Diagnosis Tumor Otak
Diagnosis tumor otak definitif dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi melalui biopsi. Pemeriksaan penunjang lain adalah CT scan atau MRI kepala. Manifestasi klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik tergantung pada lokasi, jenis, dan progresivitas pertumbuhan tumor.[1,4-6,13]
Anamnesis
Sebagian besar pasien tumor otak memiliki gejala yang tidak khas. Namun, pasien dengan tumor otak primer biasanya datang dengan keluhan nyeri kepala dan kejang (50‒80%). Nyeri kepala yang dirasakan pada pasien tumor otak menyerupai nyeri kepala pada tension type headache, dengan intensitas nyeri yang sedang-berat dan frekuensi yang lebih sering.[1,3,5]
Sekitar 15% pasien tumor otak dapat mengalami peningkatan tekanan intrakranial, dengan manifestasi klinis nyeri kepala yang bersifat intermitten dan tumpul, disertai dengan muntah proyektil. Gejala defisit neurologis juga dapat dijumpai berupa kelemahan ekstremitas, gangguan keseimbangan, dan diplopia.[5-7,13]
Keluhan sistemik juga dapat dijumpai pada tumor otak adalah nausea, vomitus, fatigue, penurunan berat badan, anoreksi, dan demam. Perubahan mood, perubahan kepribadian, penurunan fungsi kognitif, dan penurunan kesadaran juga dapat dijumpai pada pasien tumor otak.[5,7,13]
Berikut beberapa hal penting yang perlu ditanyakan untuk mengevaluasi pasien tumor otak;
- Keluhan neurologis dan sistemik: onset, lokasi, frekuensi, interval, sifat, penjalaran, aktivitas yang memprovokasi, serta hal-hal yang dapat memperberat maupun meringankan gejala
- Faktor risiko: usia, jenis kelamin, riwayat kebiasaan pasien, riwayat paparan zat kimia yang merupakan karsinogen poten pada kasus tumor otak, riwayat penyakit pasien dan keluarga (riwayat neoplasma pada pasien maupun keluarga, serta riwayat infeksi virus onkogenik)[13,14,16]
Gambar 1. Manifestasi Klinis Tumor Otak (Sumber: Eva Naomi, 2022)
Pemeriksaan Fisik
Tidak terdapat temuan fisik yang khas ataupun pola temuan yang dapat mengidentifikasi pasien dengan tumor otak. Pemeriksaan fisik tumor otak harus dilakukan secara menyeluruh pada semua tinjauan sistem. Pemeriksaan kondisi umum dan tanda-tanda vital juga harus tetap dilakukan.[5,7]
Manifestasi klinis yang dijumpai pada pemeriksaan fisik pasien tumor otak tergantung dari lokasi tumor otak. Pemeriksaan neurologis pada pasien tumor otak dapat menggambarkan adanya defisit neurologis fokal.[5,7,16]
Tabel 2.Temuan Klinis Berdasarkan Lokasi dan Jenis Tumor Otak
Lokasi atau Jenis Tumor Otak | Temuan Klinis |
Tumor lobus frontal | Anosmia, demensia, perubahan kepribadian, gangguan gait, kejang, dan afasia motorik. |
Tumor lobus temporo-parietal-oksipital | Afasia sensorik, hemianopsia, disorientasi ruang, kejang, kuadrantanopia, defek lapang pandang, dan gangguan perilaku. Hemianopsia kontralateral dapat dijumpai pada lokasi tumor di oksipital. |
Tumor batang otak dan serebelum | Ataxia, gangguan koordinasi, nistagmus, gejala piramidal, defisit sensoris pada salah satu atau kedua sisi, gangguan nervus kranial, dan dismetria. |
Tumor prefrontal dan corpus callosum | Disfungsi kognitif seperti perubahan perilaku, gangguan mood, dan gangguan memori jangka panjang. |
Tumor Infratentorial | Kelumpuhan nervus kranial, long tract sign apabila melibatkan medulla spinalis (spastisitas, hiperrefleks, Babinski dan Hoffman positif). Pemeriksaan neurooftamologi dapat ditemukan papiledema. |
Glioma | Defisit neurologis progresif, abnormalitas pada pemeriksaan fungsi luhur, papiledema pada pemeriksaan neurooftamologi. |
Meningioma | Hidrosefalus obstruktif, gangguan lapang pandang |
Tumor pituitari | Galaktorea, akromegali, gigantisme, dan hemianopsia homonym |
Tumor metastasis | Gejala neurologis fokal, kelumpuhan tanpa gangguan sensorik, perubahan perilaku, dan penurunan kesadaran |
Sumber: Eva Naomi, 2022.[13,14]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding tumor otak tergantung dari usia pasien, faktor risiko infeksi, penyakit kanker lain yang diderita, dan karakteristik radiologi. Diagnosis banding tumor otak dapat diklasifikasikan menjadi infeksi, metastasis, lesi vaskular, dan kelainan inflamasi. Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan saat menegakkan diagnosis tumor otak adalah abses otak dan ensefalitis.[14,19]
Abses Otak
Abses otak merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya akumulasi nanah yang membentuk kantung, atau yang dibatasi dinding kapsul akibat infeksi fokal pada jaringan otak. Manifestasi klinis abses otak berupa nyeri kepala, mual, muntah, kejang, defisit neurologis, dan demam.
Pemeriksaan penunjang dengan MRI diffusion-weighted dapat membedakan abses otak dengan tumor otak primer melalui gambaran radiologi abses yang tampak hiperintens.[26,27]
Ensefalitis
Ensefalitis merupakan peradangan pada parenkim otak yang menimbulkan gejala klinis penurunan kesadaran, kejang, perubahan kepribadian, kelumpuhan saraf kranial, serta defisit motorik dan sensorik.[28,29]
Analisis serebrospinal pada ensefalitis menunjukkan adanya limfositosis limfositik, glukosa normal, dengan protein meningkat. Sementara itu, pemeriksaan CT scan dan MRI pada kasus ensefalitis memberikan gambaran yang bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari.[28,29]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada tumor otak dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain magnetic resonance imaging (MRI), coherence tomography scan (CT-scan), positron emission tomography scan (PET-scan), dan pemeriksaan histopatologis.[1,4,5]
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengevaluasi jaringan lunak serta mampu mendeteksi tumor otak yang berlokasi di infratentorial. MRI otak juga merupakan modalitas yang paling baik dalam mengidentifikasi tumor di lokasi fossa posterior.[1,4]
Jenis tumor otak glioma dapat terdeteksi dengan pemeriksaan MRI. Penggunaan non-kontras maupun kontras (gadolinium) pada pemeriksaan MRI merupakan metode standar pilihan untuk mendeteksi tumor otak dengan sensitivitas yang baik.[7-9]
Pemeriksaan dengan MRI diffusion-weighted, diffusion tensor, dan MR perfusi serta spektroskopi juga dapat digunakan untuk melihat vaskularisasi dan selularitas tumor, sehingga dapat membedakan tumor dari lesi non-neoplasma.[4,7]
Coherence Tomography Scan (CT-Scan)
CT-scan merupakan modalitas pemeriksaan penunjang yang dapat dipilih pada kasus emergensi. CT-scan juga dapat menjadi pilihan apabila terdapat kontraindikasi pemeriksaan dengan MRI, seperti penggunaan implan logam atau alat pacu jantung.[5,7]
Gambaran tumor pada CT-scan kepala dapat memberikan gambaran hipodens, isodens, atau hiperdens. Umumnya semua tumor mengalami penyengatan (enhancement) dengan pemberian kontras. CT scan memiliki keunggulan dalam mendeteksi adanya kalsifikasi dan lesi destruksi pada tulang kranial akibat invasi tumor.[7,8]
Pemeriksaan CT scan abdomen dan pelvis, dapat dilakukan bila terdapat kecurigaan adanya tumor metastasis ke otak untuk mencari lokasi primer tumor. Gambaran CT scan tumor otak metastasis berupa adanya lesi soliter, bulat, batas tegas, dan edema peritumoral lebih luas (fingers of edema). Adanya lesi multipel dapat menunjukkan adanya kemungkinan tumor otak metastasis.[13,19,25]
Positron Emission Tomography Scan (PET-scan)
PET-scan merupakan modalitas yang dapat membedakan antara tumor rekuren atau reaksi jaringan, oleh karena itu PET-scan dapat digunakan sebagai modalitas evaluasi pasca terapi pasien tumor otak. Selain itu, PET scan dapat mendeteksi glioma low grade.[14,19,25]
PET-scan juga sering digunakan untuk memandu pengambilan jaringan yang terduga neoplasma. Namun, pemeriksaan penunjang dengan PET-scan tidak direkomendasikan untuk mencari lesi primer tumor karena PET-scan sulit membedakan tumor jinak, ganas, maupun lesi inflamasi.[19,25,30]
Pemeriksaan Histopatologis
Pemeriksaan histopatologis merupakan pemeriksaan yang ideal untuk menegakkan diagnosis tumor otak dan menentukan jenis dan grade tumor. Pemeriksaan histopatologis dilakukan melalui prosedur biopsi pada jaringan tumor yang direseksi melalui kraniotomi (open biopsy) ataupun dengan panduan jarum stereotaktik. Hasil dari pemeriksaan histopatologis yang spesifik dapat membantu rencana untuk menentukan penatalaksanaan bagi pasien.[31,33]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan penunjang lain pada tumor otak adalah pemeriksaan tumor marker, pemeriksaan cairan serebrospinal, dan laboratorium darah. Pemeriksaan tumor marker yang dapat menegakkan diagnosis tumor otak adalah penanda molekuler varian IDH1/2 dan kodelesi 1p/19q, serta EGFRvIII.[32,33]
Pemeriksaan sitologi cairan serebrospinal dan flowcytometry diperlukan bila terdapat kecurigaan metastasis leptomeningeal, limfoma sistem saraf pusat, atau penyebaran kraniospinal misalnya ependimoma.[13,19]
Pemeriksaan laboratorium darah untuk tumor otak dapat meliputi pemeriksaan darah lengkap, koagulasi, kadar elektrolit, lactate dehydrogenase (LDH), fungsi hati, dan fungsi ginjal, serta pemeriksaan panel hormon pada pasien yang dicurigai mengalami tumor pituitari.[13,14]
Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evani