Diagnosis Hiperplasia Endometrium
Diagnosis hiperplasia endometrium diawali dengan investigasi keluhan perdarahan uterus abnormal. Pemeriksaan penunjang, seperti ultrasound transvaginal, histeroskopi saat dilatasi dan kuretase, dan biopsi endometrium, dapat membantu menegakkan diagnosis pasti hiperplasia endometrium.[2,3]
Anamnesis
Keluhan pada kasus hiperplasia endometrium yang paling sering ditemukan adalah perdarahan uterus abnormal, yang dapat dalam bentuk menorrhagia, metrorrhagia, atau perdarahan pasca menopause. Anamnesis mendetail di antaranya:
- Pola menstruasi: onset perdarahan, siklus menstruasi, durasi menstruasi, dan jumlah pembalut yang digunakan setiap menstruasi
- Riwayat penyakit: sindrom polikistik ovarium
- Riwayat obat-obatan: pengganti hormon, kontrasepsi hormon
- Riwayat pemeriksaan ginekologi: pap smear[2-5]
Selain itu, anamnesis mengenai faktor risiko juga dapat ditanyakan untuk membantu diagnosis, seperti:
- Umur menarke atau menopause
- Gangguan menstruasi
- Riwayat hamil dan persalinan
- Penyakit komorbid, seperti diabetes mellitus, penyakit kantung empedu, dan penyakit tiroid
- Perokok
- Riwayat keluarga kanker ovarium, kolon, dan uterus[2-5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien hiperplasia endometrium bertujuan untuk mengetahui status hemodinamik pasien dan mencari sumber perdarahan. Pasien dengan perdarahan harus diawali dengan evaluasi syok terlebih dahulu. Apabila terdapat ketidakstabilan hemodinamik maka penanganan harus dilakukan secepatnya.[3,5]
Evaluasi Syok
Pemeriksaan tanda vital dan kesadaran pasien harus dilakukan untuk menentukan status hemodinamik pasien. Apabila terdapat tanda-tanda syok, seperti takikardia, hipotensi, penurunan urine output, dan akral dingin maka komplikasi syok hipovolemik dapat ditentukan dan penanganan harus segera dilakukan.[3,5]
Status Antropometri
Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan pasien dapat dilakukan untuk menentukan indeks massa tubuh pasien. Obesitas merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko hiperplasia endometrium.[3,5]
Status Generalisata
Perdarahan pada pasien hiperplasia endometrium dapat terjadi komplikasi anemia, sehingga beberapa tanda anemia dapat ditemukan, seperti pucat pada kulit, mukosa, dan kuku jari, cheilitis, dan koilonikia.[3,5]
Pemeriksaan Ginekologis
Pada pasien perdarahan uterus abnormal, pemeriksaan pelvik lengkap harus dilakukan untuk mencari sumber perdarahan. Perdarahan harus dipastikan terlebih dahulu berasal dari vagina, bukan anus maupun traktus urinarius.
Lesi pada vulva, vagina, dan serviks harus dievaluasi untuk mencari sumber perdarahan. Pada pasien hiperplasia endometrium, perdarahan berasal dari uterus, sehingga pemeriksaan ukuran uterus dan massa pelvis harus dievaluasi.[3,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding utama dari hiperplasia endometrium adalah kanker endometrium. Selain itu, beberapa kondisi, seperti polip endometrium sesil dan fibroid submucosal uterus, dapat memiliki hasil gambaran ultrasonografi endometrium yang hampir sama.
Kanker Endometrium
Kanker endometrium umumnya memiliki keluhan dan gambaran USG endometrium yang sama dengan hiperplasia endometrium. Gambaran biopsi jaringan keduanya juga hampir sama, terutama antara adenokarsinoma endometrium dengan hiperplasia endometrium. Akan tetapi, umumnya kanker endometrium memiliki gambaran extreme glandular crowding dan cribriform foci pada fitur morfologinya.[3,4]
Polip Endometrium Sesil
Polip endometrium sesil umumnya sulit dibedakan dengan hiperplasia endometrium dikarenakan sama-sama memiliki gambaran ultrasound hiperekoik pada bagian endometrium Namun, umumnya polip endometrium sesil hanya memiliki kelainan fokal dan pada hasil histologi memiliki cystic spaces dan rasio antara kelenjar dengan stroma endometrium yang normal.[3,4]
Endometritis
Endometritis merupakan keadaan terjadinya infeksi pada bagian endometrium. Pasien endometritis dapat memiliki keluhan perdarahan per vaginam, sama seperti hiperplasia endometrium. Namun, umumnya pasien endometritis juga disertai dengan keluhan demam.
Pada hasil ultrasonografi juga dapat ditemukan hiperekoik endometrium yang disertai cairan dan serpihan-serpihan, berbeda dengan hiperplasia endometrium yang terlihat hiperekoik menyeluruh.[3,4]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis hiperplasia endometrium. Beberapa pemeriksaan, seperti ultrasonografi transvaginal, histeroskopi saat dilatasi dan kuretase, dan biopsi endometrium dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Histeroskopi saat Dilatasi dan Kuretase
Histeroskopi umumnya dilakukan saat terdapat lesi fokal pada endometrium sehingga dapat dilakukan biopsi secara langsung. Lesi fokal, seperti polip, sering kali terlewat saat dilakukan biopsi secara acak saat dilatasi kuretase. Oleh karena itu, biopsi langsung dibutuhkan pada kondisi ini melalui histeroskopi saat dilatasi dan kuretase.[3,5]
Pemeriksaan Histologi
Hasil biopsi jaringan akan dilakukan pemeriksaan histologi untuk diagnosis hiperplasia endometrium. Hasil histologi hiperplasia endometrium dapat ditemukan adanya peningkatan rasio antara kelenjar dengan stroma endometrium.
Ultrasonografi Transvaginal
Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal merupakan pemeriksaan non invasif dan tidak mahal yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada endometrium. Ketebalan endometrium <4 mm sangat kecil kemungkinan untuk terjadi progresi menuju keganasan, sehingga tidak membutuhkan pemeriksaan lanjut.
Akan tetapi, apabila ketebalan endometrium >4 mm maka disarankan untuk dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase yang disertai dengan biopsi jaringan. Apabila ditemukan lesi fokal endometrium, seperti polip, maka dilatasi dan kuretase yang disertai dengan histeroskopi dapat dilakukan.[3,5]
Sonohisterografi
Sonohisterografi merupakan pemeriksaan ultrasonografi konvensional dengan memasukkan kateter yang dialiri salin steril hangat ke dalam kavitas uterus saat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi uterus.
Pemeriksaan ini memiliki kelebihan dalam mendeteksi adanya lesi fokal, seperti fibroid atau polip, pada endometrium. Akan tetapi, pada hiperplasia endometrium tanpa lesi fokal umumnya sulit dideteksi dengan pemeriksaan sonohisterografi.[3,4]
Biopsi Endometrium Pipelle
Biopsi endometrium menggunakan Pipelle dapat menjadi pilihan alternatif dalam mengambil jaringan endometrium guna diagnosis histologis. Biopsi endometrium menggunakan alat pipelle sangat aman, akurat, dan murah. Pada pemeriksaan ini, pipa fleksibel, yang disebut pipelle, akan dimasukkan ke dalam uterus melalui serviks dan mengambil jaringan dengan menggerakkan pipa keluar masuk.
Sensitivitas pemeriksaan ini dalam mendeteksi kanker endometrium umumnya sangat baik, yaitu 99%. Namun, dalam mendeteksi hiperplasia endometrium, sensitivitas pemeriksaan ini menurun menjadi 75%.[3,4]
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan pada pasien hiperplasia endometrium untuk mengetahui kadar hemoglobin dan hematokrit akibat perdarahan. Penurunan hemoglobin dan hematokrit umumnya dapat ditemukan pada pasien hiperplasia endometrium. Apabila terdapat penurunan hemoglobin berlebih maka terapi transfusi darah dapat diberikan.[3,4]
Klasifikasi Hiperplasia Endometrium Berdasarkan WHO 2014
Diagnosis histologi hiperplasia endometrium berdasarkan WHO 2014 diklasifikasikan menjadi non atipik dan atipik.
Hiperplasia Endometrium Non Atipik atau Hiperplasia Jinak
Hiperplasia endometrium non atipik merupakan hasil histologi yang paling sering ditemukan pada pasien hiperplasia endometrium. Tipe hiperplasia endometrium ini memiliki gambaran adanya proliferasi endometrial poliklonal yang disebabkan oleh estrogen. Umumnya, tipe hiperplasia endometrium non-atipik bersifat jinak.[3,6]
Hiperplasia Endometrium Atipik
Hiperplasia endometrium atipik disebut juga endometrial intraepithelial neoplasia (EIN), yaitu karsinoma terdiferensiasi sempurna. Hiperplasia endometrium atipik merupakan lesi pre kanker endometrium dan dapat terjadi dari perubahan dari jinak. Mutasi genetik sel yang menyebabkan perubahan pada sitologi dan arsitektur sel dihipotesiskan menjadi dasar penyebab tipe hiperplasia endometrium ini.[3,6]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini