Pendahuluan Grave's Disease
Grave's disease atau penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan hipertiroidisme. Grave's disease ditandai dengan infiltrasi sel T spesifik antigen tiroid ke dalam jaringan yang mengekspresikan thyroid-stimulating hormone receptor (TSH-R). Autoantibodi pada Grave's disease mengaktivasi TSH-R dan menyebabkan hiperplasia tiroid dan sekresi hormon tiroid.[1,2]
Grave's disease adalah penyakit autoimun yang terutama menyerang kelenjar tiroid tapi juga dapat mempengaruhi berbagai organ lain, termasuk mata dan kulit. Grave's disease yang tidak terdiagnosis dapat menyebabkan thyroid storm yang membawa morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Diagnosis dini dan penatalaksanaan Grave's disease juga dapat mencegah komplikasi jantung yang parah, seperti atrial flutter, atrial fibrilasi, dan high output cardiac failure.[1]
Diagnosis Grave’s disease perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan tremor, eksoftalmus, peningkatan denyut jantung, penurunan berat badan, dan pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan penunjang laboratorium akan menunjukkan hipertiroidisme atau tirotoksikosis, serta antibodi TSH-R positif. Pada USG tiroid akan tampak gambaran kelenjar tiroid yang hipervaskular dan hipoekoik. Pemeriksaan mata menunjukkan orbitopathy.[2]
Grave’s disease diobati dengan menurunkan sintesis hormon tiroid menggunakan obat antitiroid, ataupun mengurangi jaringan tiroid dengan penggunaan iodin radioaktif atau tiroidektomi. Pasien umumnya mendapat methimazole selama 12-18 bulan. Jika antibodi TSH-R tetap tinggi, maka terapi diperpanjang sambil dilakukan pemantauan. Jika tetap tinggi, maka terapi iodin radioaktif atau tiroidektomi harus dipertimbangkan.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta