Penatalaksanaan Hiperhidrosis
Penatalaksanaan hiperhidrosis dapat diawali dengan terapi topikal berupa aluminium klorohidrat 20%. Apabila pasien tidak respons terhadap pengobatan topikal, maka pengobatan oral dapat diberikan. Selain itu, injeksi toksin botulinum atau tindakan bedah juga dapat dipilih untuk metode terapi yang lebih invasif.[1-3]
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi lini pertama untuk hiperhidrosis adalah aluminium klorohidrat yang merupakan kandungan utama pada antiperspirant komersial. Meski demikian, perlu diketahui bahwa kebanyakan antiperspirant yang dijual bebas hanya mengandung aluminium klorohidrat dalam dosis kecil.
Sediaan ini efektif untuk mengatasi hiperhidrosis yang ringan, tetapi pada kasus lebih berat akan dibutuhkan sediaan dengan konsentrasi lebih tinggi (aluminium klorohidrat 20%). Terapi baru dengan sofpironium juga telah disetujui penggunaannya untuk hiperhidrosis.
Aluminium Klorohidrat
Aluminium klorohidrat merupakan kandungan utama pada antiperspirant komersial yang dapat dibeli secara bebas. Mekanisme kerja aluminium klorohidrat adalah memblokade kelenjar ekrin sehingga tidak mengeluarkan keringat.
Antikolinergik Topikal
Terapi topikal lain yang dapat dipertimbangkan adalah antikolinergik topikal, seperti glycopyrronium tosylate, yang bekerja sebagai agen inhibitor kompetitif dari asetilkolin. Namun, antikolinergik topikal memiliki risiko efek samping jangka panjang berupa penurunan fungsi kognitif.
Toksin Botulinum
Terapi farmakologi lain berupa injeksi toksin botulinum (botox) secara intradermal dapat digunakan sebagai lini pertama atau lini kedua pada hiperhidrosis primer yang melibatkan aksila, palmar, wajah, atau plantar pedis. Botox dapat mencegah pelepasan asetilkolin terhadap sinaps sehingga produksi keringat berkurang.
Berdasarkan hasil dari 2 uji klinis besar, perbaikan gejala hiperhidrosis yang signifikan telah dilaporkan pada pasien yang mendapat injeksi toksin botulinum. Perbaikan dapat terlihat dalam 1 minggu pada 95%, dengan angka kepuasan hampir mencapai 100%.
Terapi Oral
Apabila terapi dengan agen topikal dan botox tidak respon, obat antikolinergik oral dapat diberikan. Antikolinergik oral bekerja sebagai inhibitor kompetitif dari asetilkolin. Obat antikolinergik oral yang direkomendasikan adalah pilokarpin dan piridostigmin.
Efek samping dari penggunaan antikolinergik oral adalah mulut kering, perubahan visus, glaukoma akut sudut tertutup, berkurangnya motilitas intestinal, dan retensi urin. Selain itu antikolinergik dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif bila digunakan dalam jangka panjang.[1-3,10,11,14]
Terapi Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk terapi hiperhidrosis di antaranya adalah iontophoresis, microwave thermolysis, dan terapi laser.
Iontophoresis
Iontophoresis direkomendasikan dalam menangani hiperhidrosis primer pada palmar atau plantar pedis. Efek samping dari iontophoresis minimal, selain itu dapat digunakan untuk memasukkan obat lain ke dalam kulit.
Microwave Thermolysis
Terapi dengan microwave thermolysis bertujuan untuk menghancurkan kelenjar keringat. Terapi ini bersifat simptomatik dan dilaporkan memiliki efikasi jangka panjang yang baik. Terapi microwave thermolysis merupakan terapi noninvasif namun memiliki harga yang mahal.
Laser
Terapi laser merupakan terapi minimal invasif yang bertujuan untuk menghancurkan kelenjar keringat. Terapi ini dapat menyebabkan depigmentasi dan juga reaksi iritasi. Perlu diketahui bahwa terapi laser untuk hiperhidrosis masih merupakan terapi baru dengan dasar bukti ilmiah yang masih terbatas.[10,11,15]
Pembedahan
Prosedur bedah yang dapat dilakukan untuk menangani hiperhidrosis yaitu eksisi lokal kelenjar keringat dan simpatektomi. Prosedur ini merupakan lini terakhir dalam terapi hiperhidrosis.
Pada eksisi kelenjar ekrin lokal, prosedur dilakukan dengan menggunakan kuretase dan suction untuk menghancurkan atau mengangkat kelenjar keringat. Terapi ini efektif namun termasuk pilihan terapi yang invasif dengan risiko efek samping berupa nyeri, pembengkakan, perdarahan, infeksi, dan adanya jaringan parut pada bekas operasi.
Terapi simpatektomi bertujuan untuk menghambat jalur simpatik ke kelenjar keringat. Terapi ini merupakan terapi invasif yang dapat memberikan efek jangka panjang dan efektif untuk hiperhidrosis pada palmar.
Risiko dari tindakan ini yaitu pneumothorax, Horner’s syndrome, neuropati, emfisema subkutis, dan risiko pembedahan lain. Prosedur simpatektomi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi karena efek jangka panjang yang dirasakan setelah menjalani tindakan.[3,12,13]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja