Penatalaksanaan Leiomyosarcoma
Penatalaksanaan utama leiomyosarcoma pada dasarnya sama dengan tata laksana sarkoma jenis lainnya, yaitu operasi, radiasi, kemoterapi, dan terapi hormonal.
Pembedahan
Pembedahan adalah tata laksana utama leiomyosarcoma. Pembedahan tidak bersifat kuratif, namun dapat memperpanjang angka harapan hidup pasien. Pembedahan dilakukan dengan mereseksi tumor dan daerah sekitarnya sebanyak mungkin.
Kelenjar limfe yang berhubungan dengan tumor juga perlu direseksi, namun extended lymphadenectomy tidak diperlukan karena patofisiologi tumor yang jarang bermetastasis melalui kelenjar limfe.[8,34]
Untuk leiomyosarcoma uterus biasanya dilakukan histerektomi total. Operasi salpingo-ooforektomi juga dapat direkomendasikan terutama untuk wanita yang sudah menopause atau mengalami metastasis tumor.[24]
Radiasi
Radiasi dapat berperan sebagai tata laksana adjuvan leiomyosarcoma, namun bisa juga sebagai terapi utama untuk tumor yang tidak dapat direseksi dengan pembedahan. Radiasi biasanya dilakukan pada pasien dengan ukuran tumor lebih dari 5 cm dan tumor yang berada pada lokasi anatomis yang sulit dijangkau seperti kepala, leher, dan retroperitoneal. Penggunaan radiasi untuk leiomyosarcoma dapat menurunkan angka kekambuhan.
Sebuah uji klinis mengenai radiasi sebagai tata laksana adjuvan leiomyosarcoma oleh Sampath et al. pada 99 pasien penderita leiomyosarcoma uterus stadium I-II memaparkan bahwa angka rekurensi pasien yang ditata laksana dengan operasi saja sebesar 14%, sedangkan pasien yang ditata laksana dengan operasi dan radiasi memiliki angka rekurensi yang lebih rendah yaitu 2%.[9]
Kemoterapi
Kemoterapi adjuvan dengan doxorubicin atau gemcitabine-docetaxel sampai saat ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut lagi untuk mengetahui efektivitasnya. Sebuah uji klinis fase 1 menggunakan 4 siklus regimen kemoterapi gemcitabine-docetaxel kepada penderita leiomyosarcoma uterus stadium I menunjukkan hasil yang menjanjikan dan periode bebas penyakit.[10]
Keberhasilan penelitian ini dilanjutkan dengan uji klinis fase 2 menggunakan 4 siklus regimen kemoterapi gemcitabine-docetaxel dan 4 siklus doxorubicin sebagai tata laksana adjuvan setelah operasi kepada penderita leiomyosarcoma uterus stadium I tanpa metastasis.
Dari 47 responden wanita, didapatkan sebanyak 78% responden memiliki periode bebas penyakit selama 2 tahun dan 39,3 bulan progression free survival. Kemoterapi juga menjadi pilihan tata laksana pada leiomyosarcoma yang sudah bermetastasis.[35]
Obat lini utama kemoterapi untuk leiomyosarcoma metastatik atau yang tidak bisa direrseksi berupa kombinasi anthracycline dan olaratumab. Lini kedua berupa kombinasi gemticabine dengan trabectedin, dacarbazine, temozolomide, atau pazopanib. Lini ketiga menggunakan kombinasi obat-obatan yang belum digunakan pada lini kedua. Lini keempat menggunakan ifosfamide.
Pilihan kemoterapi untuk leiomyosarcoma intestinal berupa inhibitor tirosin kinase dan alkylating agents. Obat inhibitor tirosin kinase seperti imatinib mesylate, dibuat secara spesifik untuk menginhibisi gen ABL, KIT, dan platelet-derived growth factor receptor (PDGFR) dari tirosin kinase.
Obat tirosin kinase lainnya adalah sunitinib yang merupakan inhibitor multikinase yang menargetkan beberapa inhibitor tirosin kinase, sehingga memengaruhi pertumbuhan tumor, angiogenesis, dan metastasis.
Obat alkylating agents seperti trabectedin mengikat residu guanin dalam DNA. Obat ini diindikasikan untuk leiomyosarcoma yang sudah bermetastasis dan tidak dapat dilakukan reseksi pembedahan.[36]
Terapi Hormonal
Terapi hormonal telah digunakan untuk tata laksana leiomyosarcoma uterus stadium lanjut dan rekuren. Leiomyoma uterus mengekspresikan reseptor hormon progesteron dan estrogen, namun hanya sedikit kasus yang memberikan respon baik terhadap terapi hormonal.[37]
Sebuah laporan kasus mengemukakan hasil positif pada pemberian inhibitor aromatase pada seorang wanita 45 tahun yang menderita leiomyosarcoma uterus rekuren dengan metastasis ke paru-paru. Pasien menunjukkan regresi ukuran tumor setelah 12 bulan pemberian.[38]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri