Diagnosis Leiomyosarcoma
Diagnosis leiomyosarcoma dapat ditegakkan dengan biopsi jaringan di mana pemeriksaan histologi perlu dilakukan untuk menentukan jenis keganasan yang lebih spesifik, derajat histologi, terapi, serta prognosis. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding.
Gejala umum keganasan dapat ditemukan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, namun tanda dan gejala lain bergantung pada lokasi primer leiomyosarcoma. Pemeriksaan MRI merupakan modalitas unggul untuk mendeteksi, mengelompokkan, serta menentukan stadium dan metastasis leiomyosarcoma.[22]
Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan gejala umum keganasan, seperti lemas, demam, rasa kembung, benjolan pada bagian tubuh tertentu, perdarahan tanpa sebab yang jelas, mual, muntah, nyeri, dan penurunan berat badan yang drastis. Perlu juga dicari faktor risiko seperti riwayat keganasan pada pasien dan keluarga, riwayat paparan radiasi dan zat kimia, serta riwayat penggunaan obat-obatan hormonal.
Tanda dan gejala lain bergantung pada lokasi utama, ukuran, dan progresi leiomyosarcoma. Leiomyosarcoma intestinal dan gaster memiliki gejala utama berupa perdarahan dan tanda-tanda ileus obstruktif akibat tumor. Sebanyak 70% pasien leiomyosarcoma intestinal mengalami perdarahan akut sehingga membutuhkan transfusi darah dengan segera. Tumor yang berasal dari duodenum ditemukan paling sering mengalami perdarahan masif. [23]
Leiomyosarcoma uterus memiliki manifestasi klinis berupa perdarahan abnormal dari vagina dan uterus di luar menstruasi, perdarahan setelah menopause, vaginal discharge, nyeri pada daerah panggul, dan inkontinensia urine. Pasien juga dapat mengeluh adanya pembengkakan atau benjolan, atau perut terasa membesar. Gejala spesifik lainnya bergantung pada lokasi munculnya tumor.[24]
Pemeriksaan Fisik
Pada leiomyosarcoma intestinal, jarang ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik kecuali terjadi perdarahan atau obstruksi akut. Jika terjadi obstruksi, pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan tanda-tanda distensi abdomen, suara borborygmi, dan massa yang teraba. Pasien yang mengalami metastasis tumor ke hepar dan bilier dapat bermanifestasi menjadi hepatomegali dan ikterik.[23]
Pada kasus leiomyosarcoma uterus lanjut, gejala klinis dapat menyerupai kanker ovarium, seperti teraba massa adneksa, asites, dan efusi pleura. Nyeri tekan pada lokasi tumor dapat terjadi, namun jarang ditemukan. Pada pemeriksaan vagina, dapat teraba pembesaran uterus sesuai dengan ukuran tumor, dapat digerakkan, forniks anterior dan posterior jarang terdapat kelainan, dan tidak ada nyeri tekan.[25,26]
Diagnosis Banding
Leiomyosarcoma uterus dapat didiagnosis banding dengan leiomioma uterus, sarkoma uterus lainnya seperti karsinosarkoma, dan karsinoma endometrium. Leiomyosarcoma gaster dan intestinal dapat didiagnosis banding dengan gastrointestinal stromal tumors (GIST), kanker gaster, dan kanker kolorektal.
Leiomioma Uterus
Tumor yang semakin membesar dapat menimbulkan gejala seperti menstruasi yang lebih lama dan banyak, menekan struktur jaringan disekitarnya dan menimbulkan rasa nyeri di area pinggul sehingga membutuhkan tata laksana operasi. Pembesaran uterus dengan dugaan adanya leiomioma uterus merupakan salah satu gejala dari leiomyosarcoma.[25]
Karsinosarkoma Uterus
Karsinosarkoma uterus adalah kanker ganas yang terdiri dari sel-sel epitel dan mesenkim. Kanker ini lebih agresif jika dibandingkan dengan keganasan uterus lainnya dan memiliki tingkat metastasis dan rekurensi yang lebih tinggi. Gejala karsinosarkoma uterus berupa perdarahan setelah menopause, nyeri perut, dan pembesaran uterus. Pada pemeriksaan penanda tumor CA-125 didapatkan meningkat pada karsinosarkoma uterus.[27]
Karsinoma Endometrium
Karsinoma endometrium adalah kanker yang berasal dari sel-sel endometrium, yaitu lapisan terdalam dari uterus. Karsinoma endometrium merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada wanita setelah menopause. Karsinoma endometrium dapat memiliki gejala berupa perdarahan setelah menopause, jika terjadi pada wanita usia reproduktif, gejala dapat berupa gangguan siklus menstruasi.[24]
Gastrointestinal Stromal Tumors (GIST)
Gastrointestinal stromal tumors (GIST) merupakan keganasan yang berasal dari jaringan mesenkim. Secara patologis, GIST menyerupai leiomioma dan leiomyosarcoma, namun pada patofisiologi nya melibatkan mutasi gen yang berbeda sehingga membutuhkan regimen tata laksana yang berbeda.[28]
Gejala GIST pada umumnya asimtomatik atau tidak spesifik. Sering kali GIST terdiagnosis saat pemeriksaan radiologi atau endoskopi dilakukan untuk mendeteksi penyakit saluran pencernaan dengan gejala perdarahan, ileus obstruktif, dan ulkus pada dinding saluran cerna. Gejala lain dapat berupa nyeri perut, cepat merasa kenyang dan kembung, dan teraba massa di perut.[8]
Kanker Gaster
Kanker gaster stadium awal tidak memberikan gejala yang khas. Pada stadium lanjut, kanker gaster memiliki manifestasi klinis seperti mual-muntah, gangguan pencernaan, rasa kembung dan cepat kenyang, perdarahan saluran cerna, penurunan berat badan drastis, teraba pembesaran gaster dan kelenjar getah bening, obstruksi saluran pencernaan, hepatomegali, dan ikterik.[29]
Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah penyakit multifaktorial. Faktor genetik, lingkungan, diet, dan inflamasi saluran pencernaan dapat mendasari patofisiologi kanker kolorektal. Gejala kanker kolorektal adalah nyeri perut, perubahan pola defekasi, perdarahan saluran cerna bawah, anemia, teraba massa di perut kanan bawah dan rektum.[30]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis definitif leiomyosarcoma ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis histopatologi. Pemeriksaan radiologi tidak dapat mendiagnosis leiomyosarcoma secara spesifik, namun dapat membantu mengidentifikasi masa dan mendeteksi metastasis. Pemeriksaan hematologi berupa penanda tumor dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding.
Pencitraan
Beberapa modalitas pencitraan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis leiomyosarcoma, seperti MRI dan CT scan. Pemeriksaan MRI biasanya lebih dipilih sebagai modalitas karena lebih jelas menunjukkan gambaran pembuluh darah, ukuran dan ekstensi tumor, penyebaran lokal, serta perbedaan fibrosis setelah radiasi atau tumor yang rekuren. Sedangkan CT scan biasa digunakan untuk menilai metastasis dan follow-up pasien.[6]
Pemeriksaan Mikroskopis
Leiomyosarcoma biasanya terdiri dari oleh sel-sel spindel eosinofilik yang tersusun dalam fasikel yang saling berinterseksi pada sudut 90° dan berhubungan dengan berbagai derajat nekrosis dan aktivitas mitosis sesuai derajat lesi. Pada pemeriksaan imunohistokimia, leiomyosarcoma memberikan hasil positif pada desmin, aktin otot polos, dan kaldesmon.[7]
Gambaran histologi di bawah mikroskop dapat menentukan sejauh apa kanker sudah bertumbuh dan menyebar, proses ini dapat disebut dengan penentuan stadium. Stadium leiomyosarcoma merupakan faktor signifikan untuk menentukan pilihan tata laksana dan prognosis pasien. American Joint Committee of Cancer (AJCC) membagi stadium sarkoma jaringan lunak menjadi stadium I-IV berdasarkan Tumor Nodul Metastasis (TNM) dan derajat/grade (G).
Pemeriksaan Hematologi
Beberapa pemeriksaan hematologi seperti darah lengkap, penanda tumor, dan sitokin serum dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menentukan prognosis. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perubahan hematologi terjadi pada lebih dari 40% kasus sarkoma jaringan lunak dan lebih sering ditemukan pada pasien dengan stadium lanjut.
Perubahan tersebut berupa neutrofilia (28,3% kasus), leukositosis (27,6% kasus), penurunan jumlah hemoglobin (25,5% kasus), monositosis (19,3% kasus), dan trombositosis (14,5% kasus).[30] Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-125 dapat membantu menyingkirkan diagnosis karsinoma uterus dan ovarium, serum carcinoembryonic antigen (CEA) dapat membantu menyingkirkan diagnosis karsinoma kolorektal.[32]
Klasifikasi
Terdapat dua sistem pengklasifikasian leiomyosarcoma yang sering digunakan dan menjadi standar internasional, yaitu penentuan derajat histologi menurut French Federation of Cancer Centers Sarcoma Group (FNCLCC) dan sistem stadium TNM menurut American Joint Committee of Cancer.
Penentuan Derajat
Penentuan derajat dilakukan dengan menilai berapa banyak sel sarkoma yang terlihat seperti sel normal. Hal ini membantu menentukan seberapa cepat kanker akan bertumbuh dan menyebar. Berdasarkan sistem French Federation of Cancer Centers Sarcoma Group (FNCLCC), derajat sarkoma ditentukan oleh 3 faktor yaitu diferensiasi sel, jumlah sel yang bermitosis, dan nekrosis tumor.
Tabel 1. Penentuan Derajat Histologi pada Sarkoma Jaringan Lunak
Diferensiasi Sel Tumor | Jumlah Sel yang Bermitosis | Nekrosis Tumor |
Sarkoma menyerupai sel normal, contoh : derajat rendah leiomyosarcoma (1 poin) | 0-9 mitosis/HPF (1 poin) | Tidak ada nekrosis (0 poin) |
Sarkoma dengan gambaran histologi yang jelas (2 poin) | 10-19 mitosis/10 HPF (2 poin) | <50% nekrosis (1 poin) |
Sarkoma embrional dan tidak berdiferensiasi, sarkoma sinovial, osteosarkoma jaringan lunak, sarkoma Ewing (3 poin) | ≥20 mitosis/10 HPF (3 poin) | ≥50% nekrosis (2 poin) |
Sumber: dr. Jessica Elizabeth, 2020.[33]
Semua skor pada masing-masing faktor dijumlahkan untuk menentukan derajat sarkoma. Derajat sarkoma terbagi menjadi derajat 1–3, yaitu derajat 1 (G1) dengan total skor 2-3, derajat 2 (G2) dengan total skor 4-5, derajat 3 (G3) dengan total skor 6-8, dan GX yang berarti belum dapat ditentukan.[33]
Penentuan Stadium
American Joint Committee of Cancer membagi stadium TNM untuk sarkoma jaringan lunak berdasarkan lokasi awal kanker, yaitu kepala dan leher, badan dan ekstremitas, organ viseral di abdomen dan toraks, dan retroperitoneum.[32]
Stadium Leiomyosarcoma Jaringan Lunak Kepala dan Leher
Berikut pembagian stadium TNM pada jaringan lunak kepala dan leher
Tabel 2. Stadium TNM Sarkoma Jaringan Lunak Kepala dan Leher
Tumor | Keterangan |
TX | Tumor tidak dapat dinilai |
T1 | Tumor ≤2 cm |
T2 | Tumor >2 cm sampai ≤4 cm |
T3 | Tumor >4 cm |
T4 | Tumor menginvasi struktur sekitarnya |
T4a | Tumor menginvasi struktur orbital, dasar tengkorak, lapisan duramater, dan otot-otot wajah |
T4b | Tumor menginvasi parenkim otak, arteri karotis, otot-otot prevertebra, dan sistem saraf pusat |
Nodul | |
NX | Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai |
N0 | Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional |
N1 | Terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional |
Metastasis | |
M0 | Tidak ada metastasis jauh |
M1 | Terdapat metastasis jauh |
Sumber: dr. Jessica Elizabeth, 2020.[32]
Stadium Leiomyosarcoma Jaringan Lunak Badan dan Ekstremitas
Berikut penentuan stadium TNM pada jaringan lunak badan dan ekstremitas
Tabel 3. Stadium TNM Sarkoma Jaringan Lunak Badan dan Ekstremitas
Tumor | Keterangan |
TX | Tumor tidak dapat dinilai |
T0 | Tidak ada bukti terdapat tumor |
T1 | Tumor ≤5 cm pada dimensi terbesar |
T2 | Tumor >5 cm sampai ≤10 cm pada dimensi terbesar |
T3 | Tumor >10 cm sampai ≤15 cm pada dimensi terbesar |
T4 | Tumor >15 cm |
Nodul | |
N0 | Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional atau tidak dapat dinilai |
N1 | Terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional |
Metastasis | |
M0 | Tidak ada metastasis jauh |
M1 | Terdapat metastasis jauh |
Sumber: dr. Jessica Elizabeth, 2020.[32]
Tabel 4. Stadium Anatomis dan Prognostik Sarkoma Jaringan Lunak Badan dan Ekstremitas
Stadium | T | N | M | Derajat |
Stadium IA | T1 | N0 | M0 | G1, GX |
Stadium IB | T2 | N0 | M0 | G1, GX |
T3 | N0 | M0 | G1, GX | |
T4 | N0 | M0 | G1, GX | |
Stadium II | T1 | N0 | M0 | G2, G3 |
Stadium IIIA | T2 | N0 | M0 | G2, G3 |
Stadium IIIB | T3 | N0 | M0 | G2, G3 |
T4 | N0 | M0 | G2, G3 | |
Stadium IV | Semua T | N1 | M0 | Semua G |
Semua T | Semua N | M1 | Semua G |
Sumber: dr. Jessica Elizabeth, 2020.[32]
Stadium Leiomyosarcoma Jaringan Lunak Organ Viseral di Abdomen dan Toraks
Berikut penentuan stadium TNM sarkoma jaringan lunak organ viseral di abdomen dan toraks.
Tabel 5. Stadium TNM Sarkoma Jaringan Lunak Organ Viseral di Abdomen dan Toraks
Tumor | Keterangan |
TX | Tumor tidak dapat dinilai |
T1 | Tumor terbatas pada organ |
T2 | Tumor menyebar ke jaringan melebihi organ |
T2a | Tumor menginvasi lapisan serosa atau peritoneum viseral |
T2b | Tumor menyebar lebih dari lapisan serosa (mesenterium) |
T3 | Tumor menginvasi organ lain |
T4 | Keterlibatan tumor multifokal |
T4a | Keterlibatan tumor multifokal (2 lokasi) |
T4b | Keterlibatan tumor multifokal (3-5 lokasi) |
T4c | Keterlibatan tumor multifokal (>5 lokasi) |
Nodul | |
N0 | Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional |
N1 | Terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional |
Metastasis | |
M0 | Tidak ada metastasis jauh |
M1 | Terdapat metastasis jauh |
Sumber: dr. Jessica Elizabeth, 2020.[32]
Stadium Leiomyosarcoma Jaringan Lunak Retroperitoneum
Berikut penentuan stadium TNM sarkoma jaringan lunak retroperitoneum
Tabel 6. Stadium TNM Sarkoma Jaringan Lunak Retroperitoneum
Tumor | Keterangan |
TX | Tumor tidak dapat dinilai |
T0 | Tidak ada bukti terdapat tumor |
T1 | Tumor ≤5 cm pada dimensi terbesar |
T2 | Tumor >5 cm sampai ≤10 cm pada dimensi terbesar |
T3 | Tumor >10 cm sampai ≤15 cm pada dimensi terbesar |
T4 | Tumor >15 cm |
Nodul | |
N0 | Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional atau tidak dapat dinilai |
N1 | Terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional |
Metastasis | |
M0 | Tidak ada metastasis jauh |
M1 | Terdapat metastasis jauh |
Sumber: dr. Jessica Elizabeth, 2020.[32]
Tabel 7. Stadium Anatomis dan Prognostik Sarkoma Jaringan Lunak Retroperitoneum
Stadium | T | N | M | Derajat |
Stadium IA | T1 | N0 | M0 | G1, GX |
Stadium IB | T2 | N0 | M0 | G1, GX |
T3 | N0 | M0 | G1, GX | |
T4 | N0 | M0 | G1, GX | |
Stadium II | T1 | N0 | M0 | G2, G3 |
Stadium IIIA | T2 | N0 | M0 | G2, G3 |
Stadium IIIB | T3 | N0 | M0 | G2, G3 |
T4 | N0 | M0 | G2, G3 | |
Stadium IV | Semua T | N1 | M0 | Semua G |
Semua T | Semua N | M1 | Semua G |
Sumber: dr. Jessica Elizabeth, 2020.[32]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri