dengan sabun, udara, suhu, dan pencetus non spesifik lainnya. Gejala utama adalah rasa gatal yang terus-menerus dengan lesi kulit berupa xerosis, likenifikasi, dan lesi eksematosa yang cenderung muncul pada area permukaan fleksural tubuh. Perubahan lesi eksematosa dan morfologinya tergantung pada lokasi lesi dan usia penderita.[5,6]
Diagnosis dan tata laksana DA sejak dini dapat mencegah morbiditas secara signifikan, seperti gangguan tidur, perubahan kulit pascainflamasi kronis, parut hipertrofik ataupun keloid akibat menggaruk, dan infeksi kulit sekunder akibat Staphylococcus sp, Streptococcus sp, atau Herpes sp.[7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja