Pendahuluan Sindrom Marfan
Sindrom Marfan adalah spektrum kelainan genetik autosomal dominan yang ditandai dengan defek jaringan ikat. Gangguan jaringan ikat pada sindrom Marfan dapat ditemukan di seluruh tubuh maupun sistem organ, tetapi sistem kardiovaskular, muskuloskeletal, dan okular yang paling sering terpengaruh.[1,2]
Pada pasien sindrom Marfan, deformitas sistem skeletal, seperti skoliosis torakolumbal, lordosis torakal, dan pektus eskavatum, berisiko menyebabkan gangguan pernapasan akibat restrictive airway disease dan dapat berkembang menjadi cor pulmonale.[1,2]
Selain itu, pasien sindrom Marfan dapat mengalami kebutaan akibat glaukoma, retinal detachment, dan katarak yang tidak terdiagnosis atau tidak tertangani dengan baik. Penyebab mortalitas utama dari sindrom Marfan adalah dilatasi atau diseksi aorta ascenden.[1,2]
Diagnosis sindrom Marfan ditegakkan berdasarkan kriteria Ghent, yaitu pengukuran diameter akar aorta dan skoring berdasarkan karakteristik sistemik. Tata laksana sindrom Marfan sangat kompleks, dan harus mencakup pemeriksaan tahunan terkait fungsi penglihatan, jantung, dan konseling psikologis.[1,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini