Epidemiologi Psoriasis
Menurut data epidemiologi, prevalensi psoriasis bervariasi di masing-masing negara dengan rentang sekitar 0,09–11,4% pada orang dewasa. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia tetapi lebih sering terjadi pada pasien dewasa daripada pasien anak-anak. Insidensi pada pria dan wanita dilaporkan hampir sama.[5]
Global
Prevalensi psoriasis bervariasi di tiap negara dengan rentang 0,09–11,43% pada orang dewasa dan 0–1,4% pada anak-anak. Rata-rata prevalensi mencapai 2–3%. Prevalensi psoriasis cenderung meningkat dengan menjauhnya jarak suatu area dari garis ekuator.
Data menunjukkan kenaikan insidensi psoriasis tiap tahun. Namun, peningkatan ini mungkin disebabkan oleh perubahan pola diagnostik dari waktu ke waktu.
Psoriasis terjadi dengan jumlah yang hampir sama pada laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini dapat terjadi pada segala rentang usia tetapi lebih jarang terjadi pada anak. Dua kelompok usia yang menjadi puncak onset psoriasis adalah usia 30–39 tahun dan usia 50–69 tahun.[5,20,21]
Indonesia
Menurut suatu studi, prevalensi psoriasis di Indonesia mencapai 2,5% dari jumlah penduduk. Namun, data epidemiologi psoriasis di Indonesia masih sangat terbatas. Studi epidemiologi lebih lanjut masih diperlukan.[22]
Mortalitas
Kematian pada kasus psoriasis lebih sering terkait dengan terapi, contohnya terapi kortikosteroid sistemik yang dapat memicu serangan penyakit pustular yang berakibat fatal, terapi methotrexate yang menyebabkan fibrosis hati, dan fototerapi yang dapat menyebabkan kanker kulit yang bermetastasis.[23]
Morbiditas pada psoriasis sering menjadi masalah besar bagi pasien. Morbiditas bisa berupa pruritus, kulit kering dan mengelupas, fissure, rasa malu dan rendah diri, hingga dampak ekonomi karena biaya berobat yang tinggi. Penurunan kualitas hidup pada pasien psoriasis merupakan morbiditas yang paling signifikan.[23]
Adanya hubungan antara psoriasis dan penyakit metabolik, seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, hipertensi, dapat menjadi perhatian dalam menganalisis masalah pasien. Dokter perlu memberikan tata laksana yang komprehensif untuk mengelola mortalitas dan morbiditas pasien secara menyeluruh.[23]
Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah