Epidemiologi Splenomegali
Data epidemiologi splenomegali dapat bervariasi antar lokasi geografis dan dipengaruhi oleh prevalensi dan insidensi penyakit yang mendasarinya.
Global
Secara global, kasus splenomegali jarang ditemukan. Di Amerika Serikat splenomegali dapat ditemukan pada 2% penduduk. Pada orang dewasa, tidak ditemukan kecenderungan terhadap jenis kelamin, ras ataupun usia. Di daerah Asia dan Afrika, splenomegali tropis umum ditemukan. Pada lansia, risiko ruptur limpa meningkat karena kapsula pada organ limpa sudah menipis.[1]
Kasus sindrom splenomegali tropis (sindrom malaria hiperaktif) ditemukan pada daerah tropis dan memiliki rasio laki laki: perempuan sebesar 1:2. Prevalensi splenomegali masif akibat sindrom malaria hiperaktif bervariasi antara 31-76%.[14] Namun pada sebuah studi di Indonesia, splenomegali ditemukan hanya pada 5.1% dari 215 pasien yang diperiksa.[41]
Indonesia
Hingga saat ini belum ada pencatatan data epidemiologi splenomegali di Indonesia, namun Indonesia masih merupakan daerah endemik malaria. Berdasarkan data kementerian kesehatan RI terdapat peningkatan prevalensi malaria dari 2.9% pada tahun 2007 menjadi 6.0% pada tahun 2013.[41] Pada akhir tahun 2018, tercatat 180.000 kasus malaria. Prevalensi tertinggi berada di wilayah Indonesia timur terutama di Papua dan Nusa tenggara.[40]
Mortalitas
Angka mortalitas pada kasus splenomegali dipengaruhi oleh penyakit yang mendasari dan sangatlah bervariasi. Selain itu mortalitas juga dapat dipengaruhi oleh berbagai tindakan medis, terutama splenektomi. Angka mortalitas akibat splenektomi dapat berkisar antara 1.2-2.4% sedangkan insidensi perdarahan pasca splenektomi berkisar antara 1.6-3% dengan angka mortalitas mencapai 20%.[16]