Prognosis Gagal Jantung
Penanda prognosis buruk gagal jantung mencakup ketidakseimbangan neurohormonal, fraksi ejeksi rendah, aritmia ventrikel, penundaan konduksi intraventrikular, kapasitas fungsional rendah, tekanan darah sistolik rendah, dan gagal ginjal. Gagal jantung akan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk kejadian tromboemboli dan kematian.
Komplikasi
Gagal jantung dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti aritmia, kejadian tromboemboli, komplikasi saluran cerna, dan komplikasi pernapasan.
Aritmia
Jenis aritmia yang berbahaya dan sering dialami pasien dengan gagal jantung antara lain atrial fibrilasi dan aritmia ventrikuler. Pasien dengan gagal jantung yang disertai aritmia memiliki risiko lebih tinggi mengalami stroke dan kejadian tromboemboli lain. Sementara itu, aritmia ventrikuler maligna seperti ventricular tachycardia lebih sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung tahap akhir. Episode takikardia ventrikuler yang menetap biasanya menjadi indikator aritmia ventrikuler berulang dan kematian jantung mendadak di masa akan datang.[1,20]
Kejadian Tromboemboli
Gagal jantung juga meningkatkan risiko stroke dan kejadian tromboemboli. Faktor yang meningkatkan risiko tromboemboli pada pasien dengan gagal jantung antara lain curah jantung rendah disertai stasis darah di ruang jantung, kelainan gerak dinding jantung regional, dan fibrilasi atrium. Selain itu, pada gagal jantung tahap lanjut, pasien dapat mengalami imobilisasi akibat gejala sesak yang berat dan hal tersebut turut meningkatkan risiko deep vein thrombosis dan emboli paru.[1,20]
Komplikasi Saluran Cerna
Komplikasi saluran cerna yang mungkin terjadi pada pasien dengan gagal jantung dapat disebabkan oleh perubahan struktural dan fungsional pada lambung, ileum, kolon, dan sigmoid. Hal ini dapat menyebabkan malabsorpsi lemak, anemia, dan kakheksia.[1,20]
Komplikasi Serangat Akut
Apabila pasien dengan gagal jantung mengalami suatu pemicu, misalnya infark miokard atau disfungsi ginjal, yang kemudian diperkuat dengan berbagai mekanisme miokard, renal, vaskuler, dan neurohormonal gagal jantung, maka dekompensasi akut gagal jantung dapat bermanifestasi. Komplikasi dari dekompensasi akut gagal jantung antara lain kongesti paru, gagal napas, kongesti hati, dan syok kardiogenik.[1,20]
Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh sudah sampai tahap mana gagal jantung yang diderita pasien. Mortalitas meningkat pada gagal jantung tahap lanjut. Penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang signifikan, terlebih bila tidak berespon terhadap pengobatan, juga menandakan prognosis yang kurang baik.[1,2]
Sejumlah model prognosis dapat digunakan untuk menilai kesintasan pasien, termasuk.The Seattle Heart Failure Model (SHFM) yang didapat dari analisis retrospektif prediktor kesintasan pada pasien gagal jantung. Model ini memberikan estimasi kesintasan pada tahun pertama, kedua, dan ketiga pasca diagnosis dengan menggunakan data klinis, farmakologis, alat, dan laboratorium.[24]
Setelah diagnosis pertama, pasien gagal jantung rata-rata bisa masuk perawatan rumah sakit minimal 1 kali setiap tahunnya. Risiko keperluan masuk rumah sakit meningkat pada pasien dengan komorbid diabetes, atrial fibrilasi, kelebihan berat badan, kadar HbA1c yang lebih tinggi, dan penurunan estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR).[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita