Diagnosis Abses Otak
Diagnosis abses otak rata-rata dapat ditegakkan di hari ke-8 sejak munculnya gejala klinis. Gejala abses otak sebagian besar tidak spesifik dan bergantung pada lokasi dari lesi. Triase demam, sakit kepala, dan defisit neurologis fokal umumnya hanya ditemukan pada sebagian pasien. MRI merupakan pemeriksaan penunjang diagnostik yang digunakan pada abses otak.[4]
Anamnesis
Gejala umumnya timbul <2 minggu setelah terbentuknya abses. Gejala abses otak tidak spesifik sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis. Selain itu, gejala yang timbul tergantung dari lokasi dan ukuran lesi abses. Trias gejala klinis abses otak, seperti demam, nyeri kepala, dan defisit neurologis fokal hanya ditemukan pada <50% pasien.[4]
Dari anamnesis, keluhan utama abses otak biasanya adalah nyeri kepala (70% pasien). Nyeri kepala dapat bersifat tiba-tiba atau progresif menjadi intensitas sangat berat yang tidak berkurang dengan pemberian obat pengurang nyeri yang dijual bebas. Nyeri kepala yang tiba-tiba menjadi sangat berat dengan gejala meningismus dapat ditemukan pada ruptur abses otak.
Berikut adalah gejala lain yang dapat muncul pada pasien dengan abses otak:
- Perubahan status mental (65%)
- Defisit neurologis fokal (50-65%)
- Demam (45-53%)
- Mual dan muntah (40%)
- Kejang (25-35%)
- Kaku kuduk (15%)
Abses otak di lobus frontalis biasanya menimbulkan kejang tonik klonik (grand mal) sementara kaku kuduk dapat muncul bila abses terdapat di lobus oksipital atau ventrikel lateral.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam, penurunan kesadaran, defisit nervus III dan nervus VI, ataxia, hemiparesis, dan kejang fokal maupun generalisata. Tanda meningismus atau rangsang meningeal yang positif dapat ditemukan bila terjadi ruptur abses. Kaku kuduk juga dapat ditemukan pada abses di lobus oksipital.
Perubahan perilaku sering ditemukan pada abses yang terletak di lobus frontal atau lobus temporal dekstra. Abses di serebelum atau batang otak dapat menimbulkan gangguan gait, paresis nervus kranial, dan hidrosefalus.[2,6]
Diagnosis Banding
Kelainan lain yang menjadi diagnosis banding abses otak adalah kelainan yang memiliki gambaran ring enhancement lesion/lesi penyangatan cincin pada CT-scan. Diagnosis banding tersebut antara lain tumor otak primer, tumor otak metastasis, perdarahan otak subakut, tuberkuloma, dan neurosistiserkosis.
Pemeriksaan magnetic resonance spectroscopy (MRS) dan biopsi dapat membantu membedakan abses otak dengan tumor otak primer atau metastasis.[6,7,11]
Perdarahan Otak Subakut
Pada abses otak selain ditemukan lesi penyangatan cincin, tanda khas lainnya adalah edema yang ekstensif di sisi luar lesi. Gambaran tersebut tidak ditemukan pada perdarahan otak subakut.[7,11,13]
Neurosistiserkosis
Lesi neurosistiserkosis umumnya berbentuk lingkaran, dengan ukuran 2 cm atau kurang, dan dapat ditemukan scolex. Biasanya pada neurosistiserkosis tidak ditemukan edema serebral yang berat yang bisa menyebabkan midline shift atau defisit neurologis fokal.[13,14]
Tuberkuloma
Pada hasil MRI tuberkuloma dapat dilihat adanya granuloma kaseosa / non kaseosa dengan bagian tengah yang padat. Apabila bagian tengah tuberkuloma telah mengalami likuifaksi maka akan sulit membedakannya dengan abses otak tuberkulosis. Tuberkuloma dapat diterapi dengan pemberian obat anti tuberkulosis saja, namun abses otak tuberkulosis memerlukan kombinasi dengan tindakan pembedahan eksisi.[15]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mempunyai peran penting dalam diagnosis abses otak. Penemuan gejala klinis yang disertai dengan leukositosis darah, peningkatan laju endap darah, lesi penyangatan cincin, adanya gambaran gas di dalam lesi, dan gambaran lesi bersepta (multilokular) dapat meningkatkan kecurigaan pada abses otak.[16]
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah yang dapat menunjang diagnosis abses otak adalah pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, serum C-reactive protein (CRP), tes serologis, dan kultur darah. Pada pemeriksaan darah lengkap dapat ditemukan leukositosis pada 30-60% pasien. Hasil laju endap darah dan CRP dapat mengalami peningkatan walaupun hasil tidak sensitif dan spesifik untuk abses otak.
Pemeriksaan serologis seperti imunoglobulin G (IgG) toxoplasma, antibodi anti sistiserkus, dan tes tuberkulin perlu dilakukan pada pasien immunocompromised. Hampir 97% pasien HIV/AIDS dengan toxoplasmosis memberikan hasil IgG toxoplasma yang positif.[6,12]
Pemeriksaan kultur darah tidak rutin dikerjakan. Hasil kultur darah yang positif hanya ditemukan pada kurang dari 25% kasus abses otak. Bila memungkinkan, sampel kultur darah sebaiknya diambil sebelum pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik yang mendahului pemeriksaan kultur dapat menyebabkan hasil kultur yang negatif.[6,12]
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal bukan merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan sebab hasil yang diberikan tidak spesifik. Biasanya, hasil pungsi lumbal pasien abses otak akan menunjukkan peningkatan kadar protein, pleositosis (dominan neutrofil), dan kadar glukosa normal.
Pungsi lumbal perlu dilakukan bila ada tanda meningitis dan kecurigaan ruptur abses otak. Hasil pungsi lumbal akan menunjukkan peningkatan leukosit, eritrosit, dan asam laktat pada kasus ruptur abses otak. Hanya 10-30% hasil kultur cairan serebrospinal yang memberikan hasil positif.
Kontraindikasi pungsi lumbal adalah peningkatan tekanan intrakranial, hasil pencitraan yang menunjukkan adanya midline shift otak, atau ada kelainan koagulasi.[4,6,16]
Computed Tomography Scan
Computed tomography scan (CT-scan) adalah pemeriksaan yang cepat untuk deteksi awal abses otak. Melalui CT-scan, dokter dapat menentukan ukuran, jumlah, lokalisasi, dan juga stadium abses otak.
Stadium serebritis awal tampak sebagai lesi hipodens dengan batas yang tidak tegas. Pemeriksaan CT-scan dengan kontras pada stadium ini tidak menunjukkan lesi penyangatan. Penyangatan bisa saja ada tetapi tidak merata (patchy).[4,6]
Pada serebritis tahap lanjut akan tampak penyangatan terutama di tepi lesi (ring enhancing lesion). Dinding abses umumnya memiliki permukaan yang licin dan regular dengan ketebalan 1-3 mm. Biasanya ditemukan edema parenkim otak di sekitarnya. Edema dan penyangatan kontras akan berkurang dengan pemberian obat steroid. Abses otak dengan lesi satelit juga sering ditemukan (multi lokasi). Gambaran gas dapat tampak pada abses otak yang disebabkan oleh organisme yang memproduksi gas.[4]
CT-scan kurang bermanfaat dalam mengevaluasi hasil terapi pasien abses otak.[16]
Magnetic Resonance Imaging
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan pilihan yang digunakan untuk mendiagnosis secara akurat dan dapat digunakan untuk follow-up kasus abses otak. MRI lebih sensitif mendeteksi serebritis awal dan lesi satelit terutama yang terletak di batang otak. MRI juga memberikan gambaran yang lebih baik untuk mengevaluasi nekrosis dan perluasan lesi abses pada jaringan otak, termasuk area ventrikel dan ruang subaraknoid. Gambaran abses otak dapat dilihat pada Gambar 1.[4]
Bagian cincin lesi abses otak pada MRI T1-weighted tampak isointens hingga hiperintens dibandingkan dengan substansia alba. Sedangkan pada MRI T2-weighted tampak hipointens dengan tanda khas struktur tri-laminar halus pada bagian cincin lesi.[4,16]
Gambar 1. Temuan ring enhancement lesion pada MRI. Sumber: Hellerhoff, WikimediaCommons, 2013.
MRI diffusion-weighted bermanfaat untuk membedakan antara abses otak dan tumor otak primer kistik atau nekrotik. Abses otak memberikan gambaran hiperintens pada MRI diffusion-weighted, sedangkan tumor otak seperti glioma tampak hipointens atau hiperintens yang lebih rendah dibandingkan dengan abses.
Pada MRI diffusion-weighted dapat tampak penyangatan cincin yang tampak hipointens dengan gambaran edema ekstensif melebihi lesi. MRI diffusion-weighted memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk membedakan abses otak dengan tumor otak primer atau metastasis.[4,6,11]
Magnetic Resonance Spectroscopy
Pemeriksaan magnetic resonance spectroscopy (MRS) dapat membedakan abses otak dengan tumor lain yang juga memberikan gambaran lesi penyangatan cincin. Pada abses otak dapat ditemukan asam amino yang timbul akibat aktivasi leukosit polimorfonuklear, khususnya pada infeksi bakteri.
Teknik perfusi dapat membedakan abses dengan glioma kistik. Abses otak ditandai dengan resonansi spesifik yang tidak ditemukan pada jaringan tubuh normal atau jaringan patologis yang steril (neoplasma).[16]
Ada beberapa gambaran spektroskopi yang khas pada abses otak yaitu pola A, B, dan C. Pola A terdiri dari laktat, asam amino, alanin, asetat, suksinat, dan lemak yang berhubungan dengan infeksi bakteri anaerob obligat atau campuran bakteri anaerob fakultatif dan obligat.
Pola B ditandai dengan penemuan laktat, asam amino, dan lemak yang berhubungan dengan infeksi bakteri aerob obligat dan anaerob fakultatif.
Pola C ditandai dengan laktat dan berhubungan dengan infeksi Streptococcus sp.. Pola spektroskopi pada abses otak yang disebabkan oleh jamur belum begitu jelas, namun pada kebanyakan kasus dapat ditemukan asam amino, laktat, dan trehalosa.[16]
Biopsi
Biopsi jaringan abses dapat dilakukan pada cairan hasil aspirasi atau jaringan yang dieksisi saat kraniotomi. Pemeriksaan biopsi dapat mengonfirmasi abses otak dan membedakannya dengan tumor otak primer ataupun metastasis.[7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja