Epidemiologi Abrasi dan Erosi Gigi
Epidemiologi abrasi dan erosi gigi bervariasi antar daerah karena etiologi yang sangat beragam. Pola yang seragam adalah peningkatan prevalensi dan insidensi abrasi dan erosi gigi seiring peningkatan usia.
Global
Prevalensi dari keausan/kerusakan jaringan keras gigi secara umum, yang bukan disebabkan oleh karies dentis, adalah 3% pada individu usia 20 tahun, dan meningkat menjadi 17% pada usia 70%. Prevalensi khusus abrasi gigi masih tidak jelas diketahui, tetapi prevalensi abrasi gigi akibat aktivitas menyikat gigi di negara Jerman berkisar antara 5−86%, dan menyebabkan menyikat gigi menjadi etiologi utama abrasi gigi.[2,3,6]
Penelitian lain terkait hubungan abrasi dan menyikat gigi, pada 818 individu, menunjukan prevalensi abrasi servikal sebesar 30% dan prevalensi lesi servikal berbentuk baji sebesar 12%. Sedangkan, insiden dari abrasi pada sementum dan dentin meningkat dari 42% pada pasien usia 20−29 tahun hingga 76% pada pasien usia 50−59 tahun.[2,3,6]
Sulit untuk menentukan prevalensi yang akurat dari erosi gigi karena kurangnya standar universal yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi ini secara klinis dari masing-masing negara. Nilai prevalensi median dari erosi dental adalah 34,1% pada anak-anak dengan jarak interkuartil 27,4%, dan 31,8% pada orang dewasa dengan jarak interkuartil 18,7%.[2,3,6]
Indonesia
Epidemiologi abrasi maupun erosi gigi secara nasional belum tersedia. Penelitian di Riau pada 200 responden wanita usia 30−59 tahun menunjukan prevalensi abrasi gigi sebesar 36%. Sedangkan penelitian pada 205 laki-laki dan perempuan di kota Manado menunjukan prevalensi abrasi gigi sebesar 74,15% dengan gigi yang paling banyak mengalami abrasi adalah gigi premolar, baik rahang atas (36,65%) maupun rahang bawah (38%).[7,8]
Penelitian pada 202 siswa SMP di Medan menunjukan prevalensi erosi sebesar 2%, dengan gigi yang paling banyak terkena erosi adalah insisivus rahang bawah. Di Jakarta, prevalensi erosi gigi pada anak usia 5 tahun adalah sebesar 23,3% dan pada anak usia 12 tahun adalah sebesar 88%.[9,10]
Mortalitas dan Morbiditas
Abrasi dan erosi gigi tidak berhubungan secara langsung dengan mortalitas. Namun, abrasi dan erosi gigi dapat menjadi akar munculnya kondisi hipersensitivitas dentin dan pulpitis, karies dentis, gingivitis, dan lesi kombinasi antara abrasi, erosi, dan abfraksi. Data morbiditas dari keausan gigi (tooth wear), termasuk atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi dari populasi 2351 anak usia 14 tahun di Inggris adalah 50%.[11-13]