Penatalaksanaan Sindrom Metabolik
Penatalaksanaan sindrom metabolik terdiri dari perubahan gaya hidup, manajemen dislipidemia aterogenik, pengontrolan tekanan darah, manajemen hiperglikemia, dan manajemen kondisi protrombotik. Semua langkah tersebut bertujuan untuk mencegah penyakit kardiovaskular akibat sindrom metabolik.[1-3]
Perubahan Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dilakukan untuk mengubah obesitas dan kebiasaan hidup yang sedenter. Hal ini dicapai dengan restriksi kalori dan pelaksanaan aktivitas fisik rutin.
Restriksi Kalori
Restriksi kalori merupakan metode yang sangat efektif dan harus dilakukan dengan perubahan perilaku jangka panjang. Restriksi kalori yang sangat ekstrem tanpa diikuti kesadaran dan perubahan perilaku dalam jangka panjang terbukti hanya menurunkan berat badan sesaat. Oleh karena itu, penurunan berat badan melalui restriksi kalori dilakukan perlahan, dengan komitmen jangka panjang.
Tujuan awal restriksi kalori adalah penurunan 10% berat badan, yang dapat dicapai dengan pemilihan makanan-makanan rendah kalori. Komposisi makanan juga sangat penting untuk diperhatikan. Makanan rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya lebih direkomendasikan. Namun, belakangan ini studi menemukan bahwa makanan tinggi lemak tidak jenuh dengan karbohidrat yang rendah ternyata lebih baik. Makanan tinggi lemak jenuh harus dihindari.[1-3]
Aktivitas Rutin
Aktivitas fisik rutin memiliki banyak manfaat dalam penatalaksanaan sindrom metabolik, seperti menyeimbangkan kalori, menurunkan resistensi insulin, serta meningkatkan kebugaran jasmani pasien. Keseluruhan hal tersebut berhubungan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular.[1-3]
Penatalaksanaan Dislipidemia Aterogenik
Penatalaksanaan dislipidemia aterogenik menargetkan apolipoprotein B (ApoB) yang mengandung low density lipoprotein (LDL) dan very low density lipoprotein (VLDL). LDL dan VLDL biasa disebut kolesterol non-HDL atau lipoprotein aterogenik.
Penurunan kolesterol non-HDL ditargetkan hingga <100 mg/dL pada pencegahan sekunder dan <130 mg/dL pada pencegahan primer. Pada pasien risiko tinggi penyakit kardiovaskular, penurunan kolesterol non-HDL hingga <100 mg/dL lebih dianjurkan.
Penurunan kolesterol non-HDL dapat dilakukan dengan terapi medikamentosa. Obat lini pertama adalah golongan statin. Regimen yang disarankan adalah statin intensitas tinggi berupa atorvastatin 80 mg atau rosuvastatin 20–40 mg per hari.
Namun, beberapa pasien mungkin tidak dapat menoleransi penggunaan statin yang intensif, sehingga pasien tersebut dapat diberikan kombinasi statin dengan intensitas sedang (atorvastatin 10 mg, rosuvastatin 5 mg, simvastatin 20 mg). Kombinasi tersebut dilaporkan mampu memberikan efek seperti statin intensitas tinggi.[1-3]
Kontrol Tekanan Darah
Kontrol tekanan darah paling efektif dilakukan dengan restriksi kalori karena penurunan kalori berjalan sejajar dengan penurunan tekanan darah. Selain itu, modifikasi pada komposisi diet juga dapat membantu penurunan tekanan darah. Jika kontrol tekanan darah tidak tercapai, maka obat antihipertensi bisa digunakan.
Obat antihipertensi lini pertama adalah ACE inhibitor (seperti captopril) dan bloker alfa karena keduanya tidak menyebabkan resistensi insulin dan faktor risiko metabolik lain. Sebaliknya, penggunaan bloker beta (seperti atenolol dan metoprolol) menyebabkan resistensi insulin dan memperburuk sindrom metabolik.
Diuretik tiazid juga dapat meningkatkan resistensi insulin. Sementara itu, obat golongan calcium channel-blocker bersifat netral secara metabolik dan menyebabkan resistensi insulin yang minimal, sehingga masih dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah pada pasien sindrom metabolik.[1-3]
Kontrol Gula Darah
Sama seperti sebelumnya, metode awal kontrol gula darah adalah penurunan berat badan sekitar 10% dan peningkatan aktivitas fisik menjadi minimal 150 menit/minggu. Modifikasi gaya hidup ini akan menurunkan kemungkinan terjadinya diabetes dari kondisi prediabetes sekitar 50%. Terapi medikamentosa seperti penggunaan metformin memang dapat menurunkan kemungkinan diabetes, tetapi tidak seefektif perubahan gaya hidup.[1-3]
Penatalaksanaan Kondisi Protrombotik
Kondisi ini digambarkan dengan peningkatan agen-agen proinflamasi. Cara yang paling efektif untuk menangani kondisi protrombotik adalah restriksi kalori dan penurunan berat badan. Keduanya akan menyebabkan penurunan faktor-faktor aktivasi koagulasi. Untuk terapi medikamentosa, aspirin diketahui efektif mengatasi kondisi protrombotik. Aspirin dapat menurunkan >10% risiko penyakit kardiovaskular selama 10 tahun.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur