Penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Penatalaksanaan irritable bowel syndrome (IBS) meliputi edukasi dan reassurance, modifikasi diet, serta terapi farmakologi sesuai tanda, gejala, dan subtipe irritable bowel syndrome.[1,3,10]
Edukasi dan Reassurance
Sangat penting untuk membina hubungan pasien dan dokter yang kokoh, karena penyakit IBS bersifat kronis. Edukasi ditekankan terhadap penyebab, pemeriksaan yang perlu dilakukan, reassurance terhadap prognosis, serta melibatkan pasien dalam memilih terapi yang bermanfaat untuk mengurangi gejala.[1,3,4,10]
Modifikasi Diet
Modifikasi diet terbukti bermanfaat pada penatalaksanaan IBS, yaitu dianjurkan untuk diet bebas gluten, rendah FODMAPs (fermentasi oligosakarida, disakarida, monosakarida, dan poliol seperti sorbitol, xilitol, fruktosa, laktosa, galaktosa), serta makanan yang memproduksi gas (bawang, kacang, seledri, pisang, wortel, aprikot, kubis brussel, buah prem).[1,2,10-13]
Khusus pasien IBS subtipe konstipasi, dianjurkan pula untuk diet tinggi serat. Selain serat alami, tersedia pula preparat fiber seperti psyllium/ispaghula. Namun, manfaat preparat fiber tersebut bagi pasien IBS subtipe konstipasi masih kontroversial.[1,2,10]
Terapi Farmakologi
Agen farmakologi digunakan untuk mengurangi gejala. Untuk keluhan nyeri perut dapat diberikan antispasmodik. Untuk konstipasi dapat diberikan agen laksatif. Sedangkan untuk diare, dapat diberikan obat antidiare
Nyeri Abdomen dan Perut Kembung
Keluhan nyeri perut pada pasien IBS dapat dikurangi dengan pemberian antispasmodik. Jika nyeri tidak berkurang, maka dapat dikombinasikan dengan antidepresan. Untuk keluhan perut kembung dapat diberikan rifaximin.[10]
Antispasmodik:
Obat antispasmodik, seperti mebeverin dan hyoscine butylbromide, dapat merelaksasi otot polos usus sehingga mengurangi nyeri perut.
- Dosis mebeverin yang direkomendasikan adalah 100‒135 mg oral 3 kali/hari, sebelum makan.
- Dosis hyoscine butylbromide yang direkomendasikan adalah 10‒20 mg oral 3‒4 kali/hari[3,10,14]
Antidepresan:
Antidepresan tipe selective serotonin reuptake inhibitors (paroxetine, fluoxetine, sertraline) memfasilitasi pelepasan endorfin endogen, memblokir norepinephrin reuptake yang meningkatkan jalur inhibisi nyeri desenden, serta memblokir neuromodulator nyeri. Antidepresan tipe trisiklik (amitriptyline, nortriptyline, dan imipramine) via jalur antikolinergik dapat mengontrol motilitas usus.
- Dosis antidepresan amitriptyline yang direkomendasikan mulai dari 10 hingga 25 mg oral sekali sehari, sebelum tidur.
- Dosis paroxetine dan fluoxetine yang direkomendasikan adalah 20 mg oral di pagi hari sekali sehari. Sedangkan dosis sertraline yang direkomendasikan adalah 50 mg oral sekali sehari[3,10,14]
Rifaximin:
Rifaximin mampu mengurangi produksi gas dari flora usus. Dosis yang direkomendasikan adalah 550 mg oral 3 kali/hari. [10,11,15,16]
Konstipasi
Konstipasi pada IBS dapat diobati menggunakan laksatif, lubiprostone, dan linaclotide.
Laksatif:
Baik laksatif osmotik, stimulan atau emolien berguna untuk mengurangi konstipasi. [3,10]
- Laksatif osmotik yang dapat digunakan misalnya larutan laktulosa 15‒30 mL sekali sehari, polietilen glikol (PEG) 17 gram bubuk dalam 240 mL air sekali sehari, atau magnesium hidroksida (400 mg/5mL) 30‒60 mL sekali sehari
- Laksatif stimulan yang dapat digunakan misalnya senna 15 mg sekali sehari, bisacodyl 5‒15 mg tablet sekali sehari, atau bisacodyl supositoria 1 kali/hari via rektum
- Laksatif emolien yang dapat digunakan misalnya docusate oral 50‒300 mg per hari, atau 1 enema via rektum sekali sehari[2,3,10]
Lubiprostone:
Lubiprostone mengaktivasi saluran klorida di bagian apikal epitel susu halus untuk mensekresi ion klorida, sehingga air dan natrium berdifusi pasif ke lumen usus. Dosis yang direkomendasikan adalah 24 μg peroral 2 kali/hari.[1-3,10]
Linaclotide:
Linaclotide mengaktivasi reseptor guanylate cyclase pada neuron intestinal yang akan meningkatkan cGMP dan sekresi anion klorida, sehingga meningkatkan cairan usus dan mengurangi waktu transit usus. Dosis yang direkomendasikan adalah 290 μg sekali sehari, diberikan 30 menit sebelum makanan pertama.[1,3,10,17]
Diare
Untuk keluhan diare dapat diberikan obat antidiare, eluxadoline, atau alosteron.
Agen Antidiare:
Agen antidiare bekerja dengan menghambat peristaltik, memperpanjang waktu transit usus, dan mengurangi volume tinja. Contoh agen antidiare yang dapat digunakan adalah loperamide 4 mg pada pemberian awal, diikuti 2 mg setiap episode diare, maksimum 16 mg per hari.[1,3,10]
Eluxadoline:
Eluxadoline bekerja lokal di sistem saraf enterik pada reseptor opioid di dinding usus untuk mempengaruhi sekresi, motilitas usus, dan sensasi visera. Dosis yang direkomendasikan adalah 100 mg bersama makanan, 2 kali/hari.[10]
Alosetron:
Alosetron adalah antagonis reseptor 5-hidroksi-triptamin-3 (5-HT3). Alosetron mengontrol hipersensitivitas usus melalui aksi antagonis selektif di reseptor 5-HT3. Dosis yang direkomendasikan adalah 0,5‒1 mg per 12 jam, selama 4 minggu.[10]
Probiotik dan Transplantasi Mikrobiota Fekal untuk Irritable Bowel Syndrome
Beberapa studi menunjukkan potensi probiotik dalam tata laksana IBS, tetapi kebanyakan studi ini memiliki jumlah sampel yang kecil. Hingga saat ini, belum ada data adekuat untuk mengetahui strain probiotik mana dan berapa dosis yang efektif untuk tata laksana IBS.[18,19]
Studi lain juga sedang meneliti apakah transplantasi mikrobiota fekal bermanfaat untuk irritable bowel syndrome. Namun, hasilnya belum konklusif.
Psikoterapi
Tinjauan Cochrane yang dipublikasikan pada tahun 2009 menyebutkan bahwa cognitive behavioural therapy (CBT) dan interpersonal psychotherapy efektif untuk tata laksana IBS. Namun, data yang ada masih berdasarkan kualitas bukti yang rendah.
Hingga kini, CBT masih menjadi metode psikoterapi yang paling banyak diteliti untuk tata laksana IBS, dengan komponen antara lain psikoedukasi untuk mematahkan kepercayaan yang salah terkait penyakit ini, restruktur kognitif untuk mengatasi kecemasan atau kewaspadaan berlebihan, dan strategi relaksasi.[20,21]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini