Penatalaksanaan Karsinoma Kulit Nonmelanoma
Penatalaksanaan utama untuk karsinoma kulit nonmelanoma atau KKNM adalah bedah eksisi dan bedah Mohs micrographic. Namun, pada pasien tertentu seperti pasien lansia, pasien dengan kondisi umum buruk, atau pasien yang sudah pernah menjalani pembedahan berulang, penatalaksanaan nonbedah dapat dipertimbangkan.[10]
Penatalaksanaan nonbedah meliputi pemberian medikamentosa seperti imiquimod, 5-fluorouracil, ingenol-mebutate, diklofenak, dan inhibitor hedgehog. Selain itu, ada juga penatalaksanaan nonmedikamentosa seperti cryotherapy, radioterapi, curettage dan elektrodesikasi, dan terapi fotodinamik.[10]
Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi paling efektif untuk penatalaksanaan kasus karsinoma kulit nonmelanoma. Angka kesembuhan berkisar antara 90–95% setelah pembedahan. Pembedahan harus mempertimbangkan usia pasien. Kebanyakan pasien KKNM adalah pasien lanjut usia dengan risiko infeksi pascaoperasi yang lebih tinggi.[3,5,10]
Selain faktor usia, ukuran tumor, lokasi tumor, dan hasil pemeriksaan histologi tumor juga menentukan apakah pembedahan merupakan pilihan yang tepat. Faktor lain seperti kondisi umum pasien dan angka harapan hidup juga dipertimbangkan.[3,5,10]
Bedah Eksisi
Tujuan bedah eksisi adalah mengangkat seluruh tumor dengan hasil akhir kosmetik yang paling baik. Eksisi tumor yang berbatas tegas dan eksisi karsinoma sel skuamosa (KSS) dengan diameter <2 cm dan tepi eksisi jaringan normal 4 mm diharapkan mampu membuang tumor primer pada 95% kasus. Karsinoma sel basal (KSB) primer juga efektif diterapi dengan bedah eksisi, dengan 5-year recurrence rate <2%. Pada KKNM risiko tinggi, batas eksisi yang dianjurkan adalah 1 cm dari tepi lesi.[21]
Bedah eksisi memiliki hasil yang lebih baik dalam hal pengangkatan seluruh lesi secara sempurna, serta memiliki angka clearance dan kemungkinan rekurensi yang lebih rendah dibandingkan terapi KKNM lainnya.[20]
Teknik Bedah Mohs Micrographic
Teknik bedah Mohs micrographic merupakan teknik mengangkat lesi kanker per lapisan yang disertai dengan pemeriksaan histopatologi per lapisan yang diambil. Pembedahan dilakukan berulang hingga lapisan yang diambil tidak lagi menunjukkan sel kanker. Teknik ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah jaringan normal yang diangkat bila dibandingkan dengan teknik bedah eksisi.[10,21]
Teknik bedah Mohs micrographic lebih disukai oleh pasien dibandingkan dengan terapi nonbedah yang membutuhkan durasi pengobatan lebih panjang. Teknik bedah Mohs micrographic ini lebih dipilih untuk KKNM superfisial. Teknik ini juga dilaporkan memiliki tingkat rekurensi yang lebih rendah daripada bedah eksisi dalam 3–5 tahun.[10,21,29]
Medikamentosa Topikal
Terapi medikamentosa bekerja dengan memengaruhi jalur patofisiologi karsinoma kulit nonmelanoma (KKNM). Penggunaan medikamentosa topikal memungkinkan untuk lesi KKNM superfisial jika pasien tidak bisa kontrol berkala ke rumah sakit.
Imiquimod
Imiquimod adalah imunomodulator yang merangsang interferon alfa, tumor necrosis factor alpha, dan sitokin lain untuk meningkatkan imunitas yang diperantarai T-helper 1. Imiquimod juga diduga memiliki peran sebagai inhibitor jalur hedgehog.[10,21]
Imiquimod yang digunakan sebagai terapi KKNM adalah sediaan krim 3,75% atau 5%. Penggunaan untuk KSB berukuran <2 cm sebanyak 1 kali perhari selama 6-12 minggu memberikan perbaikan klinis 73% dan perbaikan histologis sebesar 75%. Namun, terapi ini dilaporkan mungkin memiliki rekurensi yang lebih tinggi daripada bedah eksisi dalam waktu 3–5 tahun.[10,21,29]
Imiquimod tidak dapat digunakan pada karsinoma sel basal tipe nodular dan infiltratif, serta karsinoma sel skuamosa in situ dan invasif. Efek samping yang banyak ditemukan adalah eritema, hipopigmentasi permanen, rasa nyeri, dan edema.[10,21]
Pasien umumnya sulit melanjutkan terapi karena membutuhkan jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, imiquimod umumnya digunakan sebagai terapi adjuvan setelah tindakan eksisi lesi KKNM atau dikombinasi dengan cryotherapy.[10,21]
5-Fluorouracil
Sediaan 5-fluorouracil (FU) yang digunakan adalah krim 5% dan solusio 2% atau 5%. 5-FU merupakan analog pyrimidine yang berperan sebagai antimetabolit. Obat ini diaplikasikan sebanyak 2 kali per hari selama minimal 2 minggu.[10]
Laju clearance untuk KSB superfisial bisa mencapai 90%, sedangkan untuk KSS in situ bervariasi antara 48–85%. Penggunaan 5-FU tidak direkomendasikan untuk KSB tipe nodular dan infiltratif serta pada KSS invasif. 5-FU juga dapat menimbulkan efek samping berupa eritema, pruritus, dermatitis, dan rasa nyeri pada kulit.[10]
Ingenol Mebutate
Ingenol mebutate menginduksi nekrosis sel kanker lewat mekanisme yang diperantarai oleh aktivasi protein kinase C. Sediaan ingenol mebutate yang digunakan adalah gel 0,05%. Ingenol mebutate diaplikasikan tiap hari selama 2–7 hari berturut-turut dengan atau tanpa oklusi. Ingenol mebutate tidak direkomendasi untuk penatalaksanaan kasus KSS. Efek samping dapat berupa rasa nyeri, eritema, dan edema pada kulit, tetapi biasanya menghilang dalam waktu 2 minggu.[10,21]
Diklofenak
Diklofenak 3% merupakan inhibitor siklooksigenase 2 yang memicu apoptosis sel kanker. Penggunaan diklofenak 3% dengan frekuensi 2 kali per hari selama 8 minggu dengan oklusi memberikan angka clearance histologis sebesar 64,3% untuk kasus KSB superfisial. Efek samping yang timbul bervariasi mulai dari eritema, pruritus, dermatitis, hingga reaksi alergi.[10,21]
Inhibitor Jalur Protein Hedgehog
Terapi inhibitor jalur protein hedgehog termasuk terapi sistemik. Indikasi terapi ini adalah pasien dengan KSS yang sudah metastasis atau secara lokal sangat invasif. Vismodegib dan sonidegib adalah inhibitor selektif reseptor smoothened protein (SMO) yang akan memengaruhi jalur hedgehog pada patogenesis KKNM.[10]
Terapi sistemik ini memiliki banyak efek samping seperti alopesia, spasme otot, dysgeusia, dan penurunan berat badan, sehingga pemberian harus mempertimbangkan kualitas hidup pasien serta penyakit komorbid yang ada pada pasien.[10]
Terapi Nonmedikamentosa
Terapi nonmedikamentosa dapat berupa cryotherapy, terapi fotodinamik, curettage dan elektrodesikasi, dan terapi radiasi. Terapi-terapi tersebut biasanya dijadikan terapi adjuvan setelah bedah atau dijadikan terapi kombinasi bersama medikamentosa.
Cryotherapy
Cryotherapy memanfaatkan suhu di bawah 0°C (-50°C hingga -60°C) yang akan merusak jaringan secara selektif. Cryotherapy dapat digunakan untuk kasus KKNM yang memiliki batas lesi tegas. Pada kasus KKNM, sekitar 3–10 mm area di sekitar lesi kulit diberikan cryotherapy.[10,21]
Angka kesembuhan setelah cryotherapy dilaporkan lebih baik pada lesi kulit primer daripada lesi rekuren. Kekurangan cryotherapy adalah timbulnya nyeri, bula, edema, dan pada beberapa kasus dapat terbentuk jaringan parut hipertrofik.[10,21]
Terapi Fotodinamik
Terapi fotodinamik memanfaatkan sinar spektrum merah atau biru untuk mengaktivasi photosensitizer yang membentuk reactive oxygen species (ROS) sitotoksik. Obat-obat photosentizing seperti methyl aminolevulinate (MAL) dan 5-aminolevulinic acid (ALA) merupakan prekursor porfirin.[10,21]
Aplikasi obat ini secara topikal pada kanker keratinosit akan mengubah MAL dan ALA menjadi porfirin IX. Setelah beberapa waktu, produksi dan akumulasi porfirin dapat diaktivasi menggunakan sinar. Sinar spektrum merah memiliki daya tembus jaringan lebih besar dan lebih efektif untuk lesi yang tebal.[10,21]
Pembentukan ROS terjadi saat proses penyinaran yang akan berujung pada kematian sel. Terapi fotodinamik dapat dikombinasi dengan pembedahan, radioterapi, diklofenak, 5-FU, dan imiquimod.[10,21]
Curettage dan Elektrodesikasi
Tindakan curettage dan elektrodesikasi (CE) dapat dilakukan pada KKNM risiko rendah. Diameter maksimal lesi adalah 10 mm. Lesi juga harus memiliki batas yang jelas. Hasil terapi lebih baik pada lesi yang terdapat di leher, lengan, tungkai bawah, dan batang tubuh. Luka sehabis tindakan CE akan menimbulkan jaringan parut atrofik. Terapi CE dapat dikombinasi dengan cryotherapy dan pemberian imiquimod.[10]
Radioterapi
Terapi radiasi untuk KKNM terdiri dari terapi X-ray superfisial, terapi radiasi eksternal, dan brachytherapy. Terapi X-ray superfisial bisa digunakan untuk pasien lansia, pasien yang menolak bedah atau tidak memenuhi persyaratan bedah, dan pasien yang menjalani terapi koagulasi. Namun, radioterapi saja mungkin memiliki risiko rekurensi yang lebih tinggi daripada bedah eksisi dalam waktu 3–4 tahun.[10,29]
Radioterapi menjadi pilihan ketika pembedahan berisiko membuat kehilangan lebih banyak fungsi jaringan, sehingga menimbulkan palsy, paresthesia, atau eversi kelopak mata. Radioterapi juga sering dijadikan terapi adjuvan setelah eksisi tumor.[10]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur