Penatalaksanaan Vaginitis
Penatalaksanaan vaginitis diberikan setelah ditegakkan diagnosis pasti penyebab vaginitis. Penatalaksanaan dapat berupa antimikroba, antifungal, antialergi, atau preparat hormon estrogen.[4,6,18]
Bakterial Vaginosis
Penatalaksanaan bakterial vaginosis dikelompokkan menjadi regimen secara umum, regimen alternatif, dan regimen untuk ibu hamil. Medikamentosa secara umum dapat dipilih salah satu dari obat di bawah ini:
Metronidazole 500 mg, peroral, 2 kali sehari selama 7 hari
- Metronidazol pervaginam, 2 kali sehari selama 5 hari
Clindamycin 2% krim, pervaginam, 1 kali perhari selama 7 hari[4,6,18]
Sedangkan sebagai regimen alternatif dapat digunakan salah satu obat di bawah ini:
- Metronidazole 2 gram, peroral, dosis tunggal
- Clindamycin 300 mg, peroral, 2 kali sehari selama 7 hari[4,6,18]
Untuk ibu hamil dapat diberikan regimen salah satu di bawah ini:
- Metronidazole 500 mg, peroral, 2 kali sehari selama 7 hari
- Clindamycin 300 mg, peroral, 2 kali sehari selama 7 hari
- Tidak direkomendasikan menggunakan agen topikal[4,6,18]
Kandidiasis Vulvavaginal
Penatalaksanaan kandidiasis vulvavaginal secara umum dapat dipilih salah satu dari obat di bawah ini:
- Butoconazole 2% krim 5 gram, intravagina, sekali sehari selama 3 hari
Clotrimazole 1% krim 5 gram, intravagina, sekali sehari selama 7‒14 hari
Miconazole 2% krim 5 gram, intravagina, sehari sekali selama 7 hari
- Miconazole vaginal suppositoria 100 mg sehari sekali selama 7 hari, atau 200 mg sehari sekali selama 3 hari, atau 1200 mg dosis tunggal
Nystatin vaginal tablet 100.000 IU sekali sehari selama 14 hari[6,18]
Penatalaksanaan kandidiasis vulvavaginal pada ibu hamil hanya direkomendasikan topikal golongan azol. Perawatan menggunakan krim imidazol eksternal dan ovula intravaginal mungkin diperlukan dalam 14 hari. Dapat diberikan perawatan berulang apabila dibutuhkan. Pemberian oral golongan azol, seperti flukonazol, dapat meningkatkan risiko kelainan kongenital tetralogy of Fallot.[6,18]
Vaginitis Noninfeksi
Penatalaksanaan vaginitis yang tidak menular atau bukan karena infeksi dapat dilakukan sesuai dengan etiologinya, yaitu:
- Vaginitis yang disebabkan karena alergi dan iritasi diberikan obat oral atau topikal untuk mengurangi inflamasinya. Penggunaan zat atau benda yang menjadi penyebab alergi atau iritasi harus segera dihentikan
- Vaginitis atrofi dapat diterapi dengan estrogen topikal pervagina, seperti krim estrogen, pesarium, intravaginal tablet, dan ring estradiol vagina. Terapi estrogen topikal dimulai dengan dosis rendah yang belum terbukti akan meningkatkan kadar estrogen Secara keseluruhan, penggunaan estrogen topikal sangat baik dan tidak meningkatan risiko hiperplasia endometrium pada wanita sehat[6,11]