Patofisiologi Abrasi dan Erosi Gigi
Patofisiologi abrasi gigi dengan erosi gigi memiliki perbedaan penyebab. Namun, keduanya dapat menjadi penyebab tunggal kehilangan jaringan gigi.
Patofisiologi Abrasi Gigi
Patofisiologi abrasi gigi berhubungan dengan kerusakan yang terjadi akibat perbedaan kekerasan dari jaringan gigi dan objek lain yang berkontak dengan gigi. Dengan kata lain, abrasi terjadi karena proses suatu objek bergerak linier secara terus menerus pada permukaan objek lainnya. Kejadian abrasi gigi dapat berkaitan dengan kebiasaan diet, pekerjaan, atau menyikat gigi.[3,4]
Hal ini menyebabkan zona kompresi di ujung depan objek sesuai dengan arah pergerakan, dan zona di belakang objek karena terjadi deformitas. Jika proses ini terjadi berulang pada gigi, maka dapat terbentuk retakan di sub-permukaan gigi dan menyebabkan kerusakan/pelepasan material pada permukaan gigi. Dentin lebih rentan mengalami abrasi karena memiliki kekerasan yang lebih rendah daripada enamel.[3,4]
Patofisiologi Erosi Gigi
Patofisiologi erosi gigi terjadi karena reaksi kimia di permukaan gigi. Terutama reaksi cairan asam di rongga mulut, misalnya akibat konsumsi makanan asam, obat aspirin, vitamin C, atau penyakit gastroesophageal reflux (GERD) yang menyebabkan asam lambung kontak dengan gigi.[3,5]
Mineral pada enamel dan dentin adalah bentuk tidak sempurna dari kristalisasi hydroxyapatite, yang terdiri dari ion kalsium (Ca2+), fosfat (PO43-), dan OH-. Beserta ion-ion tambahan lainnya, seperti karbonat (CO32-), natrium (Na+), dan magnesium (Mg2+), akan menyebabkan ketidakseimbangan mineral di permukaan gigi. Kondisi ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan lapisan gigi mudah terlepas saat kontak dengan cairan erosif seperti cairan asam.[3,5]
Dalam rongga mulut, cairan asam terpecah menjadi kation hidronium dan anion residu asam. Saat enamel terekspos dengan cairan asam, kation hidronium bereaksi dengan fosfat dan karbonat gigi yang menyebabkan pelarutan awal kristal hydroxyapatite dan pembentukan lapisan lunak pada permukaan gigi.[3,5]
Jika cairan asam berdifusi lebih dalam melalui celah enamel maka akan terjadi proses demineralisasi. Proses tersebut adalah pembentukan senyawa kompleks dengan hydroxyapatite akibat dari kalsium dan fosfat enamel yang terlepas ke dalam cairan dan anion residu asam.[3,5]
Demineralisasi akan menyebabkan enamel menjadi lunak dan mudah luruh dan larut dalam asam. Tidak seperti pada enamel, demineralisasi pada dentin akan meninggalkan matriks kolagen secara utuh atau tidak ikut larut, sehingga memberikan gambaran dentin utuh yang tidak terpengaruh oleh erosi[3,5]