Epidemiologi Presbiopi
Menurut data epidemiologi, presbiopi atau presbyopia yang tidak terkoreksi merupakan penyebab gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Setidaknya 1,8 miliar penduduk dunia mengalami presbiopi menurut data tahun 2015. Prevalensi presbiopi yang tidak terkoreksi adalah 28–63% dari seluruh penduduk dunia yang berusia >30 tahun.[6]
Global
Amerika Serikat memiliki prevalensi presbiopi sebesar 83–88% pada populasi usia >45 tahun. Di beberapa negara Asia, misalnya Jepang, prevalensi presbiopi terdata sebesar 43,8% pada populasi berusia >40 tahun. Di Timor Leste, prevalensi presbiopi juga diestimasi sekitar 43% pada populasi usia >40 tahun. Di Cina, prevalensi presbiopi diperkirakan sekitar 63,7% pada populasi usia >40 tahun.[6-8]
Jumlah penderita gangguan refraksi berupa presbiopi diperkirakan akan bertambah seiring dengan bertambahnya populasi usia tua di dunia. Perempuan dilaporkan lebih banyak memakai kacamata baca untuk koreksi presbiopi bila dibandingkan dengan laki-laki dalam kelompok usia yang serupa. Akan tetapi, hal ini diduga terjadi karena perempuan lebih cepat mencari koreksi presbiopi daripada laki-laki karena lebih sering beraktivitas jarak dekat.[3,5]
Menurut data tahun 2015, sebanyak 826 juta dari 1,8 miliar pasien presbiopi di dunia belum terkoreksi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan lensa korektif di beberapa daerah.[3,7]
Indonesia
Saat ini belum ada data epidemiologi nasional yang spesifik mengenai presbiopi di Indonesia. Data yang tersedia adalah data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) di 15 provinsi Indonesia, yang hanya melaporkan gangguan penglihatan secara umum (nonspesifik).[9]
Mortalitas
Presbiopi tidak berhubungan langsung dengan mortalitas tetapi presbiopi memiliki efek terhadap kualitas hidup pasien karena mengganggu aktivitas harian. Bila dibandingkan dengan orang tanpa presbiopi, pasien presbiopi lebih sering mengalami penurunan pencapaian kerja dan interaksi sosial. Pasien juga mungkin mengalami sakit kepala dan pasien lansia akan memiliki risiko jatuh yang lebih tinggi.[3,7]