Epidemiologi Hiperplasia Endometrium
Epidemiologi hiperplasia endometrium sekitar 10% dari seluruh wanita premenopause dengan perdarahan uterus abnormal. Di dunia, insidens hiperplasia endometrium mencapai 133 per 100.000 wanita tiap tahunnya.[2,9,10]
Global
Insidens hiperplasia endometrium adalah sekitar 133 per 100.000 wanita per tahun di Amerika Serikat. Hiperplasia endometrium tipe simpleks (142/100.000 wanita) lebih banyak ditemukan daripada tipe kompleks (213/100.000 wanita) dan atipik (56/100.000 wanita). Diperkirakan, insiden hiperplasia endometrium 3 kali lipat dari jumlah kasus kanker endometrium.[2]
Di Korea Selatan, insidens hiperplasia endometrium dilaporkan sebanyak 37 per 100.000 wanita per tahunnya.[10]
Usia
Umumnya, hiperplasia endometrium dapat ditemukan pada wanita dengan usia >30 tahun, terutama pada usia 50‒54 tahun. Insidens hiperplasia atipik lebih sering ditemukan pada wanita usia 60‒64 tahun. Risiko hiperplasia endometrium akan menurun pada wanita pasca menopause.[2,9]
Indonesia
Studi mengenai epidemiologi di Indonesia masih sangat terbatas. Namun, hiperplasia dan kanker endometrium dapat ditemukan pada kasus perdarahan uterus abnormal. [11]
Mortalitas
Umumnya, hiperplasia endometrium tidak menyebabkan kematian pasien. Namun, sekitar 8‒29% hiperplasia endometrium atipik memiliki potensi untuk progresi menjadi kanker endometrium, yang memiliki tingkat kematian hingga 15,9%.[1,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini