Pendahuluan Preeklampsia
Preeklampsia merupakan salah satu penyakit hipertensi pada kehamilan yang sering ditemukan, dengan angka kejadian 2–8% pada wanita hamil di seluruh dunia. Penyakit ini bertanggung jawab atas 14% kematian maternal di seluruh dunia dengan perkiraan 70.000 kematian maternal setiap tahunnya.[1-3]
Faktor risiko preeklampsia meliputi faktor genetik, faktor pada kehamilan saat ini, serta komorbiditas maternal. Namun, sebagian besar kasus preeklampsia ditemukan pada wanita nullipara tanpa faktor risiko bermakna. Etiologi dan patofisiologi preeklampsia belum diketahui secara pasti tetapi diperkirakan sebagai hasil interaksi berbagai faktor risiko dengan polimorfisme genetik.[1,4]
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan bila ada hipertensi awitan baru pada usia kehamilan >20 minggu. Kriteria diagnosis meliputi tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg, yang disertai proteinuria atau minimal satu penanda gejala berat.[1,5,6]
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia adalah kontrol tekanan darah yang adekuat serta pencegahan kejang atau eklampsia. Persalinan atau terminasi kehamilan merupakan satu-satunya penatalaksanaan definitif preeklampsia. Namun, tata laksana preeklampsia juga sangat ditentukan oleh usia kehamilan serta progresivitas penyakit. Penundaan terminasi kehamilan umumnya bermanfaat untuk pertumbuhan janin tetapi meningkatkan risiko pada ibu.[1,6,7]