Epidemiologi Migren
Menurut data epidemiologi, prevalensi migraine yang tertinggi adalah pada kelompok usia 25–55 tahun. Selain itu, migraine dilaporkan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, yakni dengan rasio 3:1. Namun, data epidemiologi migraine di Indonesia saat ini masih terbatas.
Global
World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa migraine merupakan salah satu jenis nyeri kepala yang paling umum terjadi di dunia dan merupakan penyebab konsultasi nyeri kepala yang paling sering di Amerika, Eropa, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Prevalensi migraine rata-rata mencapai 18%.
American Migraine Study (AMS) menyatakan bahwa prevalensi migraine pada pria adalah sekitar 6% dan pada wanita adalah sekitar 18%. Angka prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok usia 25–55 tahun. Prevalensi migraine di Spanyol dan Taiwan adalah 11,02% dan 15,94%.[1,2,8-10]
Indonesia
Data epidemiologi migraine di Indonesia masih terbatas. Observasi jenis penyakit yang ditangani di praktik klinik di Medan pada tahun 2003 menemukan bahwa cephalgia menduduki peringkat pertama dalam daftar 10 penyakit rawat jalan tersering, dengan persentase sebesar 42%.
Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 menemukan bahwa dari 55 pasien yang berobat ke poliklinik chepalgia, sebanyak 6 orang menderita migraine (10,9%) dan 49 orang lainnya menderita tension type headache (89,1%).[11,12]
Mortalitas
Migraine umumnya tidak menyebabkan kematian. Akan tetapi, kematian mungkin dapat terjadi pada orang yang mengalami migraine bersama penyakit komorbid seperti stroke iskemik. Beberapa studi juga melaporkan bahwa orang dengan migraine aura memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular.[1]
Penulisan pertama: dr. Yudhistira Kurnia