Diagnosis Uveitis
Diagnosis uveitis diawali dengan mencari tahu ada tidaknya mata merah, nyeri mata, gangguan penglihatan, dan fotofobia. Pemeriksaan fisik mata mungkin menunjukkan injeksi perilimbus. Pemeriksaan slit-lamp berperan penting untuk mendiagnosis uveitis anterior. Sementara itu, funduskopi dengan dilatasi pupil berperan untuk mendiagnosis uveitis posterior.[6,8]
Anamnesis
Pada pasien dengan uveitis, gejala yang timbul tergantung pada letak terjadinya uveitis, yakni uveitis anterior, uveitis intermediate, atau uveitis posterior. Apabila semua gejala terjadi, uveitis yang dialami mungkin merupakan panuveitis.[6-9]
Uveitis Anterior
Uveitis anterior biasanya ditandai nyeri akut (nyeri yang terjadi akibat spasme silia yang berhubungan dengan inflamasi pada regio iris), fotofobia, dan warna kemerahan mata.
Uveitis Intermediate
Uveitis ini biasanya tidak ditandai mata merah. Pasien mungkin mengeluhkan bayangan yang terbang atau seperti melihat benang yang terbang di penglihatan (floaters) dan penglihatan kabur. Floaters dihasilkan dari bayangan yang dilemparkan oleh sel-sel vitreous dan debris di retina. Penglihatan kabur dapat terjadi akibat edema makula atau kekeruhan vitreus pada aksis visual.[6-9]
Uveitis Posterior
Uveitis posterior biasanya bermanifestasi sebagai penglihatan kabur tanpa rasa sakit, adanya floaters, photopsias, scotomata, metamorphopsia, nyctalopia, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Penglihatan kabur dapat disebabkan oleh retinitis dan/atau koroiditis yang secara langsung memengaruhi fungsi makula.[6-9]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan utama adalah pemeriksaan dengan slit-lamp untuk uveitis anterior dan funduskopi untuk uveitis posterior. Namun, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan Snellen chart. Tekanan bola mata juga dapat diukur untuk menyingkirkan kemungkinan glaukoma. Sementara itu, pemeriksaan pupil dengan cahaya bisa menemukan fotofobia.
Pada uveitis anterior, pemeriksaan slit-lamp mungkin menunjukkan injeksi perilimbus dan presipitat keratik. Presipitat keratik merupakan sel darah putih di endotelium kornea yang merupakan hallmark kasus uveitis. Dokter juga mungkin menemukan edema kornea, hypopyon di bilik anterior mata, dan flares di aqueous.
Hypopyon yang terlihat di bilik anterior mata dapat diberikan nilai sebagai berikut:
- Tidak ada: 0
- Samar, hanya sedikit terdeteksi: 1+
- Moderat, detail lensa dan iris jelas: 2+
- Moderat, detail lensa dan iris kabur: 3+
- Intens, ada deposit fibrin dan koagulasi aqueous: 4+
Pada uveitis posterior atau intermediate yang diperiksa dengan funduskopi, dokter bisa menemukan tanda inflamasi aktif pada lapisan korioretina atau leukosit di vitreous.[6-9]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding uveitis dapat berupa ablasio retina, edema makula, dan glaukoma.
Ablasio Retina
Pada kasus ablasio retina, pasien merasakan ada kilatan cahaya dan banyak floaters berukuran kecil. Pasien mengeluhkan seperti ada tirai yang menutupi penglihatan.
Edema Makula
Edema makula itandai dengan penglihatan yang kabur dan didapatkan edema pada pemeriksaan funduskopi.
Glaukoma
Pada glaukoma, keluhan yang timbul adalah kehilangan lapang pandang perifer, nyeri pada mata (glaukoma akut), peningkatan tekanan intraokular, dan peningkatan cup disc ratio pada oftalmoskopi.[6-9]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis uveitis umumnya dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya diperlukan pada kondisi tertentu yang berkaitan dengan penyakit sistemik yang menyertai atau kelainan okular lain.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit sistemik yang mungkin mendasari terjadinya uveitis, seperti pemeriksaan sedimentasi eritrosit untuk melihat giant cell arteritis atau pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) untuk melihat ada tidaknya keganasan, Vogt–Koyanagi–Harada disease, dan multiple sclerosis.
Bila dokter mencurigai adanya penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik, dokter juga mungkin melakukan tes antinuclear antibody (ANA). Sementara itu, apabila dokter mencurigai etiologi uveitis akibat infeksi, dokter bisa melakukan pemeriksaan tuberkulosis, HIV, atau sifilis.[6-9]
Pencitraan
Rontgen toraks bisa dilakukan untuk melihat kemungkinan uveitis akibat tuberkulosis atau sarcoidosis.[8]
Klasifikasi Uveitis
Uveitis dapat diklasifikasikan berdasarkan standarisasi nomenklatur uveitis (SUN) untuk menggambarkan uveitis berdasarkan lokasi anatomi inflamasi dan deskripsi spesifik onset, durasi, dan perjalanan penyakit.[9]
Tabel 1. Klasifikasi Uveitis Berdasarkan Anatomi Inflamasi
Tipe | Bagian Inflamasi | Meliputi | |
Uveitis anterior | Bilik anterior mata | Iridocyclitis Anterior cyclitis | |
Uveitis intermediate | Vitreous | Pars planitis Posterior cyclitis Hyalitis | |
Uveitis posterior | Retina atau koroid | Fokal atau multifokal Koroiditis difus Korioretinitis Retinokoroiditis Retinitis Neuroretinitis | |
Panuveitis | Bisa mencakup semua | Bisa mencakup semua |
Sumber: dr. Sherly Kurniawan, 2021.
Tabel 2. Klasifikasi Uveitis Berdasarkan Kriteria SUN
Kategori | Keterangan |
Terbatas | Durasi <3 bulan |
Persisten | Durasi >3 bulan |
Akut | Episode yang ditandai dengan onset yang tiba-tiba dan durasi yang terbatas |
Rekuren | Episode berulang yang dipisahkan oleh periode tidak aktif tanpa pengobatan durasi 3 bulan |
Kronis | Uveitis persisten dengan kekambuhan dalam <3 bulan setelah penghentian pengobatan |
Sumber: dr. Sherly Kurniawan, 2021.
Tabel 3. Terminologi Uveitis Berdasarkan SUN
Terminologi | Definisi |
Inaktif | Sel derajat 0 |
Perburukan aktivitas | Peningkatan tingkat peradangan dua langkah (misalnya sel bilik mata depan, kabut vitreus) atau meningkat dari derajat 3+ menjadi 4+ |
Peningkatan aktivitas | Penurunan tingkat peradangan dua langkah (misalnya, sel bilik mata depan, kabut vitreous) atau turun ke derajat 0 |
Remisi | Penyakit tidak aktif selama 3 bulan setelah penghentian semua perawatan penyakit mata |
Sumber: dr. Sherly Kurniawan, 2021.