Penatalaksanaan Stretch Mark
Penatalaksanaan stretch mark atau striae distensae bertujuan memperbaiki penampilan kosmetik kulit dengan mengurangi perbedaan warna dan tekstur antara striae dan kulit normal di sekitarnya. Penatalaksanaan tidak wajib dilakukan. Pada ibu hamil, tata laksana umumnya ditunda hingga persalinan telah selesai.[4]
Tidak ada terapi yang menjamin resolusi sempurna stretch mark. Opsi terapi ditentukan berdasarkan tahap striae (striae rubra atau striae alba) dan preferensi pasien. Beberapa opsi terapi stretch mark adalah pulsed dye laser, fractional laser, microneedling, microneedling dengan radiofrekuensi, dan retinoid topikal.[2,4]
Penatalaksanaan Striae Rubra
Terapi lini pertama striae rubra umumnya adalah pulsed dye laser. Terapi topikal bisa diberikan jika pasien tidak menyetujui terapi prosedural.[4]
Pulsed Dye Laser
Terapi pulsed dye laser menarget hemoglobin, sehingga dapat mengurangi eritema pada striae rubra. Pulsed dye laser juga dapat meningkatkan tekstur kulit. Terapi dilakukan setiap 4–6 minggu, umumnya sebanyak 5–6 kali pertemuan hingga tercapai hasil yang memuaskan.
Terapi dapat dihentikan jika tidak ada respon setelah tiga kali pertemuan. Terkadang, fractional laser therapy dapat dilakukan setelah beberapa kali tindakan pulsed dye laser untuk hasil yang lebih baik.[3,4]
Efek samping dapat berupa purpura, hiperpigmentasi pascainflamasi, blister, dan bekas luka parut. Pada pasien dengan phototype kulit IV hingga VI, terapi sebaiknya dihindari atau dilakukan dengan hati-hati karena ada risiko dispigmentasi jangka panjang.[4]
Retinoid Topikal
Pilihan retinoid topikal untuk stretch mark adalah tretinoin, yang dapat menstimulasi sintesis kolagen melalui stimulasi fibroblas. Tretinoin juga menghambat aktivasi enzim matrix-degrading setelah jejas kulit akibat ultraviolet, sehingga diperkirakan dapat melindungi kulit dari mekanisme jejas lainnya.[4,8]
Kepatuhan pasien untuk mengaplikasikan obat selama beberapa bulan sangat perlu diperhatikan. Krim tretinoin 0,1% diaplikasikan sehari sekali di malam hari. Terapi dapat dilanjutkan hingga hasil yang memuaskan sudah tercapai atau progresivitas perbaikan berhenti. Terapi dapat dihentikan jika tidak ada perbaikan setelah 3–6 bulan.[1,4]
Efek samping yang umum adalah dermatitis retinoid, yang ditandai dengan eritema dan pengelupasan kulit. Kulit mungkin mengalami hiperpigmentasi setelah inflamasi, terutama pada pasien dengan phototype kulit IV hingga VI. Jika terjadi iritasi kulit, agen topikal dapat diganti dengan konsentrasi yang lebih rendah seperti krim tretinoin 0,05%, lotion tretinoin 0,05%, gel atau krim adapalene 0,1%, atau gel adapalene 0,3%.[4,8]
Penatalaksanaan Striae Alba
Striae alba umumnya lebih sulit diterapi daripada striae rubra. Pilihan terapi lini pertama striae alba adalah fractional laser therapy dan microneedling.[2,4]
Fractional Laser Therapy
Fractional laser therapy adalah transmisi cahaya laser dalam kolom-kolom sempit pada kulit, yang menghasilkan zona vertikal kerusakan termal dan induksi penyembuhan luka. Hal ini diharapkan dapat memperbaiki dispigmentasi dan tekstur kulit.[3,4]
Baik fractional laser ablatif maupun nonablatif dapat dilakukan untuk mengatasi striae alba. Terapi laser ablatif dapat menimbulkan jejas kulit lebih berat, periode pemulihan lebih panjang, dan risiko komplikasi lebih tinggi. Namun, frekuensi tindakan terapi laser ablatif yang dibutuhkan lebih sedikit daripada laser nonablatif.[4]
Terapi laser nonablatif umumnya dilakukan sebulan sekali selama 3–6 bulan. Terapi dapat dilakukan di klinik dengan anestesi lokal dan suhu dingin. Pada terapi laser ablatif, beberapa pasien membutuhkan tindakan di ruang operasi dengan anestesi umum. Umumnya, terapi ablatif dilakukan 1–3 kali dengan interval 4–6 bulan.[4]
Microneedling
Microneedling merupakan penusukan barisan jarum-jarum tipis pada kulit untuk menstimulasi pembentukan kolagen baru. Pada microneedling dengan radiofrekuensi, microneedling dikombinasikan dengan suhu panas pada dermis untuk menginduksi remodeling jaringan dan pembentukan kolagen.[4,9]
Dibandingkan dengan terapi laser, risiko efek samping seperti dispigmentasi dan bekas luka parut lebih kecil pada microneedling. Oleh karena itu, microneedling dengan radiofrekuensi lebih disukai untuk pasien dengan phototype kulit IV hingga VI yang berisiko tinggi mengalami dispigmentasi.[4]
Microneedling umumnya dilakukan dengan penetrasi 2–3 mm sebanyak 3–6 kali dalam interval 4 minggu. Lalu, tindakan dapat dilanjutkan hingga hasil memuaskan tercapai atau progresivitas perbaikan berhenti.[4]
Opsi Tata Laksana Lainnya
Terdapat beberapa intervensi yang dapat memperbaiki penampilan stretch mark, tetapi bukti-bukti yang mendukungnya masih terbatas. Intervensi tersebut meliputi:
- Dermabrasi superfisial
- Fototerapi: dapat memperbaiki hipopigmentasi striae alba
Chemical peeling: menggunakan glycolic acid atau trichloroacetic acid, dapat meningkatkan sintesis kolagen
Intense pulsed light: dapat menjadi alternatif pulsed dye therapy pada striae rubra
- Alat radiofrekuensi: dapat menginduksi remodeling dermis dan mengencangkan kulit
- Cahaya inframerah: menarget struktur vaskular, dapat menginduksi remodeling kolagen dermis
- Agen topikal: Centella asiatica, asam hyaluronat, dan cocoa butter[1,4,8]