Penatalaksanaan Inkompatibilitas ABO
Penatalaksanaan inkompatibilitas ABO bergantung pada derajat keparahan reaksi yang ditimbulkan. Pada pasien dengan manifestasi klinis yang tidak mengancam nyawa, tata laksana dapat berupa simptomatik dan meliputi terapi pencegahan sebelum transfusi atau transplantasi organ. Pada reaksi hemolitik akut pascatransfusi, tata laksana awal adalah dengan menghentikan transfusi.[1,3,4,6]
Tata Laksana pada Kondisi yang Mengancam Nyawa
Jika dicurigai adanya reaksi hemolitik akut pada transfusi maka penatalaksanaan awal yang harus segera dilakukan adalah menghentikan transfusi. Akses intravena harus dipertahankan. Terapi yang diberikan bergantung pada manifestasi klinis yang muncul.[3,4]
Tata Laksana Reaksi Anafilaksis
Injeksi epinefrin pada kasus anafilaksis dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,3–0,5 mL dari sediaan epinefrin 1:1000. Jika pasien mengalami hipotensi, pemberian 0,5 mL sediaan epinefrin 1:10,000 dapat dilakukan secara intravena. Pasien perlu dipantau hingga 24 jam setelah resolusi gejala tercapai.[3,4]
Tata Laksana Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI)
Penanganan TRALI diawali dengan menghentikan transfusi selagi mempersiapkan jalur intravena. Pasien dengan episode yang tidak terlalu berat dapat diberikan oksigen melalui nasal kanul atau sungkup. Jika gejala sesak napas masih menetap setelah pemberian oksigen, pasien perlu dirawat di ruang rawatan intensif dan diberikan ventilasi mekanik. Pemberian diuretik tidak diindikasikan jika pasien tidak menunjukkan tanda overload cairan atau edema kardiogenik pulmoner.[3,4]
Transfusion-Associated Circulatory Overload (TACO)
Penanganan pada kondisi TACO diawali dengan penghentian transfusi dan membuat pasien dalam posisi duduk. Oksigen diberikan dan hindari kelebihan pemberian cairan.
Jika memungkinkan, unit darah yang ditransfusikan dapat dikurangi untuk membalik aliran dan menurunkan volume intravaskuler melalui flebotomi terkontrol. Pada kondisi yang tidak terlalu darurat, TACO dapat ditangani dengan diuretik melalui pemberian oral atau parenteral.[3,4]
Terapi Profilaksis Gagal Ginjal Akut
Untuk profilaksis terhadap kondisi gagal ginjal dilakukan rehidrasi menggunakan cairan kristaloid 3000 ml/24 jam, pemberian dopamin dosis rendah yaitu 1- 5 μg/kg/menit, serta diuresis osmotik menggunakan manitol 20% 100 mL/m² bolus dilanjutkan dengan 30 ml/kgBB/jam selama 12 jam.[3]
Tata Laksana pada Kondisi yang Tidak Mengancam Nyawa
Pada kasus inkompatibilitas ABO yang bermanifestasi klinis sebagai reaksi febris non-hemolitik, demam dapat hilang tanpa pemberian obat dalam 15–30 menit. Jika demam menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien terapi simptomatik diberikan untuk menangani demam. Paracetamol dapat diberikan dengan dosis 325–500 mg.
Pemberian antihistamin dapat sebagai terapi maupun sebagai premedikasi untuk mencegah gejala urtikaria primer pascatransfusi. Diphenhydramine dapat diberikan secara oral atau intravena dengan dosis 25–100 mg tergantung derajat keparahan urtikaria. Sementara itu, gejala hipotensi primer tanpa disertai gejala lain dapat ditangani dengan penghentian transfusi darah.[3,4]
Tata Laksana Inkompatibilitas ABO terkait Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)
Pada kasus hemolytic disease of the newborn (HDN), begitu diagnosis sudah ditegakkan, tata laksana yang dilakukan adalah memantau kadar bilirubin serum, melakukan hidrasi secara oral dan fototerapi. Pada bayi dengan klinis ikterus, pemeriksaan bilirubin serum harus dilakukan dalam waktu 24 jam kelahiran. Kebutuhan pemeriksaan ulang kadar bilirubin tergantung pada kategori klinis ikterus sesuai kriteria pedoman American Academy of Pediatrics (AAP).[2,7]
Jika setelah dilakukan tata laksana, tetapi tidak ada perbaikan pada kadar bilirubin serum, maka tata laksana lanjutan yang perlu dilakukan adalah memberikan hidrasi intravena, intravenous immunoglobulin (IVIG) dan transfusi tukar yang merupakan pilihan terakhir jika hidrasi intravena dan IVIG tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan.[2,6,7]
Tata Laksana Inkompatibilitas ABO terkait Transplantasi Organ
Tata laksana pada inkompatibilitas ABO pada transplantasi organ lebih kepada premedikasi supaya tidak terjadi penolakan akut yaitu dilakukan dengan pemberian pretreatment berupa 1–2 sesi plasmaferesis dan imunosupresi berupa steroid, azathioprine, cyclosporine, dan antilymphocyte globulin (ALG).[14]
Penulisan pertama oleh: dr. Tyagita Khrisna Ayuningtias