Epidemiologi Dermatitis Atopik
Epidemiologi dermatitis atopik (DA) di seluruh dunia berkisar antara 5‒20% pada anak, dan 1‒3% pada dewasa. Morbiditasnya sangat bervariasi di tiap negara karena pengaruh lingkungan sebagai faktor risiko.[1-3,15]
Global
Prevalensi dermatitis atopik di negara maju dilaporkan telah mendatar, sedangkan di negara berkembang semakin meningkat. Kondisi ini kemungkinan karena peningkatan urbanisasi, polusi, dan obesitas. International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) menyebutkan prevalensi DA pada remaja usia 13‒14 tahun di negara Afrika mencapai 12‒14% dan di Amerika Latin 6‒10%. Sedangkan di negara-negara wilayah Asia Pasifik, Mediterania Timur, dan subkontinen India lebih rendah, yaitu sekitar 3‒6%.[1-5]
Peningkatan insidensi sekitar 2‒3 kali lipat dalam beberapa dekade terakhir ditemukan di negara-negara industri. Prevalensi dermatitis atopik pada anak-anak sekitar 2% di Iran dan China, tetapi mencapai sekitar 20% di Australia, Inggris, dan Skandinavia. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa imigran dari negara berkembang yang hidup di negara maju memiliki tingkat insidensi DA yang lebih tinggi dari populasi asal.[1-5]
Prevalensi dermatitis atopik pada 2 tahun pertama kehidupan juga meningkat, yaitu sebanyak 7‒27% di negara-negara Asia Pasifik, termasuk Korea Selatan, Cina, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Insidensi DA tertinggi terjadi pada anak-anak, yaitu 85% muncul pada tahun pertama kehidupan, dan 95% muncul sebelum usia 5 tahun.[1,5]
Indonesia
Di Indonesia, prevalensi DA mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penelitian oleh Soegiarto et al, tahun 2019, melaporkan bahwa morbiditas penyakit alergi pada anak sekolah di kota metropolitan di Indonesia memiliki pola yang sama dengan negara berkembang lainnya. Penelitian melibatkan 499 anak dan remaja dari sekolah dan universitas di 5 kota. Dilaporkan 278 subjek setidaknya memiliki satu manifestasi penyakit alergi, dimana kasus DA sebesar 1,8%. Urtikaria dan rhinitis alergi merupakan penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79%. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kasus dibandingkan tahun 1998.[15]
Mortalitas
Dermatitis atopik tidak menyebabkan kematian secara langsung. Namun, hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa DA berdampak pada kualitas hidup pasien, terutama pada fungsi sosial dan kesejahteraan psikologis. Keparahan DA berkorelasi dengan penurunan kualitas hidup, termasuk beberapa kondisi kronis dan kondisi dermatologis lain yang menyertai, termasuk parut hipertrofik atau keloid. [2,5]
Selain itu, penderita DA dapat diikuti dengan penyakit atopik lain, yaitu asma, atau rhinitis alergi. Anak-anak dengan rinitis alergi pada 30,3% kasus mengalami dermatitis atopik, lebih besar terjadi pada anak perempuan. Sedangkan pada 99,3% kasus anak-anak dengan rinitis alergi juga menderita asma, lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak, dan dapat menimbulkan gejala hingga dewasa.[2,6]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja