Edukasi dan Promosi Kesehatan Fraktur Tulang Rusuk
Edukasi dan promosi kesehatan pada pasien fraktur tulang rusuk (rib fracture) terdiri dari pemberian informasi tentang dugaan diagnosis, pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, dan pilihan penatalaksanaan. Dokter perlu menyampaikan bahwa patah tulang rusuk berpotensi mengancam jiwa dan terkadang membutuhkan tindakan operatif.[3–5]
Edukasi Pasien
Edukasi pasien fraktur tulang rusuk terkait dengan diagnosis, penyebab, faktor risiko, gejala, komplikasi dan penatalaksanaan. Dijelaskan bahwa pemeriksaan akan berfokus pada dada, paru-paru, punggung pasien, dan organ dalam dada lainnya termasuk jantung.[18]
Pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan untuk memastikan kondisi tulang rusuk yang mengalami patah. Pemeriksaan penunjang termasuk rontgen toraks, CT scan dada, dan USG toraks. Semua tindakan yang akan dilakukan perlu diminta persetujuan tindakan medis atau informed consent kepada pasien atau keluarga pasien.[18]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah fraktur tulang rusuk dapat dibedakan berdasarkan patofisiologi fraktur.[19–21]
Fraktur Traumatik Kecelakaan
Kecelakaan adalah insiden yang dapat menimbulkan potensi fraktur tulang rusuk. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mematuhi rambu lalu lintas dan menggunakan kendaraan yang aman untuk berkendara. Penggunaan safety belt memang dapat berpotensi menyebabkan trauma pada rongga dada, tetapi manfaatnya jauh lebih banyak untuk menghindarkan trauma berat akibat kecelakaan.[19–21]
Fraktur Traumatik Non Kecelakaan
Fraktur traumatik non kecelakaan pada umumnya terjadi di rumah. Upaya pencegahan di antaranya menurunkan risiko jatuh dengan modifikasi faktor risiko lingkungan dalam rumah.[19–21]
Pada anak-anak terutama usia <2 tahun, fraktur tulang rusuk akibat kecelakaan sangat jarang terjadi. Jika fraktur tulang rusuk ditemukan pada anak-anak, maka evaluasi menyeluruh untuk kemungkinan kekerasan pada anak harus menjadi pertimbangan.[6]
Fraktur Stres
Fraktur stres terjadi akibat gerakan repetitif pada lokasi tertentu. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
- Hindari perubahan pola olahraga yang terlalu cepat, lakukan peningkatan secara bertahap kurang dari 10% seminggu
- Gunakan pakaian olahraga yang tepat
- Lakukan aktivitas fisik atau olahraga yang tidak memberikan tekanan berulang tertentu pada area tulang rusuk
- Berikan kebutuhan nutrisi yang cukup untuk menjaga kekuatan tulang, seperti kalsium dan vitamin D[19–21]
Fraktur Patologis
Salah satu upaya pencegahan fraktur patologis yang paling utama adalah menentukan risiko fraktur patologis itu sendiri. Fraktur patologis tertunda dapat dicurigai pada pasien kanker dengan keluhan nyeri saat bergerak yang persisten, dan bertambah nyeri. Beberapa sistem skoring dapat digunakan untuk menentukan risiko fraktur patologis, seperti Skor Mirels atau Kriteria Harrington.[22]
Fraktur pada Lanjut Usia
Strategi pencegahan fraktur umumnya pada lansia adalah pencegahan jatuh, termasuk latihan kekuatan, keseimbangan, dan gaya berjalan. Perlu modifikasi faktor risiko lingkungan di dalam rumah, serta asupan vitamin D dan kalsium yang cukup terutama untuk penderita osteoporosis.
Penyakit penyerta pada lansia juga perlu diterapi agar terhindar dari jatuh, misalnya pemakaian obat psikotropika, gangguan kognitif, atau gangguan visus seperti akibat katarak. Pemindahan dan ambulasi pasien lansia dengan/tanpa alat bantu juga perlu hati-hati.[19–21]