Penatalaksanaan Keratitis
Penatalaksanaan keratitis diberikan atas prinsip mengeliminasi agen penyebab, mengobati penyebab utama, mengurangi gejala, minimalisir terjadinya jaringan parut pada kornea, dan menjaga fungsi mata dari perburukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik/antifungal/antivirus, imunosupresan, serta terapi suportif. Perlu diperhatikan, keratitis yang tidak ditangani dengan tuntas dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen, bahkan kebutaan.
Antibiotik Empiris
Penanganan pasien keratitis umumnya diawali dengan pemberian terapi antibiotik empiris secara topikal. Terapi antibiotik empiris yang diberikan bergantung pada risiko pasien. Untuk itu perlu dilakukan stratifikasi risiko terlebih dahulu.[15]
Stratifikasi Risiko untuk Keratitis
Stratifikasi risiko untuk keratitis adalah sebagai berikut:
- Risiko rendah: Tidak terdapat infiltrat perifer atau terdapat infiltrat perifer diameter <1 mm dan tanpa riwayat lensa kontak
- Risiko sedang: Terdapat infiltrat perifer 1-2 mm disertai defek epitelial, reaksi ringan bilik mata anterior, dan discharge sedang
- Risiko tinggi: Terdapat infiltrat stroma > 2 mm, infiltrat sentral, reaksi bilik mata anterior sedang hingga berat, dan discharge purulen
Pilihan Antibiotik Empiris Berdasarkan Risiko
Terapi antibiotik empiris untuk keratitis diberikan selama 4-10 hari. Jika tidak membaik, lakukan scraping kornea dan tangani keratitis berdasarkan hasil kultur dan uji sensitivitas. Apabila sudah terjadi perbaikan tanda dan gejala maka turunkan frekuensi pemberian secara perlahan karena sifat antibiotik yang toksik terhadap epitel kornea dan menghambat penyembuhan.
Berikut ini merupakan pilihan antibiotik empiris yang dapat diberikan berdasarkan risikonya:
- Pasien risiko rendah: berikan antibiotik topikal selain kuinolon. Terapi antibiotik topikal dapat diberikan sebanyak 1 tetes pada mata sakit setiap 1-6 jam
- Pasien risiko sedang: Berikan kuinolon topikal, seperti levofloxacin 1,5%, ofloxacin 0,3%, moxifloxacin 0,5%, gatifloxacin 0,3%, dan besifloxacin dapat diberikan satu tetes setiap 1-6 jam pada mata sakit
- Pasien risiko tinggi: Berikan kombinasi antibiotik topikal nonkuinolon dan kuinolon
Antibiotik topikal nonkuinolon yang disarankan adalah tobramycin fortified 14 mg/mL diberikan 1 tetes setiap jam bergantian dengan cefazolin fortified 50 mg/mL 1 tetes setiap jam.[4,5,20]
Antibiotik Definitif
Setelah hasil kultur dan sensitivitas dari scraping kornea sudah keluar, maka terapi antibiotik empirik dapat diubah menjadi pilihan antibiotik yang sesuai dengan etiologi. Berikut ini merupakan pilihan antibiotik sesuai mikroorganisme yang ditemukan:
Aminoglikosida
Terapi antibiotik topikal menggunakan aminoglikosida lebih disarankan pada mikroba Gram negatif batang. Pilihan terapi, seperti gentamicin 0,3% dapat diberikan sebanyak 1-2 tetes dengan maksimal 6 kali sehari. Gentamicin 0,3% salep mata juga dapat diberikan tiga sampai empat kali sehari.
Sefalosporin
Golongan sefalosporin merupakan antibiotik spektrum luas dan sangat disarankan penggunaannya pada infeksi spesies Haemophilus. Pilihan terapi, seperti seftazidim 50 mg/mL dan cefazoline dapat diberikan.
Chloramphenicol
Chloramphenicol topikal mata dapat diberikan pada infeksi yang berhubungan dengan H. influenzae. Chloramphenicol 0,5% tetes mata dapat diberikan satu tetes setiap 2 jam per hari. Chloramphenicol 1% sediaan salep mata dapat diberikan sebanyak tiga sampai empat kali sehari.
Makrolida
Makrolida merupakan golongan antibiotik yang dapat menurunkan pertumbuhan bakteri gram positif kokus. Pilihan terapi, seperti erithromycin 0,5% salep mata dapat diberikan sebanyak tiga sampai empat kali sehari.
Fluorokuinolon
Golongan fluorokuinolon disarankan penggunaannya pada bakteri gram-negatif aerob dan beberapa bakteri gram-positif. Ciprofloxacin 0,3% atau ofloxacin 0,3% tetes mata dapat diberikan dengan dosis sebagai berikut:
- 6 jam pertama: 2 tetes setiap 15 menit
- Sisa hari pertama: 2 tetes setiap 30 menit
- Hari kedua: 2 tetes setiap 1 jam
- Hari 3-14: 2 tetes setiap 4 jam[4,5,21]
Terapi Etiologi Lain
Pada keratitis infeksi yang disebabkan oleh jamur, virus, maupun protozoa lainnya, terapi khusus berdasarkan etiologinya diperlukan.
Keratitis Fungal
Antifungi diberikan pada keratitis yang disebabkan oleh jamur. Lini pertama antifungi yang disarankan adalah natamycin 5% sebanyak 1 tetes setiap 1-2 jam. Pilihan terapi lainnya, seperti amfoterisin B 1,5 mg/mL dan klotrimazol 1% juga dapat diberikan dengan dosis yang sama.[20-22]
Keratitis Herpetik
Keratitis herpetik perlu diterapi menggunakan terapi antivirus. Terapi seperti trifluridine oftalmik 1% tetes mata dan gansiklovir salep mata dapat diberikan selama 7 – 10 hari. Obat oral seperti acyclovir dan valasiklovir juga dapat diberikan apabila tidak terdapat antivirus sediaan tetes atau salep mata.[4,23,24]
Keratitis Acanthamoeba (Curigai pada Pengguna Lensa Kontak)
Terapi keratitis yang disebabkan oleh acanthamoeba cukup sulit dan membutuhkan jangka waktu terapi yang panjang. Lini pertama pengobatan yaitu klorheksidin oftalmik 0,02% dapat diberikan 1 tetes setiap 30 menit sampai 2 jam selama 2–3 minggu. Polihexametilen biguanid oftalmik 0,02% merupakan pilihan alternatif dengan cara pemberian yang sama. Pengobatan mungkin membutuhkan waktu selama lebih dari 6 bulan.[4,20]
Terapi Suportif
Terapi suportif diberikan untuk mengurangi gejala, namun tidak mengobati etiologi keratitis. Terapi ini perlu diberikan oleh dokter umum pada fasilitas primer sebelum merujuk pasien ke spesialis mata untuk penanganan lebih lanjut. Berikut ini merupakan terapi suportif yang dapat diberikan:
Sikloplegik Topikal
Terapi sikloplegik topikal berfungsi dalam paralisis otot silier yang menyebabkan dilatasi pupil. Pilihan tetes mata untuk terapi yang dapat diberikan adalah atropine 1%, homatropine 5%, atau siklopentolat 1%. Dosis yang dianjurkan adalah dua kali sehari. Terapi ini disarankan diberikan pada pasien dengan adanya reaksi pada bilik mata depan dan gejala fotofobia. Selain itu, pengobatan ini dapat mencegah terjadinya sinekia posterior, spasme silier, dan menurunkan rasa nyeri pada mata.
Analgesik
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) topikal dapat digunakan untuk meredakan rasa nyeri pada pasien keratitis. OAINS topikal yang umum digunakan adalah diclofenac 0,1% atau ketorolac 0,4%. Sebaiknya OAINS topikal hanya digunakan tidak lebih dari dua hari karena risiko toksisitas korneal.
Analgesik oral disarankan diberikan pada pasien keratitis dengan nyeri hebat. Pilihan analgesik yang paling sering digunakan pada pasien keratitis adalah golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Pilihan obat seperti ibuprofen 500 mg dapat diberikan dengan dosis tiga-empat kali sehari.
Vitamin A
Suplemen vitamin A telah disarankan dalam pengobatan keratitis, terutama pada negara-negara dengan prevalensi tinggi defisiensi vitamin A. Pemberian vitamin A oral dengan dosis 200.000 IU diikuti dengan dosis tambahan 200.000 IU keesokan harinya disarankan pemberiannya.[4,5]
Pengguna Lensa Kontak
Pada pasien keratitis yang menggunakan lensa kontak, lepas lensa kontak pasien dan pastikan pasien tidak menggunakan lensa kontak sampai diizinkan oleh dokter spesialis mata yang menangani.
Terapi Imunosupresan
Terapi imunosupresan dapat dipikirkan pada pasien keratitis dengan etiologi noninfektif atau tidak membaik dengan terapi keratitis infeksi. Keratitis noninfektif umumnya diterapi menggunakan imunosupresif sistemik. Berikan methylprednisolone intravena dengan dosis 1 gram IV dosis tunggal selama 30 menit. Imunosupresan lainnya, seperti prednisone, methotrexate, azathiophrine, dan mikofenolat mofetil juga dapat diberikan.[1,20,21]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja