Diagnosis Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut
Diagnosis penyakit tangan, kaki, dan mulut (PTKM) atau hand, foot, and mouth disease (HFMD) didapat dari gambaran bercak atau ruam pada mukosa mulut (oral exanthem), lesi makular, makulopapular, atau vesikular pada area predisposisi sesuai nama penyakit. Pemeriksaan penunjang tidak rutin diperlukan pada penyakit ini.
Anamnesis
Anamnesis PTKM meliputi usia pasien, pola gejala yang timbul, dan tampilan ruam yang muncul. Onset gejala dimulai setelah fase inkubasi selama 3‒6 hari. Penderita PTKM biasanya menunjukkan gejala awal infeksi seperti demam subfebris, malaise, nyeri perut, dan gejala infeksi saluran nafas atas seperti nyeri tenggorokan atau nyeri menelan. Gejala ini dapat menyebabkan kekurangan intake sehingga rentan terjadi dehidrasi.[1,11]
Sekitar 1‒2 hari setelah gejala awal, muncul vesikel pada mulut, tangan, kaki, dan terkadang pada daerah bokong. Pasien biasanya mengeluh dengan sebutan lenting-lenting, bintik-bintik, maupun bentol pada kulit. Lesi kulit biasanya tidak disertai keluhan gatal.[3,16]
Gejala klinis yang menandai adanya keterlibatan neurologi harus diwaspadai, seperti letargi, muntah terus menerus, lemah tungkai, dan kejang.[1]
Pemeriksaan Fisik
Gejala prodromal PTKM biasanya subfebris, 38–39oC yang bertahan selama 1‒2 hari. Lesi awal berupa papul dan makula berwarna merah muda akan berubah menjadi vesikel kecil berukuran 4‒8 mm dengan eritema di sekelilingnya.
Vesikel kemudian akan terkikis dan membentuk erosi berwarna kuning keabuan yang dikelilingi halo eritematosa. Jarak waktu antara vesikel dengan erosi biasanya pendek dan sebentar, sehingga saat pasien memeriksakan dirinya ke dokter kebanyakan sudah terjadi erosi.[3,7,11,24]
Gambar 2. Gambaran klinis HFMD. Sumber: Openi, 2012.
Hampir semua kasus PTKM disertai dengan lesi oral yang menimbulkan rasa nyeri, biasanya terdapat pada lidah, mukosa bukal, palatum durum, dan terkadang pada orofaring.[3,7,11,24]
Lesi kutaneus perifer terjadi pada 2/3 pasien dan muncul setelah lesi oral. Lesi kutaneus perifer biasanya muncul pada telapak tangan, telapak kaki, bokong, dan terkadang pada genitalia eksterna, wajah, dan tungkai. Jumlah lesi kutaneus bervariasi, dan tersebar paralel pada garis kulit di jari tangan dan kaki. Lesi akan sembuh dan mengalami perbaikan selama 7‒10 hari.[3,7,11,24]
Pada infeksi berat, PTKM yang disebabkan oleh coxsackievirus dapat timbul bersamaan dengan gambaran meningitis aseptik. Sedangkan PTKM yang disebabkan oleh Enterovirus 71 (EV–71) memiliki insidensi lebih tinggi melibatkan gangguan neurologi, yang akhirnya berkembang menjadi komplikasi sistemik.
Spektrum komplikasi neurologi akibat EV–71 dapat berupa polio like syndrome, meningitis aseptik, ensefalitis, ensefalomielitis, ataksia serebelar akut, acute transverse myelitis, Guillain-Barre syndrome, opsomyoclonus syndrome, dan hipertensi intrakranial jinak.[7,18,19]
Tanda dan gejala klinis yang menunjukkan adanya keterlibatan neurologi di antaranya kenaikan suhu hingga 38,5oC atau lebih tinggi, demam menetap lebih dari 3 hari, letargi, muntah berulang, lemah tungkai, ataupun kejang mioklonik.[7,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding PTKM tergantung pada usia pasien dan gambaran klinis yang muncul. Misalnya, lesi pada mulut didiagnosis banding dengan herpangina, gingivostomatitis herpetik, dan stomatitis aphthous. Sedangkan gejala vesikel kulit dapat didiagnosis banding dengan skabies, varisela, measles, dan rubella.[3,11,13]
Herpangina
Herpangina dan PTKM memiliki etiologi virus yang sama, tetapi strain kausalnya berbeda. Herpangina memiliki gambaran klinis yang lebih berat, yaitu demam yang lebih tinggi dan lokasi lesi hingga ke kavitas oral posterior, tonsil, palatum mole, dan uvula.[3,11,13]
Gingivostomatitis Herpetik
Pada gingivostomatitis herpetik, pasien biasanya mengalami demam tinggi dan terlihat toksik, disertai eritema gingival, gusi bengkak atau berdarah, dan bisa ditemukan limfadenopati servikal. Dapat juga terjadi ulkus atau vesikel sirkumoral yang tidak disertai keterlibatan ekstremitas.[3,11,13]
Stomatitis aphthous
Stomatitis aphthous ditandai dengan lesi ulseratif yang lebih besar pada bibir, lidah, dan mukosa bukal yang sangat nyeri. Stomatitis aphthous paling umum terjadi pada anak dengan usia yang lebih tua daripada penderita PTKM. Penyakit ini juga bisa terjadi pada dewasa.[3,11,13]
Investasi skabies
Skabies sering tertukar dengan PTKM karena menimbulkan tanda yang serupa, seperti adanya pustul, vesikel, atau nodul pada tangan dan kaki. Skabies dibedakan dengan PTKM dengan tanda klinis yang cukup khas seperti rasa gatal yang kuat dan keterlibatan area sela interdigital, serta etiologi skabies yang disebabkan parasit.[3,11,13]
Varisela
Distribusi lesi varisela atau cacar air adalah sentrifugal, dan melibatkan area kulit yang lebih luas dibandingkan PTKM, termasuk kulit kepala. Lesi varisela juga tidak mengenai telapak tangan dan kaki. Lesi varisela sembuh dengan membentuk krusta, sedangkan vesikel pada PTKM akan sembuh tanpa krusta karena cairan vesikel direabsorpsi.[3,11,13]
Measles
Pada measles atau campak, lesi kulit ditandai dengan ruam makulopapular generalisata. Anak yang terkena juga mengeluhkan batuk, coryza, konjungtivitis, dan ditemukan koplik spot pada mulut.[3,11,13]
Rubella
Lesi atau ruam pada rubella mirip dengan measles, disertai dengan distribusi secara sentripetal dan terdapat limfadenopati oksipital. [3,11,13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada PTKM jarang diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi, pada kondisi epidemi, dapat dilakukan kultur dari tenggorokan, cairan vesikel, maupun feses untuk mengetahui strain virus penyebab, dan untuk mengetahui faktor risiko komplikasi yang mungkin timbul. Konfirmasi infeksi virus dapat diketahui melalui kultur atau pemeriksaan PCR.[3,11]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli