Diagnosis Mastitis
Diagnosis mastitis umumnya dapat ditegakkan dari anamnesis, berupa keluhan rasa nyeri, panas, dan bengkak pada payudara, serta pemeriksaan fisik, seperti indurasi, edema, dan nyeri tekan. Terkadang, mastitis bisa disertai dengan gejala sistemik, seperti demam dan myalgia. Pemeriksaan penunjang, seperti kultur bakteri, hanya atas indikasi, misalnya mastitis berulang atau hospital acquired mastitis.
Anamnesis
Anamnesis pada pasien mastitis merupakan komponen penting untuk menegakkan diagnosis. Keluhan utama pada pasien adalah payudara terasa panas, bengkak dan nyeri. Pasien dapat mengalami gejala sistemik, misalnya demam dengan suhu 38oC atau lebih tinggi, menggigil, myalgia, dan malaise.[6,15]
Mastitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, sehingga perlu pula ditanyakan dalam anamnesis mengenai pola istirahat ibu, asupan cairan ibu, cara penggunaan bra pada ibu menyusui, dan faktor lain seperti trauma pada payudara.[1,4]
Anamnesis juga harus mencakup pola menyusui ibu, berapa kali dalam sehari ibu menyusui, berapa lama sekali menyusui, dan teknik menyusui.Riwayat pembesaran payudara dan luka pada puting (cracked nipple) juga perlu digali. Selain itu tanyakan tentang higienitas menyusui, baik pola kebersihan payudara maupun alat pompa.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada mastitis dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada payudara. Pemeriksaan difokuskan untuk mencari tanda inflamasi seperti eritema, nyeri tekan lokal, perabaan terasa panas, pembengkakan (engorgement), benjolan yang keras atau fluktuatif, dan kelainan pada puting.
Pemeriksaan secara umum juga perlu dilakukan, meliputi suhu badan dan tekanan darah untuk mendeteksi adanya tanda-tanda infeksi, misalnya demam, atau gejala sepsis. Selain itu, pemeriksaan juga perlu dilakukan pada bayi dan analisis teknik menyusui.[1]
Inspeksi
Inspeksi pasien dilakukan dalam posisi duduk dengan lengan pasien di sisi tubuhnya. Dokter mengamati bentuk, warna, dan karakteristik kulit payudara. Pada mastitis, payudara dapat terlihat kemerahan. Perlu diperhatikan jika terdapat adanya retraksi kulit, ulserasi, eritema, atau puting yang mengeras dan perlu dilakukan pencatatan dan perbandingan dengan area yang berlawanan.[12]
Selanjutnya, pasien diminta untuk mengangkat tangannya di atas kepalanya. Dokter perlu memperhatikan setiap penarikan jaringan payudara ke dinding dada. Dokter juga dapat meminta pasien untuk melengkungkan punggungnya dengan tangan di pinggulnya untuk mengamati pergerakan jaringan payudara.[13]
Palpasi
Pada palpasi mastitis, dapat teraba indurasi, pembengkakan, dan nyeri tekan. Palpasi dilakukan pada pasien dalam posisi duduk, dokter melakukan perabaan pada seluruh bagian payudara. Palpasi diulang menggunakan berbagai tingkat tekanan, mulai tekanan ringan sampai kuat, pemeriksaan dari superfisial ke dalam sambil memperhatikan jaringan di setiap kedalaman jaringan.
Palpasi dimulai pada bagian medial dinding dada di bawah klavikula dan bergerak ke bawah dan ke atas. Palpasi juga dilakukan pada payudara yang berlawanan.
Selanjutnya, pasien diminta untuk berbaring dengan lengan payudara yang sedang diperiksa di belakang kepala pasien. Posisi ini akan sangat membantu dalam memeriksa kuadran bawah. Terakhir, dilakukan pemencetan pada area puting seperti "memerah" payudara.[13]
Pemeriksaan Bayi
Pemeriksaan bayi dilakukan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang adekuat, serta melihat status hidrasi. Lakukan pengukuran antropometri pada bayi dan masukkan ke dalam kurva pertumbuhan untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup. Pemeriksaan pada mulut bayi dapat menilai adanya infeksi jamur atau tongue-tie.[1]
Observasi Menyusui
Observasi pada saat ibu menyusui diperlukan untuk menganalisa apakah teknik menyusui sudah benar, termasuk posisi menyusui dan perlekatan bayi. Apabila diperlukan, dapat meminta bantuan dari konselor laktasi.[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding mastitis tergantung dari tanda klinis yang muncul pada anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Diagnosis banding mastitis, antara lain galactocele, abses payudara, dan kanker payudara.
Galactocele
Galactocele berupa kista berisi ASI yang dapat ditemukan pada ibu menyusui, yang disebabkan oleh obstruksi duktus payudara. Pemeriksaan fisik galactocele berupa benjolan yang muncul tiba-tiba, lalu perlahan membesar. Berbeda dengan mastitis, galactocele tidak disertai dengan rasa nyeri atau demam.[19]
Abses Payudara
Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis, tetapi dapat juga tidak berhubungan dengan menyusui. Gejala abses payudara serupa dengan mastitis, yaitu edema payudara, eritema, dan nyeri. Lokasi abses paling sering di areolar atau periareolar. Pada palpasi dapat ditemukan fluktuasi, dan bisa disertai dengan limfadenopati aksila.[17]
Kanker Payudara
Pada kanker payudara dapat teraba massa yang keras, tidak teratur, tidak nyeri, dan keluar discharge dari puting. Dapat pula ditemukan retraksi puting, edema kulit (peau d’orange), dan limfadenopati regional. Inflammatory breast cancer cukup langka terjadi, tetapi harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada pasien mastitis yang tidak berespon pada pengobatan.[15]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien mastitis biasanya tidak diperlukan, dan diagnosis dapat ditegakkan dari gambaran klinis saja. Pemeriksaan kultur bakteri dapat dilakukan atas indikasi, misalnya mastitis berulang atau hospital-acquired mastitis.
Kultur
Pemeriksaan kultur jarang dilakukan pada mastitis, karena kultur yang positif bisa didapatkan dari flora normal kulit, dan kultur yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis banding mastitis. ASI bukan cairan steril, sebab bakteri terdapat pada puting, kulit payudara, dan duktus lactifeferus. Hanya menemukan bakteri pada sampel ASI tidak menandakan terjadi mastitis.
Menurut World Health Organization (WHO) pemeriksaan seperti kultur dan tes sensitivitas perlu dilakukan pada pasien yang tidak berespon terhadap antibiotik selama 2 hari, mastitis berulang, hospital-acquired mastitis, pasien alergi terhadap antibiotik yang biasa diberikan, atau pada kasus yang berat dan atipikal.[6,20]
Ultrasonografi
Infeksi payudara yang tidak membaik dengan pengobatan antibiotik adekuat sebaiknya diperiksa lebih lanjut dengan USG untuk mendeteksi adanya abses payudara. USG payudara juga membantu dalam melakukan aspirasi untuk drainase pus ataupun mengambil sampel kultur.
Apabila setelah dilakukan aspirasi benjolan payudara tetap ada, atau saat aspirasi tidak didapatkan pus atau malah didapatkan darah, sebaiknya dilakukan core biopsy untuk menyingkirkan diagnosis banding keganasan.[1]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra