Pendahuluan Hiperhidrosis
Hiperhidrosis adalah kondisi keluarnya keringat secara berlebihan dikarenakan terjadinya abnormalitas pada kelenjar ekrin dalam pengeluaran keringat. Kelainan patologis ini ditandai dengan berkeringat lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh dalam regulasi homeostasis.
Kelenjar ekrin paling banyak terkonsentrasi pada aksila, palmar, plantar pedis, dan wajah. Pada kondisi hiperhidrosis, akan tampak keringat berlebih terutama pada area-area ini. Regulasi umpan balik negatif asetilkolin terganggu pada pasien dengan hiperhidrosis, sehingga respon yang seharusnya fisiologis menjadi patologis.[1,2]
Hiperhidrosis dapat terjadi secara primer (fokal) maupun sekunder (general) karena penyakit lain seperti penyakit metabolik, demam, atau penggunaan obat-obatan. Hiperhidrosis primer biasanya muncul pada tahapan awal kehidupan, umumnya sebelum usia 25 tahun, dengan gejala yang lebih terlokalisir pada area-area tubuh yang memiliki konsentrasi kelenjar ekrin yang banyak. Sementara itu, hiperhidrosis sekunder muncul dengan gejala yang lebih sistemik terutama melibatkan sistem saraf.
Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis, tetapi tetap dibutuhkan beberapa pemeriksaan tambahan untuk menentukan penyebab utama dari hiperhidrosis, terutama pada hiperhidrosis sekunder.
Pemeriksaan dapat meliputi kadar gula darah untuk melihat apakah hiperhidrosis disebabkan oleh hipoglikemia, ataupun pemeriksaan hormon tiroid untuk menyingkirkan hipertiroid.
Terapi hiperhidrosis dapat berupa terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi dapat berupa antikolinergik topikal, hingga injeksi toksin Botulinum. Terapi nonfarmakologis dapat berupa tindakan pembedahan dan terapi microwave lokal.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja