Patofisiologi Micropenis
Secara patofisiologi, micropenis dapat terjadi akibat ketidakseimbangan atau abnormalitas hormon yang berperan dalam perkembangan panjang penis. Pemahaman mengenai patofisiologi micropenis dimulai dari proses perkembangan seksual anak sejak masa intrauterine.
Diferensiasi seksual terjadi saat trimester pertama atau saat usia kehamilan 8–12 minggu. Pada masa ini, janin masih memiliki duktus genital laki-laki dan perempuan. Sex-determining region of the Y region (SRY) memegang peranan penting dalam diferensiasi seksual laki-laki, dengan membentuk testis. Bila tidak ada gen SRY maka ovarium akan terbentuk.[1-3]
Pada masa awal kehamilan, human chorionic gonadotropin (hCG) plasenta akan menstimulasi sel Leydig untuk menyekresi hormon androgen atau testosteron. Testosteron selanjutnya akan dikonversi menjadi dihidrotestosteron (DHT), yang berfungsi untuk menstimulasi karakteristik seksual laki-laki (maturasi kantung skrotum, pertambahan panjang penis, dan perkembangan ukuran testis).[1-3]
Pada usia kehamilan trimester II dan III, produksi androgen fetal diambil alih oleh gonadotropin pituitari fetal. Pada usia kehamilan 8–24 minggu, terdapat kadar androgen fetal yang tinggi, dan akan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 14–16 minggu, sehingga terjadi pertambahan panjang penis yang pesat pada masa tersebut.
Pada usia kehamilan 16 minggu menuju 38 minggu, terjadi pertambahan panjang penis kurang lebih 20 mm. Setelah lahir, perkembangan karakteristik seksual laki-laki diregulasi oleh aksis hipotalamus-pituitari yang melibatkan gonadotropin releasing hormone (GnRH), follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH). Kadar tertinggi hormon androgen postnatal terjadi antara usia 1–3 bulan pertama kehidupan.[1-5]
Micropenis dapat terjadi akibat abnormalitas atau ketidakseimbangan hormonal setelah usia kehamilan 12 minggu, karena pada saat ini produksi hormon androgen telah diambil alih oleh gonadotropin pituitari fetal.
Gangguan hormonal ini dapat berupa kurangnya produksi hormon androgen untuk stimulasi pertumbuhan penis, atau penis tidak memiliki respon yang adekuat terhadap stimulasi hormon yang tersedia. [1-5]