Diagnosis Spondylolisthesis
Diagnosis pasti spondylolisthesis harus ditegakkan melalui pemeriksaan pencitraan. Pasien biasanya datang dengan gejala klinis nyeri area vertebra yang bergeser dan menjalar ke area perifer. Paling banyak kasus spondilolistesis terjadi pada lumbal, sehingga anamnesis ditemukan nyeri punggung bawah atau skiatika, dan pemeriksaan fisik biasanya terdapat gangguan gaya berjalan.[1,7,13]
Anamnesis
Pasien spondilolistesis dapat datang dengan keluhan ataupun asimtomatik. Pada pasien dewasa, keluhan utama adalah nyeri vertebra yang menjalar ke perifer. Pada spondilolistesis lumbal, pasien biasanya mengeluh nyeri punggung bawah sehingga tidak dapat berjalan sendiri. Sementara pada pasien anak, jarang terdapat keluhan nyeri. Orang tua sering mengeluhkan adanya gangguan pada cara berjalan anaknya, ataupun mengeluh bagian perut anak yang terlalu menonjol.
Berikut beberapa hal penting yang perlu ditanyakan untuk mengevaluasi pasien dengan spondilolistesis:
- Rasa nyeri, misalnya onset, lokasi, frekuensi, interval, sifat, penjalaran, aktivitas yang memprovokasi, serta hal-hal yang dapat memperberat maupun meringankan gejala
- Defisit neurologis, seperti inkontinensia fekal, skiatika, disfungsi kandung kemih, gangguan pola berjalan, kelemahan progresif pada tungkai bawah, dan tanda red flag nyeri punggung bawah
- Faktor risiko, seperti riwayat trauma, kelainan kongenital, kondisi patologis tulang, serta pola aktivitas fisik, olahraga, maupun pekerjaan pasien[1,7,13]
Pemeriksaan Fisik
Pendekatan diagnosis dalam pemeriksaan fisik meliputi inspeksi termasuk pemeriksaan gait, palpasi, penilaian range of motion, dan pemeriksaan neurologis.[1,7,13]
Inspeksi
Inspeksi vertebra pasien dilakukan pada posisi pasien berdiri tegak dan melakukan gerakan fleksi serta ekstensi tulang belakang. Pemeriksaan gait dilakukan dengan melihat cara berjalan pasien, tetapi pasien jangan dipaksa untuk melakukan gerakan tersebut.[4,7,13]
Pada spondilolistesis lumbal, vertebra regio lumbal akan tampak perubahan celah interspinosus selama fleksi dan ekstensi lumbal yang menunjukkan tanda ketidakstabilan lumbal. Sedangkan pada pemeriksaan gait, ditemukan pelurusan lumbal, pelvis miring ke arah anterior, lipatan-lipatan melintang pada pinggang, sakrum tampak meluas ke pinggang. Vertebra lumbal berada pada bidang di muka sakrum dan tampak terlalu pendek.[4,7,13]
Palpasi
Meliputi palpasi pada celah spinosus, dengan cara meraba seluruh segmen vertebra dengan sangat hati-hati dari kranial sampai kaudal. Pasien dalam posisi berbaring pronasi dan diminta untuk melenturkan punggungnya. Kemudian dilanjutkan dengan menekan pinggul pasien sehingga terjadi ekstensi lumbal.[4,13,22]
Akan ditemukan tenderness dan wider gap yang timbul selama perubahan posisi dari fleksi ke posisi ekstensi. Dilakukan juga palpasi otot paraspinal yang akan mengalami spasm, tenderness, serta nyeri yang radikuler.[4,13,22]
Range of Motion
Pemeriksaan range of motion akan ditemukan kekakuan pada regio vertebra yang mengalami spondilolistesis. Kondisi pada regio lumbal akan menyebabkan fleksi vertebra ke arah anterior terbatas, disertai dengan reduced straight-leg raising. Pemeriksaan ini termasuk dalam uji provokasi nyeri, terdiri dari tes Patrick, kontra-Patrick, dan Lasegue. [22]
Pemeriksaan Neurologis
Evaluasi fungsi neurologi secara menyeluruh harus dilakukan, termasuk refleks fisiologis dan refleks patologis. Pada spondilolistesis lumbal, termasuk pemeriksaan sensibilitas pada regio sakrum untuk memeriksa adanya kompresi kauda ekuina.[13,22]
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan saat menegakkan diagnosis spondilolistesis adalah spondilolisis dan spinal stenosis. Spondilolistesis lumbal juga dapat didiagnosis banding dengan low back pain.[1,7]
Spondylolysis
Spondylolysis merupakan defek interupsi pada pars interarticularis atau pada bagian lateral vertebra. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan nyeri tekan saat palpasi. Pada Rontgen tulang belakang lateral akan terlihat garis lucency pada pars interarticularis[1,7,12-13]
Spinal Stenosis
Spinal stenosis merupakan suatu kondisi penyempitan kanalis spinalis akibat hipertrofi pada pergeseran suatu segmen vertebra ke arah anterior. Berbeda dengan spondilolistesis, kondisi spinal stenosis lebih sering dijumpai pada pria berusia di atas 50 tahun, dengan keluhan utama rasa nyeri pada punggung yang disertai dengan rasa berat, baal, dan parestesia pada paha dan kaki. Keluhan sering bersifat unilateral dan menunjukkan suatu stenosis yang asimetris.[7,8]
Low Back Pain
Low back pain atau nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh faktor mekanik dan nonmekanik. Perubahan degeneratif diskus intervertebralis menjadi fibrokartilago dapat menimbulkan manifestasi nyeri punggung yang tersamar di vertebra bagian bawah. Low back pain menimbulkan rasa nyeri saat beristirahat setelah aktivitas, sementara nyeri pada spondilolistesis akan berkurang pada saat istirahat.[1,7]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis spondilolistesis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan pencitraan, meliputi foto polos/Rontgen, computerized tomography scan (CT scan), dan magnetic resonance imaging (MRI).[1,7,13]
Rontgen Tulang Belakang
Foto polos atau Rontgen tulang belakang merupakan modalitas awal untuk mendiagnosis spondilolistesis. Rontgen posisi lateral untuk pemeriksaan sendi lumbosakral dilakukan dengan pasien pada posisi janin, sehingga membantu identifikasi defek pars interarticularis. Defek akan lebih terbuka pada posisi berbaring miring dibandingkan bila pasien dalam posisi berdiri.[13,16]
Rontgen akan memperlihatkan pergeseran ke arah anterior dari kolumna spinalis di atas vertebra yang stabil, perpanjangan lengkungan, atau mungkin dapat terlihat permukaan defek. Rontgen lateral view pada spondilolistesis dapat menunjukkan gambaran anterior slippage dari vertebra, sementara pada Rontgen oblique view akan memberikan gambaran disrupsi pars artikularis (scotty dog appearance).[1,16]
CT Scan Tulang Belakang
Pada gambaran Rontgen yang meragukan, pemeriksaan CT scan tulang belakang dapat dilakukan karena dapat memberikan gambaran tulang yang lebih detail. Terutama untuk evaluasi pars interarticularis[13,16,22]
CT scan juga dapat mengidentifikasi defek kortikasi dan jaringan fibrocartilaginous. Defek tersebut dapat menyebabkan kompresi akar saraf sehingga timbul gejala radikuler. Reformasi sagital dapat membantu dokter dalam menilai stenosis foraminal.[13,16,22]
MRI Tulang Belakang
Pemeriksaan MRI tulang belakang dilakukan bila ditemukan defisit neurologis. Modalitas ini sangat baik untuk mengamati kompresi dural sac, seperti pada kasus degeneratif dengan lengkung posterior tertinggal, atau pada kasus peningkatan kompresi akibat pergeseran vertebra yang semakin parah.[13,16,22]
Sistem Grading Meyerding
Sistem grading Meyerding digunakan untuk menilai pergeseran vertebra, dengan cara melakukan pengukuran jarak dari tepi posterior korpus vertebra superior hingga tepi posterior korpus vertebra inferior yang terletak berdekatan pada Rontgen tulang belakang lateral. Kegunaan sistem ini untuk menentukan prognosis dan pilihan terapi pada kasus spondilolistesis.[17,22]
Semakin parah pergeseran vertebra pada grade 3, 4, dan 5, maka semakin tinggi peluang pasien membutuhkan terapi operatif. Sedangkan spondilolistesis grade 1 dan 2, walaupun menyebabkan kompresi saraf, pada umumnya dapat ditangani dengan terapi konservatif.[17,22]
Tabel 1. Sistem Grading Meyerding
Grade | Slippage |
Grade 1 | 0‒25% |
Grade 2 | 26‒50% |
Grade 3 | 51‒75% |
Grade 4 | 76‒100% |
Grade 5 | > 100% |
Sumber: dr.Eva Naomi, 2021.[22]