Pendahuluan Multiple Sclerosis
Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun neurodegeneratif yang mengenai sistem saraf pusat. Kelainan pada multiple sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demyelinasi, gliosis, dan kematian neuron. Perjalanan penyakit dapat bersifat relapsing-remitting atau progresif. Multiple sclerosis umumnya mengenai pasien usia produktif (30-40 tahun) dengan prevalensi 30 kasus per 100.000 populasi. Penyebab pasti multiple sclerosis belum diketahui. Faktor yang berhubungan dengan penyakit ini adalah faktor genetik (HLA DRB1) dan faktor lingkungan seperti infeksi virus Epstein-Barr, defisiensi vitamin D, dan kebiasaan merokok.
Gejala klinis multiple sclerosis sangat variatif. Gejala klinis yang dapat ditemukan pada pasien adalah defisit sensorik, defisit motorik, neuritis optik, gangguan gait, dan rasa pegal atau lelah berlebihan. Pemeriksaan penunjang MRI memiliki peran yang penting dalam diagnosis multiple sclerosis. Lesi pada sistem saraf pusat dapat muncul di beberapa tempat yang berbeda saat diperiksa di waktu pemeriksaan berbeda. Oleh karena itu, lesi multiple sclerosis sering disebut "disseminated in time and space". Pemeriksaan penunjang lain seperti analisis cairan serebrospinal dan visual evoked potential juga bermanfaat dalam membantu diagnosis multiple sclerosis.
Penatalaksanaan multiple sclerosis meliputi pemberian medikamentosa disease modifying therapy berupa imunomodulator atau imunosupresan untuk memperlambat progresivitas penyakit. Selain itu, medikamentosa simtomatik juga diberikan untuk mengatasi gejala klinis saat relaps. Rehabilitasi juga dilakukan untuk mengatasi disabilitas yang dialami pasien. [1,2]