Epidemiologi Edema Paru Akut
Data epidemiologi edema paru akut menunjukkan bahwa kondisi ini sering terjadi pada pasien gagal jantung kronis. Pasien dengan gagal jantung kronis dilaporkan setidaknya akan mengalami 1 kali episode edema paru akut yang memerlukan rawat inap.[1]
Edema paru akut juga banyak ditemukan pada pasien COVID-19. Adanya edema paru akan meningkatkan risiko mortalitas pasien secara bermakna.
Global
Secara global, prevalensi edema paru akut sekitar 75.000 hingga 83.000 kasus per 100.000 penderita gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang rendah. Lebih dari 80% pasien yang mengalami edema paru akut disebabkan karena proses kardiogenik. Edema paru akut terutama lebih sering dialami pasien berjenis kelamin laki-laki yang berusia di atas 65 tahun. Dalam tinjauan literaturnya, Purvey et al menemukan bahwa sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung kronik akan mengalami setidaknya satu kali episode edema paru akut yang memerlukan terapi di rumah sakit.[1,8,9]
Indonesia
Data epidemiologi edema paru akut di Indonesia masih belum tersedia. Gagal jantung merupakan penyebab yang sering dari edema paru akut. Di Indonesia, prevalensi dilaporkan mencapai 5% dari total populasi.[40]
Mortalitas
Sebuah penelitian melaporkan bahwa dalam kondisi penanganan kegawatan, angka mortalitas edema paru akut akibat proses kardiogenik dapat mencapai 15-20%. Sementara itu, edema paru akut yang disebabkan acute respiratory distress syndrome (ARDS) memiliki mortalitas yang lebih rendah dan cenderung memiliki tren penurunan setiap dekadenya, dari 60% pada tahun 1967 hingga 1981 menjadi 30-40% pada 1990-an.
Pada penelitian edema paru akut akibat ARDS, didapati adanya penurunan tingkat mortalitas sekitar 1,1% per tahun sejak 1994 hingga 2006. Pemicu tersering ARDS adalah infeksi paru, infeksi sistemik, atau trauma mekanik.
Angka kesintasan edema paru akut setelah diikuti selama satu tahun dilaporkan sebesar 50% dengan mortalitas sebesar 85% setelah diikuti selama 6 tahun. Faktor yang mempengaruhi mortalitas terutama adalah tekanan darah sistolik pada saat pertama masuk Rumah Sakit, riwayat rekurensi edema paru akut sebelumnya, kebutuhan menggunakan obat golongan inotropik, dan intubasi endotrakeal.[1,7,8,10]
Penulisan pertama oleh: dr.Gold SP Tampubolon