Pendahuluan Spondylolisthesis
Spondylolisthesis merupakan pergeseran segmen vertebra yang menyebabkan foramen intervertebralis mengecil, sehingga bermanifestasi menjadi kompresi di duramater dan akar saraf. Istilah spondilolistesis berasal dari bahasa yunani yang terdiri atas dua kata, yaitu spondylosis yang berarti tulang belakang dan olisthenein yang berarti tergelincir atau meluncur.[1,2,5]
Insidensi pada populasi umum sekitar 4−8%, dengan tipe istmik yang paling banyak dijumpai. Spondilolistesis sering terjadi di vertebra lumbal, dan lebih jarang di servikal. Gangguan muskuloskeletal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti defek kongenital, infeksi, trauma, maupun degeneratif.[1,2]
Gejala klinis utama spondilolistesis adalah nyeri dari tulang belakang yang menjalar ke perifer. Misalnya pada spondilolistesis lumbal menimbulkan nyeri skiatika, yaitu nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai bawah disertai penurunan kemampuan untuk berdiri lama. Pasien dapat datang dengan keluhan maupun tanpa keluhan/asimptomatis.[1,2,5]
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan gait serta observasi nyeri dan kekakuan vertebra. Pemeriksaan penunjang seperti Rontgen tulang belakang, computerized tomography scan (CT scan), dan magnetic resonance imaging (MRI) dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.[1,3]
Penatalaksanaan spondilolistesis dapat berupa terapi konservatif, yaitu medikamentosa simptomatik dan rehabilitasi medik. Pada keadaan tertentu, diperlukan tindakan operatif seperti fusion spinal dengan arthrodesis.[1,4,5]