Pendahuluan Abses Otak
Abses otak adalah kumpulan nanah yang dibatasi dinding kapsul akibat infeksi fokal pada jaringan parenkim otak. Abses otak didahului dengan peradangan lokal (serebritis) kemudian diikuti dengan pembentukan nanah di dalam kapsul yang memiliki vaskularisasi.
Abses otak jarang terjadi, namun sangat fatal dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Insidensi abses otak lebih tinggi pada pasien immunocompromised seperti human immunodeficiency virus (HIV) dan pasien transplantasi organ.[1]
Abses otak dapat berasal dari fokus infeksi yang berbatasan langsung (contigous) dengan otak seperti dari sinusitis, otitis media, atau karies gigi. Selain itu, abses otak juga bisa terjadi akibat penyebaran secara hematogen dari fokus infeksi pada organ yang lebih jauh atau bisa juga terjadi akibat inokulasi langsung patogen di jaringan otak.
Patofisiologi abses otak dibagi menjadi 4 stadium, yakni serebritis awal (1-4 hari), serebritis lanjutan (4-10 hari), pembentukan kapsul awal (11-14 hari), dan pembentukan kapsul lanjutan (>14 hari).
Gejala abses otak timbul karena edema dan efek desak ruang massa abses. Gejala yang dapat ditemukan adalah nyeri kepala, defisit neurologis, kejang, mual, muntah, dan demam. Pemeriksaan penunjang seperti computed tomography scan (CT-scan) dan magnetic resonance imaging (MRI) memiliki peran yang penting dalam mendiagnosis abses otak.
Penatalaksanaan abses otak meliputi pemberian antimikroba seperti cefotaxime atau ceftriaxone dengan metronidazole, serta terapi untuk menurunkan edema dan tekanan intrakranial melalui pemberian medikamentosa mannitol atau salin hipertonik intravena dan kortikosteroid seperti dexamethasone, aspirasi abses, atau tindakan pembedahan eksisi.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja