Prognosis Luka Bakar Pada Anak
Prognosis luka bakar pada anak tergantung usia, kedalaman dan luas luka bakar, serta adanya trauma inhalasi. Kompleksnya permasalahan luka bakar pada anak tersebut membutuhkan penatalaksanaan multidisiplin sejak awal perawatan hingga fase rehabilitasi. Komplikasi luka bakar pada anak mencakup terbentuknya jaringan parut, dehidrasi, sepsis, hingga kematian.
Komplikasi
Luka bakar merupakan cedera yang berat, terutama bila melibatkan area yang luas. Komplikasi yang ditimbulkan bersifat lokal dan sistemik baik pada fase akut maupun setelah proses epitelisasi selesai. Risiko komplikasi yang mungkin dihadapi pasien dengan luka bakar adalah hipopigmentasi, parut hipertrofik, keloid, kontraktur, osifikasi heterotopik, pruritus, gangguan pertumbuhan, gangguan metabolisme, dan gangguan psikososial.[4,8,26]
Komplikasi Lokal
Komplikasi berupa parut hipertrofik dan keloid pada umumnya dijumpai pada luka bakar dermal dan full thickness. Faktor lain yang memengaruhi adalah usia, pigmen kulit pasien, riwayat keluarga, dan lokasi parut. Parut yang tidak ideal ini dapat dicegah dengan mengupayakan epitelisasi secepat mungkin, idealnya dalam waktu 3 minggu. Selain itu perlu juga dilakukan perawatan parut yang baik setelah luka tertutup epitel.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi masalah ini meliputi penggunaan pressure garment, injeksi kortikosteroid intralesi, penggunaan silikon gel, dan terapi laser. Tata laksana pembedahan yang dilakukan adalah dengan eksisi parut atau relaksasi jaringan parut.
Kontraktur disebabkan oleh tarikan parut selama proses maturasi jaringan parut berlangsung. Kontraktur pada sendi dan bagian-bagian lain dapat dicegah dengan perawatan parut yang baik, serta area yang rentan mengalami kontraktur perlu dipertahankan dalam posisi anti-kontraktur hingga parut matur. Mempertahankan sendi pasien dalam posisi ekstensi untuk mencegah kontraktur tentunya tidak dapat dilakukan sepanjang hari karena akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Posisi anti-kontraktur dapat dilakukan setiap malam saat anak-anak tertidur dengan memasang bidai untuk mempertahankan sendi pada posisi yang diinginkan.[4,8,26]
Komplikasi Sistemik
Komplikasi sistemik pada anak-anak dengan luka bakar adalah hipermetabolisme dan katabolisme yang berlangsung dalam periode panjang. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal akut, rhabdomyolisis, dan hipoglikemia.[4,8,26]
Komplikasi Psikososial
Gangguan psikososial perlu dikenali dan dievaluasi sejak awal, terutama pada anak-anak usia sekolah dan kasus child abuse. Pendampingan psikiater anak pada masa rehabilitasi ini penting untuk menunjang perkembangan emosional dan psikologis pasien.[4,8,26]
Prognosis
Prognosis luka bakar pada anak derajat ringan dan sedang umumnya baik. Pada luka bakar berat, prognosis dipengaruhi oleh usia, kadar albumin, persentase dan kedalaman luka bakar, trauma inhalasi, etiologi, status nutrisi dan waktu kedatangan yang mempengaruhi mortalitas pasien luka bakar.[8,53]
Usia
Semakin muda usia anak mortalitasnya semakin tinggi. Angka kematian anak usia < 4 tahun lebih tinggi dari pada kelompok usia anak lainnya. Hal ini disebabkan karena struktur kulit yang lebih tipis, kekebalan tubuh yang masih rendah, dan kebutuhan cairan yang lebih tinggi sehingga mudah terjadi syok hipovolemik dan sepsis.[8,26,54]
Kadar Albumin
Kadar albumin akan semakin rendah seiring beratnya luka bakar. Hipoalbumin berimbas pada metabolisme seluruh tubuh, sehingga meningkatkan mortalitas luka bakar pada anak.[4,40,53]
Persentase dan Kedalaman Luka Bakar
Semakin luas dan dalam luka bakar pada anak kerusakan sistemik yang ditimbulkan lebih parah sehingga meningkatkan mortalitas.[8,53]
Trauma Inhalasi
Trauma inhalasi dapat meningkatkan mortalitas melalui 3 mekanisme yakdi edema jalan napas yang menyebabkan obstruksi, keracunan karbon monoksida dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).[8,53]
Etiologi
Etiologi luka bakar menentukan pola kerusakan sistem organ. Berdasarkan studi epidemiologi kobaran api (flame) dapat menjadi penetu angka mortalitas karena luas serta dalamnya luka bakar yang terjadi serta adanya trauma inhalasi.[8,27,28,53]
Status Nutrisi
Status nutrisi yang buruk menyebabkan penyembuhan luka berjalan lebih lama dan respon kekebalan tubuh terhadap luka bakar kurang sehingga mempengaruhi penyakit, meningkatkan morbiditas dan mortalitas.[8,9]
Waktu Kedatangan
Keterlambatan kedatangan pada fasilitas kesehatan dan keterlambatan dalam rujukan dapat berimbas pada keterlambatan penanganan sehingga meningkatkan angka mortalitas pasien.[8,26]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B. SpBP-RE