Pendahuluan Spinal Cord Injury
Spinal cord injury atau cedera saraf spinal merupakan kondisi terganggunya akson dari saraf spinal akibat trauma, penyakit, keganasan, atau proses degeneratif, yang menyebabkan perubahan temporer atau permanen dari fungsi normal saraf spinal seperti motorik, sensorik, atau otonom. Pasien dengan spinal cord injury seringkali mengalami defisit neurologis dan disabilitas permanen sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup.[1,2]
Cedera yang menyebabkan spinal cord injury biasanya merupakan trauma mayor dan cedera primer seringkali bersifat ireversibel. Lebih dari 90% kejadian disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan, cedera olahraga, atau jatuh. Spinal cord injury harus dicurigai pada pasien dengan cedera multipel.[1,3]
Luaran klinis dari spinal cord injury bergantung pada tingkat keparahan dan lokasi lesi, termasuk kehilangan secara parsial atau komplit dari fungsi sensorik atau motorik di bawah level cedera. Lesi di bawah torakal dapat menyebabkan paraplegia, sedangkan lesi pada level servikal berhubungan dengan quadriplegia.[1-3]
Diagnosis spinal cord injury perlu dicurigai pada pasien yang mengalami keluhan sensorik seperti perubahan atau hilangnya sensasi, dan keluhan motorik seperti paraplegia atau tetraplegia yang dapat disertai masalah pernapasan, jantung, berkemih, dan buang air besar. Klasifikasi spinal cord injury dapat dibuat berdasarkan International Standards for Neurological Classification of SCI (ISNCSI) untuk melihat level cedera dan skala gangguan yang terjadi.[1-5]
Pasien dengan spinal cord injury tipe total memiliki peluang pemulihan kurang dari 5%. Komplikasi terkait adalah pneumonia dan infeksi saluran kemih. Prognosis lebih baik pada tipe spinal cord injury tipe parsial.[1]
Terapi spinal cord injury harus dilakukan secara komprehensif. Penanganan dimulai sejak onset cedera, selama penanganan di unit gawat darurat rumah sakit, saat transfer bila diperlukan, hingga perawatan di rumah.
Imobilisasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan untuk mencegah derajat keparahan yang lebih berat. Pembedahan sering diperlukan untuk menghilangkan fragmen tulang, benda asing, atau herniasi diskus yang menekan spinal. Pembedahan juga dapat dilakukan untuk stabilisasi spinal untuk mencegah nyeri atau deformitas di kemudian hari.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Bunga Saridewi