Diagnosis Moluskum Kontagiosum
Diagnosis moluskum kontagiosum dapat ditegakkan secara klinis dengan temuan khas papul berbentuk kubah dengan lekukan (delle) pada bagian tengah. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan apabila temuan klinis yang tidak khas seperti lesi yang mengalami ekskoriasi atau iritasi.[1,6]
Anamnesis
Keluhan utama pasien moluskum kontagiosum biasanya adalah munculnya benjolan atau papul berukuran 2-5 mm berwarna merah muda atau sama dengan kulit sekitar. Bila ditekan, maka dikeluhkan seperti ada nasi yang keluar.[2,5,6]
Mayoritas pasien tidak mengeluhkan gatal tetapi beberapa pasien juga dapat mengeluhkan rasa gatal atau kemerahan yang timbul di daerah sekitar lesi.[1,2,5,6,12]
Lokasi predileksi lesi pada anak-anak adalah bagian kulit yang terekspos, seperti badan, tungkai, area lipatan, genital, dan wajah. Lesi tidak ditemukan pada telapak tangan dan kaki. Pada dewasa, moluskum kontagiosum umumnya ditularkan melalui kontak seksual sehingga area predileksi terletak pada area abdomen, paha, genital, dan perianal.[1,12]
Pada anak-anak dan dewasa, perlu ditanyakan mengenai sumber penularan atau paparan yang mungkin terkait dengan penyakit, seperti bersentuhan dengan orang yang mengalami keluhan yang sama, aktivitas olahraga seperti penggunaan kolam renang umum, penggunaan alat olahraga bersama. Selain itu, ditanyakan perlu kebiasaan higienitas seperti penggunaan pakaian atau handuk bersama. Pada dewasa, riwayat seksual pasien juga perlu ditanyakan karena risiko penularan melalui hubungan seksual.[6,2,12]
Riwayat imunitas pasien atau kemungkinan kondisi imunokompromais seperti pasien HIV atau pasien dengan penggunaan obat imunosupresif karena transplantasi organ perlu ditanyakan oleh pasien dengan moluskum kontagiosum. Riwayat alergi pada pasien dan keluarga juga penting untuk digali karena dermatitis atopik meningkatkan risiko moluskum kontagiosum. Gali juga riwayat seksual pasien.[3,12]
Pemeriksaan Fisik
Temuan klinis yang dapat dilihat pada pasien dengan moluskum kontagiosum adalah papul kecil berukuran 2-5 mm, berbentuk seperti kubah, mengkilap seperti lilin, berwarna merah muda, dengan permukaan halus. Bentuk lesi yang menyerupai bentuk kubah biasanya akan semakin jelas seiring dengan membesarnya ukuran papul.[1,2,5,6,12]
Karakteristik utama moluskum kontagiosum adalah umbilikasi di bagian tengah papul. Umbilikasi berisi massa berwarna putih, yang memiliki konsistensi lunak dan menyerupai butiran nasi. Massa tersebut adalah badan moluskum yang muncul apabila bagian umbilikasi pada papul diberikan tekanan atau dipencet. [1,2,5]
Jumlah lesi biasanya kurang dari 20 pada kulit. Jumlah lesi dapat ditemukan lebih banyak pada penderita imunokompromais. Benjolan atau papul tidak menimbulkan gejala lokal maupun sistemik sehingga pasien biasanya datang hanya dengan alasan kosmetik.[1,2,5,6,12]
Diagnosis Banding
Moluskum kontagiosum sebenarnya mempunyai gambaran klinis yang khas, tetapi beberapa penyakit seperti varicella, miliaria, dan karsinoma sel basal memiliki tampilan lesi yang cukup mirip.[8-11]
Varicella
Pada awal perjalanan penyakit varicella, lesi bersifat eruptif berupa papul eritematosa yang dapat menyerupai gambaran moluskum kontagiosum. Yang membedakan adalah penyakit varicella disertai dengan gejala berupa demam dan sakit kepala. Selain itu, seiring dengan berjalannya waktu, papul akan berubah menjadi vesikel atau pustul dengan dasar eritema.[8]
Miliaria
Miliaria atau disebut juga dengan heat rash adalah kondisi kulit yang biasa timbul pada kondisi panas atau lembab. Penyakit ini ditandai dengan lesi papulovesikuler non folikuler dengan vesikel yang berwarna jernih. Biasanya lesi bersifat konfluens, berbeda dengan moluskum yang diskret.[9,10]
Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal ditandai dengan adanya lesi mudah berdarah yang tumbuh lambat pada area yang sering terpapar matahari, seperti leher dan wajah. Lesi memiliki ciri khas berupa papul dengan permukaan halus, tepi menggulung, mengkilat seperti mutiara, disertai dengan telangiektasis. [11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang biasanya tidak diperlukan karena moluskum kontagiosum memiliki gambaran klinis yang khas. Namun jika temuan klinis meragukan, pemeriksaan histopatologi dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis.[1,3,5]
Gambaran histopatologi menunjukkan adanya akantosis epitel skuamosa yang membentuk kawah berisi keratin dan badan moluskum. Pemeriksaan PCR dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) juga dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus.[1,3,5]
Pemeriksaan skrining infeksi menular seksual juga perlu dilakukan pada pasien dewasa yang aktif secara seksual untuk mendeteksi penyakit seperti gonore, klamidia, sifilis, dan HIV.[2]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja