Panduan E-Prescription Kandidiasis Vulvovaginal
Panduan e-prescription pada kandidiasis vulvovaginal ini dapat digunakan Dokter Umum pada saat akan memberikan terapi medikamentosa secara online.
Tanda dan Gejala
Pada anamnesis, pasien kandidiasis vulvovaginal umumnya mengeluh keputihan, pruritus, dan sensasi terbakar pada area vulva dan vagina. Dapat disertai dispareunia, dan disuria. Keputihan atau duh vagina berwarna putih kekuningan yang bergumpal seperti keju (cottage cheese-like).[3-5]
Tanda di area genital yang dapat ditanyakan, misalnya adanya eritema, edema, atau ekskoriasi terutama pada labia mayora dan minora.[3-5]
Selain itu, perlu diketahui adanya faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kandidiasis vulvovaginal, seperti kehamilan, obesitas, konsumsi kontrasepsi oral, kontrasepsi intravaginal, terapi pengganti hormon, diabetes mellitus, imunosupresi, terapi antibiotik spektrum luas, dan perilaku individu.[1,5,6]
Peringatan
Sebagian besar kasus kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi dapat ditangani di perawatan primer. Beberapa kondisi yang harus dirujuk kepada dokter spesialis kebidanan dan kandungan adalah:
- Kandidiasis vulvovaginal derajat berat
- Kondisi kehamilan, diabetes mellitus tidak terkontrol, dan imunosupresi
- Riwayat kandidiasis vulvovaginal berulang (≥4 episode/tahun)[1,6,20]
Peringatan Medikamentosa
- Fluconazole tidak digunakan bersama dengan obat astemizole, cisapride, quinidine, terfenadine, pimozide, dan eritromisin.[23,24]
- Perhatian khusus dalam pemberian fluconazole terutama pada pasien dengan kondisi yang berpotensi terjadinya proaritmia (hipokalemia, kelainan elektrolit, gagal jantung), memiliki penyakit komorbid (AIDS, keganasan), menderita gangguan renal dan hepar, serta pada populasi khusus anak, lansia, kehamilan, dan menyusui.[23,24]
- Kepatuhan selama terapi, baik topikal maupun oral, sangat diperlukan untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari Candida. Pasien dengan gejala menetap atau terjadi kekambuhan dalam 2 bulan setelah onset gejala awal disarankan untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut.[3,18,19]
Medikamentosa
Regimen penatalaksanaan kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi yang dapat diberikan secara online. Jika kondisi berat dan disertai komplikasi sebaiknya dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Terapi Pasien Dewasa
Kriteria kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi adalah episode sporadis (≤3 episode/tahun), tanda/gejala ringan sampai sedang, kemungkinan infeksi Candida albicans, wanita sehat dan tidak hamil, serta tanpa kondisi imunosupresi.[1,6]
Pilihan medikamentosa kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi dapat terapi topikal atau peroral. Terapi peroral dianggap lebih nyaman, tetapi lebih banyak memberikan efek samping daripada terapi topikal.[1,6,18]
Pilihan antifungal topikal antara lain:
Clotrimazole 1% krim, diaplikasikan 2−3 kali/hari
Ketoconazole 2% krim, diaplikasikan 1−2 kali/hari
Miconazole nitrate 1,2 gram, supositoria intravaginal, dosis tunggal
- Clotrimazole 2% 5 gram, supositoria intravaginal, 1 kali/hari selama 3 hari
- Clotrimazole 500 mg, pesarium intravaginal, dosis tunggal[3,18,19]
Sedangkan, pilihan antifungal oral adalah:
- Fluconazole 150 mg, dosis tunggal
Itraconazole 200 mg, 2 kali sehari, selama 1 hari[3,18,19]
Terapi Pasien Anak
Pada anak dengan kandidiasis mukokutan dapat diberikan fluconazole oral 6 mg/kgBB pada hari pertama, dilanjutkan 3 mg/kgBB/hari minimal selama 2 minggu.[25]
Terapi Pasien Wanita Hamil dan Menyusui
Perlu dipahami pemilihan antifungal yang aman untuk kehamilan dan ibu menyusui. Kandidiasis vulvovaginal pada kehamilan dan ibu menyusui simptomatik derajat ringan, tanpa komorbid lainnya, dapat diberikan terapi antifungal topikal vagina, yakni:
- Clotrimazole 2% 5 gram, supositoria intravaginal, 1 kali/hari selama 3 hari, atau
- Clotrimazole 500 mg, pesarium intravaginal, dosis tunggal.[3,6,18]
Penggunaan antifungal sistemik sebaiknya dihindari pada kehamilan. Diketahui tidak ada peningkatan risiko malformasi mayor yang terkait dengan penggunaan jangka pendek fluconazole oral 150 mg. Namun, terdapat laporan kasus malformasi dengan dosis lebih tinggi ( ≥ 400 mg/ hari).[3,6,18]