Pendahuluan Meningitis
Meningitis adalah inflamasi pada daerah meninges yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, fungi, dan parasit. Meningitis memiliki tingkat mortalitas yang cukup tinggi yakni 25 % hingga 80 %.
Meskipun vaksinasi telah digencarkan, insiden meningitis diketahui terus meningkat. Insiden meningitis dilaporkan meningkat dari 2 – 50 juta kasus pada tahun 1990 menjadi 2 – 82 juta kasus pada tahun 2016.[18]
S.pneumoniae merupakan contoh bakteri yang dapat menyebabkan meningitis. Virus yang dapat menyebabkan meningitis adalah enterovirus, herpes, paramyxovirus, virus Zika, West Nile virus, chikungunya, virus mumps, dan HIV.
Selain penyebab infeksi, meningitis juga dapat disebabkan penyebab non infeksi seperti penyakit autoimun dan keganasan. Pada meningitis infeksius, patogen dapat menginvasi aliran subarachnoid dan menginisiasi reaksi imun yang menyebabkan peradangan. Hal ini akan meningkatkan permeabilitas blood brain barrier (BBB) yang akhirnya mengganggu aliran cairan serebrospinal dan menyebabkan terjadinya kerusakan neuron.[1-3]
Trias klasik meningitis berupa demam, nyeri kepala, dan kaku kuduk dapat membantu diagnosis awal meningitis. Namun, pada beberapa kondisi seperti pasien lansia dengan komorbid diabetes, gangguan ginjal atau hati dapat mengeluhkan letargi tanpa gejala meningeal. Pungsi lumbal merupakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Penatalaksanaan meningitis dilakukan dengan stabilisasi hemodinamik, pemberian terapi sesuai dengan etiologi, dan pemberian terapi simptomatik. Dokter perlu menyarankan pemberian vaksinasi pada masyarakat untuk mencegah terjadinya meningitis.[3,8,9]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri