Pendahuluan Sindrom Tourette
Sindrom Tourette atau Tourette’s syndrome (TS) adalah gangguan perkembangan neurologis yang ditandai dengan tic vokalis dan motorik. Sementara, tic adalah gerakan atau bicara abnormal yang dapat terjadi secara sederhana maupun kompleks. TS dimulai dari masa kanak-kanak dan mempengaruhi sekitar 1% dari populasi.[1]
Patofisiologi dari TS masih belum diketahui secara jelas, tetapi diduga berkaitan dengan neurotransmitter dan jaras corticostriatothalamicortical (CSTC) pada lobus frontal dan ganglia basalis. Hiperaktivitas dopamine dan hipoaktivitas CSTC disebut berperan pada kejadian tics motorik dan vokal. Gangguan tic adalah pergerakan atau vokalisasi yang cepat, berulang-ulang, tidak ritmis, mendadak, dan dapat dikendalikan parsial atau sama sekali tidak dapat dikendalikan.[2,3]
Diagnosis penyakit ini dilakukan terutama dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Autoanamnesis dan heteroanamnesis yang komprehensif dari sumber terpercaya dilakukan untuk mengetahui perkembangan tic. Yale Global Tic Severity Scale dapat membantu mengevaluasi pasien dalam menilai tingkat keparahan tic. Pemeriksaan darah dan radiologi umumnya memberikan hasil normal.[1,2]
Tata laksana TS terdiri dari farmakologis dan nonfarmakologis. Tata laksana nonfarmakologis diberikan pada pasien dengan gangguan tic ringan, terdiri dari edukasi menyeluruh tentang sindrom Tourette kepada pasien dan keluarga untuk mengurangi tingkat keparahan tic. Pada tic yang berat atau yang mengganggu fungsional pasien, perlu diberikan terapi farmakologi.[3,4]