Diagnosis Keratitis
Diagnosis keratitis umumnya dicurigai pada pasien yang datang dengan mata merah disertai penurunan penglihatan, fotofobia dan nyeri. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan visus dan evaluasi mata secara sistematis dengan temuan khas, misalnya berupa infiltrat seperti cincin pada kornea, atau hipopion.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fluorescein menggunakan lampu Wood atau oftalmoskop dengan filter kobalt.
Karena keratitis infeksi merupakan penyebab tersering, diagnosis keratitis noninfeksi hanya dipikirkan ketika kecurigaan terhadap etiologi infeksi sudah disingkirkan.
Anamnesis
Gejala pasien keratitis umumnya memiliki sifat onset akut dan berhubungan dengan fungsi visual dan sensoris. Tingkat keparahan gejala sangat dipengaruhi oleh virulensi organisme, status imunitas pasien, etiologi keratitis, penyakit penyerta, dan durasi penyakit. Berikut ini merupakan gejala umum pasien keratitis:
- Nyeri pada mata dengan onset cepat
- Mata merah
- Fotofobia
- Bengkak kelopak mata
- Penurunan penglihatan
- Rasa kering pada mata
- Sensasi benda asing pada mata
- Cairan pada mata[3,12]
Selain itu, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko keratitis juga harus ditanyakan klinis. Berikut ini beberapa faktor yang dapat ditanyakan pada pasien keratitis:
- Penggunaan lensa kontak: tipe lensa, waktu penggunaan, dan sistem desinfeksi
- Riwayat trauma
- Riwayat operasi mata, terutama bagian kornea
- Riwayat penyakit sistemik
- Riwayat penyakit autoimun
- Riwayat penggunaan agen imunosupresif, misalnya steroid seperti prednisone atau methylprednisolone
- Riwayat penyakit kornea
- Gangguan struktur atau malposisi bagian kelopak mata
- Gangguan defisiensi air mata[3,12]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting dalam menentukan diagnosis pasien keratitis. Berikut ini merupakan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien keratitis:
Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan gejala pada mata harus diawali dengan pemeriksaan visus pada kedua mata menggunakan Snellen chart. Pada pasien keratitis terjadi infeksi pada kornea yang umumnya akan menyebabkan gangguan pada visus pasien dan tidak akan membaik dengan kacamata koreksi. Walau demikian, pada keratitis tahap awal, bisa saja tidak terdapat gangguan visus.[3,16]
Inspeksi
Inspeksi pada bagian mata pasien keratitis, idealnya menggunakan slit-lamp, umumnya dapat ditemukan sebagai berikut:
- Edema kelopak dan konjungtiva
- Pseudoptosis
- Gangguan kelopak mata: trikiasis dan lagoftalmos
- Injeksi konjungtiva, terutama bagian limbal / silier
- Penurunan sensasi kornea
Discharge pada mata
- Infiltrat inflamasi berbentuk seperti cincin pada stroma kornea
- Penipisan atau perforasi kornea
- Hipopion[3,16]
Pemeriksaan Fluorescein
Pemeriksaan fluorescein pada setting layanan primer dapat dilakukan dengan lampu Wood atau oftalmoskop menggunakan filter kobalt. Berikan anestesi topikal terlebih dahulu jika pasien merasa nyeri.
Pada pemeriksaan di bawah lampu Wood, lesi kornea akan tampak berwarna kehijauan. Pada abrasi kornea, akan didapatkan lesi linear atau memiliki bentuk geografis.
Pemeriksaan Tekanan Intraokular dan Pemeriksaan Fundus
Pemeriksaan tekanan intraokular dilakukan pada pasien yang dicurigai memiliki perforasi kornea atau jika hasil pemeriksaan fluorescein negatif. Pada pemeriksaan fundus pasien keratitis, umumnya tidak ditemukan adanya kelainan pada bagian fundus mata.[3,16]
Pada pasien yang dicurigai mengalami uveitis anterior atau keratitis, rujuk pasien ke spesialis untuk pemeriksaan lanjutan menggunakan slit lamp dan penanganan penyakit.[17]
Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan spesialistik ini dilakukan pada mata yang sakit dan juga mata sehat. Bagian kornea mata pasien dapat diperiksa secara langsung dengan menggunakan mikroskop slit-lamp. Pewarnaan dengan fluorescein dye dapat diteteskan pada kornea pasien untuk mendeteksi adanya bagian epitelium kornea yang hilang. Hasil positif pada pewarnaan kornea ini ditandai dengan warna kehijauan dalam cahaya biru. Lesi kornea kemudian harus dideskripsikan bentuk dan lokasinya.
Bagian bilik mata depan pasien juga dapat dinilai menggunakan mikroskop slit-lamp. Pada pasien keratitis, bagian bilik mata depan umumnya dapat terlihat adanya sel, flare, atau hipopion. Pemeriksaan tes Seidel juga dapat dilakukan apabila dicurigai kebocoran aqueous humor akibat perforasi kornea.[3,16]
Diagnosis Banding
Keratitis merupakan salah satu penyakit mata yang dicirikan dengan mata merah. Beberapa diagnosis banding dari keratitis di antaranya adalah sebagai berikut.
Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan juga merupakan salah satu penyakit mata merah yang sering terjadi. Sama seperti keratitis, konjungtivitis juga sering kali disebabkan oleh adanya infeksi akibat virus, bakteri, ataupun jamur. Selain itu, pada pasien konjungtivitis umumnya memiliki beberapa gejala yang hampir sama dengan keratitis, yaitu pengeluaran sekret mata, rasa benda asing pada mata, dan mata merah.
Akan tetapi, umumnya pasien konjungtivitis tidak disertai dengan rasa nyeri pada mata, fotofofobia, dan penurunan penglihatan. Selain itu, umumnya injeksi konjungtiva pada konjungtivitis tersebar merata. Kornea pada konjungtivitis juga tampak jernih, dengan pupil dan tekanan intraokuler yang dalam batas normal.[5,18]
Skleritis
Diagnosis banding yang lain dari keratitis adalah skleritis. Skleritis juga merupakan salah satu penyakit mata merah dengan keluhan berupa nyeri hebat pada mata yang mungkin disertai penurunan visus. Yang membedakan skleritis dengan keratitis adalah karena kornea yang intak, tidak didapatkan keluhan silau. Selain itu pada skleritis juga tidak ditemukan adanya discharge yang keluar dari mata. Seperti yang sudah disebutkan pula, pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan pada kornea, pupil, maupun tekanan intraokuler.[5,18]
Uveitis Anterior
Uveitis anterior atau iridosiklitis merupakan salah satu penyebab mata merah yang lain dengan keluhan menyerupai keratitis berupa nyeri pada mata, silau atau fotofobia, dan penurunan visus. Selain itu, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya discharge encer, dengan kornea yang mungkin buram sehingga menyerupai keratitis. Yang menjadi pembeda dengan keratitis adalah pada uveitis anterior, pupil menjadi terkonstriksi dan tidak berespons baik terhadap cahaya. Pupil juga dapat terlihat ireguler. Sedangkan pada keratitis, biasanya pupil dan iris dalam batas normal.[5,18]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak dilakukan pada pasien keratitis. Akan tetapi, beberapa etiologi keratitis, terutama pada keratitis noninfeksi, dapat ditentukan melalui pemeriksaan penunjang spesifik.
Scraping Kornea
Scraping kornea merupakan tindakan penggerusan pada bagian pinggir ulkus kornea menggunakan spatula atau blade kemudian hasil diletakkan pada agar coklat, darah, dan Sabaurad. Pewarnaan Gram, Giemsa, dan acid-fast kemudian digunakan pada apusan di preparat. Pemeriksaan ini dilakukan apabila tanda dan gejala pasien tidak membaik dengan terapi empiris dan pada lesi dengan diameter > 2 mm.
Hasil pemeriksaan ini dapat membantu klinisi dalam menentukan diagnosis mikrobiologis dan terapi definitif pada pasien. Selain itu, kultur dan sensitivitas bakteri pada antimikroba juga dapat dilakukan.[3,19]
Tes Laboratorium
Tes laboratorium dapat dilakukan pada pasien keratitis dengan gejala sistemik, seperti demam, dan memiliki riwayat penyakit autoimun dan imunosupresi. Peningkatan leukosit pada pasien keratitis dapat menunjukkan adanya infeksi sistemik pada pasien. Penemuan seperti penurunan leukosit juga dapat menjadi tanda adanya gangguan imun pada pasien.
Pemeriksaan serologi human immunodeficiency virus (HIV) juga dapat dilakukan apabila mikroorganisme yang ditemukan pada keratitis tidak umum, seperti mikrosporidosis. Pemeriksaan spesifik lainnya, seperti IgM faktor rheumatoid, c-ANCA, p-ANCA, dan antibodi sirkulasi, dapat dilakukan pada pasien dengan curiga keratitis akibat etiologi autoimun.[1,3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja